Pagi ini udara sangat dingin, setelah hujan deras malam tadi. Rasanya kemalasan kian menyelimuti. Hai perkenalkan, namaku Arkan Danendra, aku berumur 17 tahun. Hari ini hari pertama masuk sekolah, namun rasanya aku tidak ingin beranjak meninggalkan kasurku. Selimut ini terus membuatku berada dalam kehangatan di udara yang sangat dingin ini.Â
Sekitar jam 06:30, pintu kamar terdengar suara gaduh.Â
" ARKANNN! Bangun ini sudah jam berapa coba ? " Cepat mandii,!!
Aku pun tetap tidak menghiraukan suara itu.Â
Tiba-tiba wajahku seketika disiram air yang sangat dingin, yang menyebabkan aku tersontak dan berteriak.
" Haduhhhh, aapan ini dingin sekali, " ucapku .
" Dingin-dingin cepat bangunnn ini sudah jam berapa arkann!" Ucap salah seorang perempuan.
Aku pun langsung pergi ke kamar mandi dengan tergesa-gesa.Â
Setelah selesai bersiap, aku menghampiri meja makan. Disitu sudah tersedia roti selai strawberry dan susu kesukaanku.Â
" Kakak opo kokok suddahhh mokan roti inii?", Ucapku.Â
" Apaa, gak jelas ngomong nyaa, udh telen dulu, baru ngomong, ucap kakaknya. "
" Kak...., apa kakak, sudah sarapan? "Â
" Sudah 1 jam yang lalu ketika kamu masib terlelap tidur." Ucap kakakku itu.Â
Itulah sifat kakakku Clara Putri Danendra yang tegas dan berwatak keras.Â
Walaupun begitu aku sangat menyayanginya. Karena dia adalah satu-satunya, keluarga yang aku punya. Sejak orang tuaku meninggalkanku untuk selama-lamanya.Â
Jam pun menunjukkan pukul 7:00, aku pun mulai bersiap untuk berangkat ke sekolah.Â
" Kakk, aku berangkat ke sekolah yah assalamualaikum" sambil mengecup tangannya.
" Ya Waalaikumsalam " ucapnya.Â
Sesampainya di Sekolah, akhirnya upacara pun selesai. Tiba-tiba Aku dipanggil ke depan untuk menerima piala atas perlombaan ku. Aku tak menyangka mendapatkan juara 2 dalam lomba Olimpiade Matematika. Aku sangat senang dan tidak sabar untuk cepat pulang lalu memberitahu kabar gembira ini pada kakakku.Â
Pukul 15:30 Aku sudah diperjalanan. Aku tidak sabar untuk memberi kabar gembira ini kepada kakakku. Tapi sayangnya sudah larut malam begini dia belum pulang. Karena sudah cukup lama menunggu, akhirnya aku memutuskan untuk tidur di sofa sambil menunggunya pulang.Â
Pukul 05:00 Aku terbangun, dengan selimut di tubuhku. Aku yakin pasti kakak yang telah memberi selimut ini. Aku terburu-buru untuk memberitahu tentang hal bahagia yang aku miliki. Aku segera berlari ke ruang tengah untuk menemui kakakku.Â
" Kakak..... ," ucapku dengan keras.Â
Ternyata setelah berunglang kali aku panggil tidak ada jawaban darinya. Aku merasa sangat kesal padanya, dia selalu tidak memiliki waktu untukku. Karena sibuk dengan kerjaan nya itu.Â
Akhirnya aku pergi ke sekolah dengan membawa rasa kesal ini. Di sekolah aku pun melamun dengan banyak pertanyaan yang ada di kepalaku tentang kakak ku. Lonceng sekolah ku berbunyi menandakan jam pulang sekolah tiba. Aku pulang bersama dengan temanku. Setibanya di rumah aku tidak melihat kakak di rumah. Aku tau pasti dia tak ada di rumah lagi. Dan hari-hari berlalu seperti itu.
Satu bulan berlalu, aku dan kakakku semakin asing, walaupun hidup dalam satu rumah yang sama tapi terlihat ada jarak diantara kita. Dia yang sibuk bekerja tanpa ada waktu untuk mengobrol denganku.Â
Hari ini seperti biasa aku pergi sekolah. Namun rasanya aku tak ingin pulang terlalu cepat. Aku merasa sangat bosan di rumah. Aku pun memutuskan untuk lebih lama di angkutan umum ini menikmati angin dan melespankan rasa kesalku. Diperjananan pulang aku melihat seorang wanita seumuran kakakku dengan perut besar dipinggir jalan. Karena rasa iba akupun berhenti disini dan menghampirinya.
" Permisi mba, mba mau kemana?, Ucapku. Â
" Ini dek mba mau kerumah sakit, namun ibu mba yang mau antar belum juga datang ". Ucapnya sambil menahan kesakitan.Â
" Iyah sudah mba mari saya antar, ucapku sambil menggandeng tangganya.Â
Sesampainya di rumah sakit, aku pun memanggil pihak disana untuk segera menangani mba ini.Akhirnya mba tadi di bawa ke ruang persalinan. Akupun menunggu di luar.
Disana banyak orang-orang yang menatapku dengan tatapan sinis. Aku merasa tidak nyaman, namun setelah kulihat bajuku, aku pun mulai mengerti, aku masih mengenakan seragam, mungkin mereka salah paham. Aku pun duduk dan tak menghiraukan mereka. Tiba-tiba ketika aku sedang duduk.
" Ngapain kamu ada di sini?", dengan wajah yang penuh kemarahan.Â
" Dasar kamu adik kurang ajar", ucapnya sambil menampar wajahku.
" Apaa, apa salahku kak? ", Ucapku dengan menahan rasa sakit.
" Apa-apa, sudah ikut kakak pulang," sambil menarik tangaku.Â
Sesampainya di rumah aku terus dimarahi.Â
" Kakak kerja banting tulang gini buat kamu, terus kamu malah kayak gini!. Ucappnya dengan nada tinggi.Â
" Kamu tau yang kamu lakuin itu menhancurkan masa depan mu sendiri. Kaka kecewa sama kamu." Ucapnya dengan banyak air mata yang mengalir.
Aku yang mendengar hal itu, rasanya ingin marah sekali, dia yang tak ada waktu untukku, lalu kini seolah-olah dia tau semua tentang hidupku dan menilaiku dengan sudut pandang yang menurutnya benar. Aku pun mulai muak mendengarnya. Kini kemarahan ku mulai memuncak.Â
Kakak!!, Cukup yah, cukup,...
Namun ditengah perdebatan kita, tiba-tiba terdengar ketukan seorang nenek, aku yang tidak sempat menjelaskan pada kakak, aku pun memilih untuk pergi masuk ke kamar.Â
Setelah lama kemudian, tiba-tiba terdengar ketukan.
"Arkannn, buka dek, kakak mau bicara denganmu, "ucapnya.Â
Aku pun hanya bisa terdiam dengan banyak rasa kesal padanya. Namun kakakku terus mengetuk pintu kamarku. Dengan terpaksa ku buka pintu itu.Â
" Yah ada apaa??, Ucapku dengan sangat kesal.Â
" Maafkan kakak, kakak telah menuduhmu yang tidak- tidak. Kakak sudah tau dari nenek tadi, nenek itu adalah ibu dari wanita hamil yang kamu bawa ke rumah sakit, kakak terlalu sayang padamu dek, hingga kakak tak percaya padamu, dan tidak memberi ruang agar kamu menjelaskannnya tadi, kakak sayang sekali padamu, " ucapnya dengan memelukku.Â
Mendengar hal itu aku hanya bisa terdiam, dan hah? Apa dia mengatakan bahwa dia sangat menyayangiku, apa itu bercanda, bukankah dia selalu sibuk, lalu bagaimana caranya dia menyayangiku.Â
Tiba-tiba Kakak memberikan amplop coklat kepadaku.Â
" Ini dek untukmu, ucapnya dengan senyum di bibirnya.Â
Untuk pertama kalinya aku mengungkapkan kemarahanku.Â
" Apa ini? Aku tidak perlu ini!, sambil melempar amplop itu
" Aku tidak butuh apapun, aku hanya ingin kakak selalu ada untukku, asalkan kakak tau aku benar-benar kecewa padamu, dari awal kakak menuduhku aku sama sekali tidak habis pikir mengapa kakak menilai buruk tentangku, sedangkan kakak sendiri selalu sibuk bekerja dan bekerja.", Ucapku dengan rasa kesal.Â
" Iyah de, kakak tau kakak memang selalu sibuk dengan pekerjaan, kakak minta maaf soal itu, Kaka salah, tapi kamu harus tau apa yang kakak lakukan ini demi kamu, demi masa depanmu, setelah ayah dan ibu meninggal, kakak yang sepenuhnya bertanggung jawab padamu, kakak ingin hidupmu terjamin dan kamu bisa menjadi orang yang sukses.Â
Untuk kesalah pahaman tadi kakak minta maaf, kakak hanya terbawa oleh omongan orang tentangmu, karna kepanikan kakak tak melihatmu di rumah dan tiba-tiba kakak mendengar bahwa kamu ada di rumah sakit dengan seorang wanita hamil. ." ucapnya, dengan tangisan tersedu-sedu.Â
Aku yang mendengar hal itu merasa sangat bersalah, hanya karena kakakku tidak meluangkan waktunya, aku sudah salah menilainya. Padahal semua yang dia lakukan hanya untukku. Demi diriku.Â
Dengan terdiam, akupun mulai melihat isi amplop coklat itu, dan didalamnya terdapat tabungan yang bertuliskan namaku Arkan Danendra. Aku terkejut, merasa terharu dan sangat bersalah padanya.Â
"Maaf kan aku kak", ucapku dengan erat memeluknya.Â
" Iyah kakak juga minta maaf, kakak belum jadi kakak yang sempurna buat kamu. " ucapnya. Â
Aku sayang kakak. Terimakasih kak,Â
" I love You" ucapkuÂ
" I love you too." Ucapnya dengan tertawa haru bahagia.
Akhirnya aku dan kakak hidup bahagia tanpa ada lagi kesalah pahamanku dengannya. Dan kini aku tau orang yang tidak selalu ada untukmu, bukan berati dia tidak menyayangimu, namun dia berusaha untuk lebih menyayangimu sepenuh hati. Terimakasih kakak....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H