Seiring bergulirnya kebijakan Kurikulum Merdeka yang harus diterapkan di setiap satuan pendidikan pada tahun ajaran 2022/2023 dengan 3 pilihan penerapan kurikulum merdeka yaitu mandiri belajar, mandiri berubah, dan mandiri berbagi maka berbagai satuan pendidikan mengupayakan untuk memahami esensi dari perubahan kurikulum ini. Salah satu perubahan yang tampak sekali adalah adanya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau disingkat dengan P5.
Kurikulum Merdeka ini memiliki tujuan dimana harapannya tercapai Profil pelajar pancasila bagi seluruh pelajar Indonesia. Terbentuk pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Terdapat 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila , yaitu: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) Mandiri, 3)Bergotong-royong, 4)Berkebinekaan global, 5)Bernalar kritis 6)Kreatif. Dari 6 dimensi tersebut untuk dapat di praktekkan dan diamalkan maka setiap satuan pendidikan akan melaksanan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan harapan mampu melibatkan semua anggota komunitas sehingga terbentuk karakter Pelajar Pancasila dan mengembangkan kompetensi peserta didik baik secara kognitif, psikomotorik dan sikap.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dirancang sebagai pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya bahkan mampu melakukan aksi nyata untuk melalukan perubahan. Dengan P5 ini diharapkan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar dalam situasi tidak formal, struktur belajar yang fleksibel, kegiatan belajar yang lebih interaktif, dan juga terlibat langsung dengan lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila. Terdapat 7 tema yang ditetapkan pemerintah dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila(P5), yaituÂ
1)Kearifan Lokal,Â
2)Rekayasa dan Teknologi,Â
3)Kewirausahaan,Â
4)Bhinneka Tunggal Ika,Â
5)Gaya Hidup Berkelanjutan,Â
6)Bangunlah Jiwa dan Raganya,Â
7)Suara Demokrasi.Â
Dari 7 tema yang digulirkan tersebut setiap satuan pendidikan dalam 1 tahun akan memilih 2-3 tema untuk diterapkan. Setiap satuan pendidikan akan mengembangkan tema menjadi topik yang lebih khusus disesuikan dengan kondisi setempat dan satuan pendidikan yang bersangkutan.
SMA Tarakanita Magelang untuk Fase E tahun ajaran 2022/2023 mengambil 3 tema yaitu 1)kearifan lokal, 2)bangunlah jiwa raga, dan 3)gaya hidup berkelanjutan. Tema pertama tentang kearifan lokal diberikan pada siswa sejak bulan juli 2022 hingga puncaknya di September 2022. Dalam tema kearifan lokal ini siswa fase E dibagi dalam 6 kelompok didasarkan tes diagnostik tentang minat siswa. Sementara sub tema yang disampaiakan adalah mengenai Melestarikan Seni Tari Soreng dan Seni Wayang Wahyu, serta Wayang Punokawan.
Proses penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan tema kearifan lokal ini diawali dengan pengenalan dan mengali pemahaman siswa melalui berbagai media tentang kearifan lokal menurut pendapat para siswa, selanjutnya bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan warisan tradisi yang ada di sekitar. Dari diskusi tersebut pertemuan selanjutnya terlontarlah warisan tarian serta wayang yang akan jadi fokus pembahasan. Selanjutnya Kelas 10 (Fase E) dibagi dengan beberapa kelompok dengan tugas akhir projek mereka. Berikut adalah pembagiannya.
1. Team Realistic : Membuat video prosedur (totorial) pembuatan wayang atau tari tradisi
2. Team Investigative : Membuat film dokumenter kearifan lokal
3. Team Artistic : Menarikan tarian tradisi atau membuat wayang dan memperagakan salah satu karakter tokoh
4. Team Social : Memberikan tutorial (instruktur) flashmob tari tradisi
5. Team Enterprising : Mempromosikan secara persuasif kepada publik semua hasil proyek dan menjadi promotor semua proyek
6. Team  Conventional: Reportase kunjungan ke Kampung Pancasila.
Seperti yang telah dirancang, awalnya SMA Tarakanita Magelang berniat membawa siswa-siswi mengunjugi kampung Pancasila untuk belajar secara langsung mengenai budaya baik tarian maupun wayang, akan tetapi karena laju penambahan siswa-siswi yang terkena covid pada bulan Agustus maka sesuai dengan surat keputusan yayasan maka kunjungan ke kampung Pancasila secara masal dibatalkan dan akhirnya hanya beberapa siswa yang melakukan kunjungan ke kampung tersebut. Kampung Pancasila dipilih karena memang di kampung ini berusaha untuk melestarikan warisan tradisi budaya yang ada terutama wayang. Lokasi Kampung Pancasila adalah di Dusun Karangwatu, Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.
Perform Tari Sorenk dari Sanggar Tari Sekar Wangi-Muntilan (Doc. Rina Adityana)
SMA Tarakanita Magelang akhirnya merencanakan mendatangkan narasumber ke sekolah untuk melakukan workshop tentang pembuatan wayang serta tari khas Magelang yaitu Tari sorenk. Mengapa tentang pembuatan wayang? Kampung Pancasila terkenal dengan kampung dengan mural yang di lukiskan di dinding berupa penokohan wayang. Mural-mural tersebut bertemakan Pancasila yang dipadukan dengan wayang jawa terutama Punokawan (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong) dimana divisualkan berbagai kegiatan dalam mengamalkan Pancasila pada kehidupan sehari-hari.
Pada Jum'at, 19 Agustus 2022 tim dari kampung Pancasila hadir dengan narasumber bapak Fais, beliau selain memberikan pengarahan juga memberikan workshop bagaimana membuat wayang lebih tepatnya mewarna wayang sehingga menjadi 1 tokoh yang diinginkan. Para siswa belajar mengkombinasikan warna sehingga menghasilkan wayang yang menarik. Wayang yang diajarkan yaitu wayang  Punokawan dan wayang Wahyu. Pada akhirnya nanti wayang yang sudah jadi ini akan digunakan untuk dipertunjukkan dalam puncak karya P5.
Sementara itu, selain wayang para siswa-siswi dikenalkan juga dengan salah satu tari khas Magelang yaitu tari Soreng. Sebuah tarian yang berkembang di kawasan lereng gunung Merbabu, salah satunya di desa Bandungrejo, Ngablak, Magelang. Tari Soreng mengambarkan visualisasi para petani saat di ladang, sebagai masyarakat gunung yang harus berjuang menghadapi tantangan alam, sehingga gerakan-gerakannya melambangkan kegigihan seperti seorang prajurit yang sedang berperang. Tari ini sudah ada sejak tahun 1960, dan ditarikan pada upacara-upacara ritual adat termasuk "nyadran". Untuk tari ini pihak sekolah mendatangkan narasumber dari sangar tari Sekar Wangi Muntilan , yaitu bapak Basuki dan bapak Agus. Pak Basuki serta pak Agus mengajak setidaknya 5 anggota sanggar tari Sekar Wangi untuk mengajarkan pada para siswa bagaimana tari Soreng ditarikan.Â
Dalam workshop yang digelar SMA Tarakanita Magelang ini, para siswa sangat antusias untuk berlatih menari, dari benar benar tidak bisa hingga akhirnya mereka mampu menguasai gerakan. Segala proses ini pada akhirnya ditampilkan dalam malam puncak karya di bulan September.
Bukan suatu proses mudah untuk para siswa melakukan 2 kegiatan tersebut, meski mereka anak daerah tetapi budaya wayang dan tari seperti kita tau makin lama semakin pudar bahkan tidak lagi di kenal. Jika bukan kita maka siapa lagi yang akan melestarikan. Jangan sampai budaya kita berpindah tangan menjadi milik negara lain.
Semoga dengan projek penguatan pelajar Pancasila tema kearifan lokal ini membawa generasi muda semakin mencitai bangsa , semakin kreatif dalam melestarikan budaya bangsa, bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Mari kita publikasikan lebih banyak lagi warisan budaya Indonesia agar semakin menjadi dikenal masyarakat luar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI