Mohon tunggu...
Pangrango
Pangrango Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga

Happy Gardening || Happy Reading || Happy Writing || Happy Knitting^^

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mendadak Orangutan

7 Oktober 2022   14:37 Diperbarui: 7 Oktober 2022   15:04 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Kompas/Lukas Adi Prasetya

Meijaard merupakan Direktur Pelaksana Borneo Futures, organisasi yang sejak lama menenkuni riset konservasi orangutan di semenanjung Malaya termasuk Indonesia. Ia bergelar professor kehormatan di Universitas Kent, Inggris. Erik Meijaard merupakan peneliti yang berafiliasi dengan University of Queensland dan Durrell Institute of Conservation and Ecology University of Kentucky.

Ia banyak bermitra dengan ilmuwan di seluruh dunia termasuk dengan Jatna Supriatna ahli primata terkemuka di Indonesia. Jika dilihat dari track record-nya, Erik memiliki kredibilitas maupun reputasi dalam kemampuannya sebagai peneliti.

Sebagaimana saya sudah uraikan di atas, KLHK mempunyai argumen jika metode Erik sudah kadaluarsa. Jadi mengapa tidak menjawab tantangannya untuk melakukan diskusi terbuka. Misalnya, bisa diselenggarakan di universitas yang bisa disaksikan terbuka oleh akademisi termasuk mahasiswa. Diskusi terbuka ini juga bisa mendorong mahasiswa lebih kritis dan menciptakan jiwa peneliti.

Nah, ketika memang ada yang salah bisa disanksi. Namun, ada forum konfirmasi terlebih dahulu.

Kemudian jika memang keberatan terhadap peneliti asing, bisa dipersyaratkan bahwa setiap peneliti asing harus terdapat peneliti lokal. Seperti kesebelasan sepak bola, ada pemain asing dan pemain lokal. Ada transfer ilmu dan mental.

Terakhir saya mengutip Kompas yang menurunkan artikel berjudul "Menjinakkan Ilmuwan" pada 28 September 2022. "Ketika ilmuwan tidak lagi bebas berbicara, sebagaimana diingatkan Romo Mangunwijaya, hal ini akan menyisakan ilmuwan kelas kambing yang hanya mengembik pada kekuasaan."

Bacaan tambahan:

Pencekalan Karena Riset, Mestinya KLHK-Peneliti Adu Data diterbitkan CNN Indonesia, 27 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun