disclaimer : aku tidak sedang patah hati ya ketika memposting ini :D i'm fine :)
Entah kenapa semingguan ini aku teringat padanya. Pada seseorang yang pernah mengisi hati dan hari-hariku duluuu...jaman masih jadi anak kost di Jakarta. Bisa dibilang cinlok, tapi karena sebuah faktor X jadilah tidak bisa lanjut :(
Lalu aku yang gampang baper ini membiarkan diri sejenak kembali ke masa-masa itu. Aah...ada rindu, kangen, pada hal-hal bodoh dan konyol tapi lucu, hangat nan bahagia:) Dan jadi semakin dramatis ketika aku membuka kembali buku diary jadul yang masih kusimpan rapi, sambil dengerin lagunya Rossa yang judulnya "Tak Termiliki" itu. Lagu ini gue bangeth...always remind me of him. Aku pun pernah menulis blog dengan segala rasa di hati tentangnya kala itu...tahun 2008 = 15 years ago...
WHEN LOVE COMES IN THE WRONG TIME…
Ku lihat diriku Ku baca hatiku Tiada yang lain Yang tersirat (#) Ku lihat dirimu Kau tak sendiri Masih bolehkah harap ini Engkau datang Saat aku merasa tak ada daya Engkau ada Saat ku tak mungkin ada disana Engkau datang…Saat diri ini tak ingin pergi Engkau ada Dengan setangkai cinta tak termiliki (back to #) Oh Mengapa saat kita berdua Semua terasa indah seakan kau untukku…
Itu lirik lagu “Tak Termiliki” nya Rossa. Lagu yang gue bangeth, setidaknya for this time…
Oh ya, ini blog lanjutan dari blogku sebelumnya (I’M IN LOVE…???...) Aahh…ga pernah aku sangka aku akan berada dalam kondisi seperti ini lagi. Love comes in the wrong time! Gilee….what’s wrong with me ya???
Dia datang dalam hidupku memang pada saat dimana aku merasa “tak ada daya” . Maksudnya, saat itu aku lagi ngrasa hampa aja...aku pas lagi jarang ketemu temen-teman cowok di Jakarta ini, pas lagi ga ada kenalan cowok yang baru and pas lagi ga dekat sama siapa-siapa juga di Jakarta. Hubungan kami baik dari awal jumpa, dari yang tadinya hanya say hi, ngobrol-ngobrol biasa sampai akhirnya dia sering curhat ama aku. Dan hubungan ini rasanya semakin akrab dan dekat after Imlek 7 Februari 2008 lalu.
Hampir 2 bulan ya…but so many things happened, and now, i don’t know what can i do??? Dari segala curhatnya kepadaku aku jadi semakin mengenal dia, semakin simpati, semakin suka, semakin sayang….hmm…witing trisno jalaran soko kulino memang. Ada rasa takut kehilangan dirinya juga. Perasaan itu sempat terbersit saat dia bilang mungkin ga akan lama di Jakarta. Aduh aku sedih sekali mendengarnya! Aku jadi BT, jadi males bangeth, karena aku pikir udah ga ada gunanya lagi coz after that kan kita ga akan ketemu lagi, ga bisa face to face lagi. Dan teman-teman nyaranin supaya aku lebih intens ama dia, karena siapa tahu dengan semakin dekatnya kami, dia jadi mikir ulang untuk ninggalin Jakarta. Aku sendiri malah berpikir lebih baik i don’t care aja, aku ga mau tambah sedih dan kehilangan.
Tapi ternyata…TUHAN semakin mendekatkan kami. Itulah yang sempat jadi pertanyaan besar dari dalam diriku? Apa maksud TUHAN? Jelas-jelas ga lama lagi dia akan cabut dari Jakarta, tapi kenapa jadi tambah akrab aku ama dia? Saat itu awal-awal Maret, jadi ga akan lama lagi aku bisa sama-sama dia. Dan aku ga bisa bohongi diriku kalau aku semakin sayang dan sebenernya semakin takut kehilangan dia.
Aku masih ingat hari itu, hari Minggu. Hari itu TUHAN menunjukkan kenyataan sesungguhnya tentang siapa dia. Hari itu kami ngobrol sepanjang hari, dalem bangeth dan saat itulah aku baru tahu kehidupan pribadinya. He’s not single, but complicated! Dia udah pernah married, belum divorce, tanpa anak…! Jujur saat tahu hal itu dalam hati ada rasa kaget juga, tapi aku ga marah, ga sedih, ga kecewa. Aku hanya bisa Thanks GOD…ini kenyataannya, pahit tapi harus aku hadapi…Satu hal, aku tetap menghargai dia, karena aku pikir tidak mudah bagi seorang cowok untuk mengatakan hal semacam ini pada seorang cewek kan? Aku menghargai kejujurannya, dia juga tetap baik padaku.
After that, aku hanya bisa pasrah. Aku hanya berpikir toh setelah ini dia juga ga di Jakarta lagi kan, jadi kalau itu terjadi ya udah…hubungan aku dan dia sampai sini aja… finish! Walaupun aku juga ga rela sebenarnya. Tapi aku juga bisa apa??? Di sisi lain aku juga ikut harap-harap cemas dengan keputusan apakah dia benar-benar cabut dari Jakarta?
Dan….apa kenyataannya? Dia ga jadi ninggalin Jakarta alias tetap disini! Oh my GOD….aku senang, bingung sekaligus semakin tersiksa. Yup, gimana ga aku ga bisa membohongi diriku, aku semakin sayang padanya, semakin sering memikirkannya, and ada rasa kangen kalau tidak melihatnya…Aaah!
Perasaan itu yang menyiksaku saat ini. Kenapa perasan itu harus ada dan dengan dia pula, dengan status dia yang complicated, dan aku tidak bisa menghindarinya. Hubungan kami semakin baik, rasa sayangku padanya mungkin telah berkembang menjadi perasaan cinta. Cinta yang salah! Tapi…mana bisa kita bilang salah atau benar dalam hal cinta??? Cinta itu soal perasaan, dan logika tidak akan seiring sejalan dengannya.
Aku bukan orang yang mudah jatuh cinta, tapi sekali aku cinta, aku cenderung blind. Itu yang aku takutkan. Semua teman cewekku menentang apa yang saat ini terjadi padaku. Aku tahu mereka sayang padaku dan tidak ingin aku semakin tersiksa. Apalagi belum jelas juga kan perasaan dia ke aku itu bagaimana.
Oh my GOD…aku sempat bertanya ke teman-temanku. Apa aku ini emang cocok dengan pria-pria bermasalah? Ini bukan yang pertama kali aku terlibat hubungan dengan pria macam begini. Aku juga tidak pernah kepingin seperti ini. Kata mereka, ini kebetulan saja, mungkin ini jalan TUHAN. Kebetulan??? Kebetulan kok sampai lebih dari sekali??? Kebetulan atau apa aku yang bodoh??? Dan yang kali ini bener-benar mungkin sebuah kebodohan, karena aku “ada hati” dengan pria itu, beda dengan yang sebelum-sebelumnya.
Aku membiarkan perasaanku padanya mengalir. Aku juga bingung harus bagimana. Aku tahu hubungan dengan dia itu high risk, dia masih suami orang dan paling banter aku hanya bisa berharap jadi yang kedua. Dan jadi yang kedua itu bagaimanapun tetap ga enak. Aku sangat tahu hal itu, aku sadar, tapi aku kok bandel ya. Yaa…karena aku juga ga mau lepasin dia begitu saja.
Oh my GOD….! Aku capek sebenarnya. Tapi aku sayang dia, walaupun kalau boleh aku bandingkan dengan gebetanku di Malang or Surabaya, masih lebih ok mereka. Pastinya mereka juga masih ting-ting hehehe….Tapi mereka tidak di depan mataku, yang di depan mataku dia! Dan dia itu “Tak Termiliki”
Kejadian ini membuat aku bisa mengerti gimana rasanya jadi yang kedua. Aku paham mungkin begini juga perasaan Mayangsari or Sophia Latjuba saat mereka mencintai pria yang notabene masih suami orang. Bedanya mereka gigih berjuang mendapatkan pria itu, sementara aku…???
“Rina…dia masih punya istri! Dan perasaan istrinya pasti juga sakit dan terluka dengan hubungan yang gantung dengan dia. Apalagi kalau dia juga tahu kalau kamu sekarang akrab ama suaminya, jadi teman curhatnya. Dia wanita, kamu juga wanita Rina…Kamu pasti bisa rasakan kan kalau kamu di posisi dia gimana???!!!”
Aaahh…..benar-benar aku dalam pergolakan batin saat ini. Aku tidak ingin dia berubah padaku, aku belum siap broken heart dan kehilangan dia. Mungkin aku harus memastikan ya dia anggap aku apa? Aku ga ingin jadi pelariannya belaka. Aku juga ga ingin jadi perusak rumah tangga orang (hmmm…emang bukan aku, karena dia yang memberi reaksi positif padaku, makanya aku berani maju…) Aku ingin tahu perasaannya padaku. Baru setelah itu mungkin aku bisa memutuskan. Aku hanya bisa berharap semoga semua bisa berjalan dengan baik dalam kebenaranNYA. AMIN…..
*****
Cerita ini belum pernah aku publish, baru sekarang. Yaa...kupikir daripada aku galau ga jelas, mending aku nikmati dan syukuri saja dengan cara writing and posting for sharing begini. Siapa tahu ada manfaatnya:)
Kalau kuingat-ingat, aku dan dirinya hanya sempat reconnect chat:
- Tahun 2010 via YM, gara-gara e-mailku dihack orang iseng dan dia infoin. Tanya kabar, tanya status dan ada "nembak" aku. Juga tanya alamat kostku dimana, ngajak ngedate. Statusnya masih complicated. Dan karena aku lagi ama yang lain juga, jadi aku ga terlalu menanggapinya saat itu
- Tahun 2018 via FB messenger, gara-gara awalnya komen di postingannya, lalu dia inbox. Lagi-lagi dia tanya aku udah married belum. Sambil tertawa aku jawab apa adanya. Malah dia yang ga gitu terus terang ya. Oh ya, aku udah stay di Malang, dia tetap kerja di Jakarta tapi stay di Serpong, Tangsel
- Tahun 2019 dia sempat komen dalam salah satu postingan IG ku.
Hanya sebatas itu, belum pernah ketemu face to face lagi...
Sebenarnya kalau mau, aku bisa saja DM dia toh kami kan saling follow di sosmed. Tapi masih mikir-mikir faktor X tadi :O Jadi biarlah, jika TUHAN berkehendak saja, biar semesta yang memberi jalan nanti. Harusnya sih misal ketemu pun juga ga akan ada apa-apa. Kami sudah sama-sama dewasa, makin tua, juga setelah rentang waktu yang berlalu, harusnya bisa lebih wise lah ya:) Nah, tapi soal perasaan, ini dia yang aku ga yakin apa sudah pada 100% move on :P "Hmm...apa perlu kita tuntaskan dan clearkan ya, J**?" Biar setangkai cinta itu akhirnya termiliki juga..hahaha...who knows :D
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI