Mohon tunggu...
Rina Adityana
Rina Adityana Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah SMA Tarakanita 2 Jakarta/ Wakil Kurikulum SMA Tarakanita 2/ Kepala Sekolah SMA Tarakanita 2/ Staf Devisi Pendidikan Yayasan Tarakanita Wilayah Jawa Tengah

Pendidikan menjadi sangat penting bagi perkembangan suatu bangsa. Sebagai pendidik bertanggungjawab atas transfer pengetahuan dan proses pemahaman akan kehidupan. Setiap hari menjadi peristiwa penting dalam kehidupan mejadi goresan sejarah. traveling dan eksplore tempat-tempat baru terutama tempat bersejarah menjadi hal yang sangat menyenangkan guna mendokumentasikan setiap moment setiap saatnya. Meniti karir dari guru Sejarah di SMA, menjadi pendamping ektrakurikuler paduan suara dan teater, pendamping lomba karya tulis ilmiah maupun essay, menjadi guru tata tertib, guru piket, wali kelas, pembina OSIS, wakil kurikulum, hingga menjadi kepala sekolah. Ketika kurikulum berganti dari 2006 menjadi 2013 saya terlibat sebagai tim kurikulum dan ketika kurikulum 2013 harus diterapkan secara full di semua sekolah, saya terlibat sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Ketika kurikulum 2013 harus mengalami perubahan menjadi kurikulum merdeka saya kembali mengikuti perubahan itu dan ikut program kepala sekolah pengerak serta berhasil membawa SMA Tarakanita 2 Jakarta sebagai sekolah pengerak angkatan 2.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melestarikan Budaya Magelang "Seni Wayang dan Tari Soreng" dalam Implementasi P5

29 September 2022   23:30 Diperbarui: 30 September 2022   08:15 1427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Fais, Narasumber dari kampung Pancasila yang mengajarkan pembuatan wayang (Doc. Rina Adityana)

6. Team  Conventional: Reportase kunjungan ke Kampung Pancasila.

Mendiskusikan rencana pengerjaan projek terdiri dari 6 kelompok (Doc. Rina Adityana)
Mendiskusikan rencana pengerjaan projek terdiri dari 6 kelompok (Doc. Rina Adityana)

Seperti yang telah dirancang, awalnya SMA Tarakanita Magelang berniat membawa siswa-siswi mengunjugi kampung Pancasila untuk belajar secara langsung mengenai budaya baik tarian maupun wayang, akan tetapi karena laju penambahan siswa-siswi yang terkena covid pada bulan Agustus maka sesuai dengan surat keputusan yayasan maka kunjungan ke kampung Pancasila secara masal dibatalkan dan akhirnya hanya beberapa siswa yang melakukan kunjungan ke kampung tersebut. Kampung Pancasila dipilih karena memang di kampung ini berusaha untuk melestarikan warisan tradisi budaya yang ada terutama wayang. Lokasi Kampung Pancasila adalah di Dusun Karangwatu, Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.

Perform Tari Sorenk dari Sanggar Tari Sekar Wangi-Muntilan (Doc. Rina Adityana)
Perform Tari Sorenk dari Sanggar Tari Sekar Wangi-Muntilan (Doc. Rina Adityana)

SMA Tarakanita Magelang akhirnya merencanakan mendatangkan narasumber ke sekolah untuk melakukan workshop tentang pembuatan wayang serta tari khas Magelang yaitu Tari sorenk. Mengapa tentang pembuatan wayang? Kampung Pancasila terkenal dengan kampung dengan mural yang di lukiskan di dinding berupa penokohan wayang. Mural-mural tersebut bertemakan Pancasila yang dipadukan dengan wayang jawa terutama Punokawan (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong) dimana divisualkan berbagai kegiatan dalam mengamalkan Pancasila pada kehidupan sehari-hari.

Pak Fais, Narasumber dari kampung Pancasila yang mengajarkan pembuatan wayang (Doc. Rina Adityana)
Pak Fais, Narasumber dari kampung Pancasila yang mengajarkan pembuatan wayang (Doc. Rina Adityana)

Pada Jum'at, 19 Agustus 2022 tim dari kampung Pancasila hadir dengan narasumber bapak Fais, beliau selain memberikan pengarahan juga memberikan workshop bagaimana membuat wayang lebih tepatnya mewarna wayang sehingga menjadi 1 tokoh yang diinginkan. Para siswa belajar mengkombinasikan warna sehingga menghasilkan wayang yang menarik. Wayang yang diajarkan yaitu wayang  Punokawan dan wayang Wahyu. Pada akhirnya nanti wayang yang sudah jadi ini akan digunakan untuk dipertunjukkan dalam puncak karya P5.

Siswa melakukan workshop pembuatan wayang didampingin tim dari kampung Pancasila (Doc. Rina Adityana)
Siswa melakukan workshop pembuatan wayang didampingin tim dari kampung Pancasila (Doc. Rina Adityana)

Sementara itu, selain wayang para siswa-siswi dikenalkan juga dengan salah satu tari khas Magelang yaitu tari Soreng. Sebuah tarian yang berkembang di kawasan lereng gunung Merbabu, salah satunya di desa Bandungrejo, Ngablak, Magelang. Tari Soreng mengambarkan visualisasi para petani saat di ladang, sebagai masyarakat gunung yang harus berjuang menghadapi tantangan alam, sehingga gerakan-gerakannya melambangkan kegigihan seperti seorang prajurit yang sedang berperang. Tari ini sudah ada sejak tahun 1960, dan ditarikan pada upacara-upacara ritual adat termasuk "nyadran". Untuk tari ini pihak sekolah mendatangkan narasumber dari sangar tari Sekar Wangi Muntilan , yaitu bapak Basuki dan bapak Agus. Pak Basuki serta pak Agus mengajak setidaknya 5 anggota sanggar tari Sekar Wangi untuk mengajarkan pada para siswa bagaimana tari Soreng ditarikan. 


Dalam workshop yang digelar SMA Tarakanita Magelang ini, para siswa sangat antusias untuk berlatih menari, dari benar benar tidak bisa hingga akhirnya mereka mampu menguasai gerakan. Segala proses ini pada akhirnya ditampilkan dalam malam puncak karya di bulan September.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun