Mohon tunggu...
Rinaldi Syahputra Rambe
Rinaldi Syahputra Rambe Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Perpustakaan Bank Indonesia Sibolga

Anak desa, suka membaca, menulis dan berkebun. Penulis buku "Etnis Angkola Mandailing : Mengintegrasikan Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Realitas Masa Kini". Penerima penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka 2023 dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Lubuk Larangan Etnis Angkola-Mandailing

21 Desember 2023   10:11 Diperbarui: 21 Desember 2023   16:39 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, sumber daya ikan yang dihasilkan dari lubuk larangan. Ikan yang dihasilkan dari lubuk larangan seringkali memiliki karakteristik yang khas, seperti ikan mahseer, yang sulit ditemukan di daerah lain karena popularitasnya di kalangan masyarakat. Ikan ini juga sulit untuk dibudidayakan secara komersial dan hanya dapat ditemukan secara alami di aliran sungai. Hasil tangkapan dari lubuk larangan juga dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan khas, seperti holat, ikan bakar sinyarnyar, ikan asap, dan berbagai hidangan kuliner lainnya, yang dapat menjadi daya tarik dengan nilai ekonomis yang tinggi.

Nilai-Nilai Sosial Lubuk Larangan

Tradisi lubuk larangan sangat sarat dengan nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Salah satu nilai yang muncul dari tradisi lubuk larangan dapat menciptakan kerukunan yang terjalin antar masyarakat. Kebersamaan, kesepakatan dalam menetapkan pengelolaan lubuk larangan dalam jangka panjang dapat memperkokoh nilai-nilai sosial pada masyarakat.

Selain nilai-nilai kerukunan keberadaan lubuk larangan dapat meningkatkan kedisiplinan pada masyarakat. Keberadaan lubuk larangan akan menuntut masyarakat untuk lebih disiplin dalam mengelola dan menjaga lingkungan. Tradisi lubuk larangan juga dapat menjadi lambang kemandirian ekonomi masyarakat.

Nilai-nilai sosial lubuk larangan juga tergambar dari tujuan didirikannya lubuk larangan  yang pada umumnya selalu mempertimbangkan kepentingan umum. Sumber daya yang dihasilkan dari lubuk larangan lazimnya diperuntukan untuk pembangunan sarana prasarana desa, membiayai kebutuhan anak yatim dan dhuafa serta pembangunan madrasah / sekolah.

Dari aspek sosial, tradisi lubuk larangan harus terus diberdayakan untuk mengatasi pelbagai persoalan bangsa seperti pemberdayaan kaum lemah, pembangunan fasilitas desa, sekolah dan lainnya. Dimana semua persoalan ini belum sepenuhnya tercover oleh negara dan masih membutuhkan perhatian dari berbagai pihak.

Lubuk Larangan Sebagai Sarana Perlindungan Ekologi

Tradisi lubuk larangan dapat menjadi sarana perlindungan ekologi yang berkelanjutan. Keberadaan lubuk larangan dapat mencegah kerusakan lingkungan terutama aliran sungai yang kerap kali dijadikan tempat pembuangan sampah dan aktivitas lainnya yang cenderung eksploitatif.

Pengelolaan lubuk larangan yang bersifat tradisional dapat menjaga kelestarian budaya dan ekologi secara bersamaan. Pendekatan kearifan lokal jauh lebih tangguh untuk melindungi lingkungan dari eksploitasi yang terjadi terus-menerus.

Lubuk larangan membantu melindungi spesies ikan dan biota lainnya yang terdapat di aliran sungai. Terutama ikan-ikan endemik yang jumlahnya terbatas. Misalnya ikan mahseer yang sulit untuk dibudidayakan secara komersial.

Warisan tradisi lubuk larangan sebaiknya terus dikembangkan. Karena telah terbukti mampu menjaga keberlangsungan ekologi dan lingkungan. Terdapat beberapa perubahan perilaku positif masyarakat yang berada di lingkungan sekitar aliran sungai menjadi lebih bersih karena keberadaan lubuk larangan.

*Tulisan ini merupakan cuplikan isi buku pemenang sayembara kajian literasi berbasis konten lokal yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional tahun 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun