" Yah ada apaa??, Ucapku dengan sangat kesal.Â
" Maafkan kakak, kakak telah menuduhmu yang tidak- tidak. Kakak sudah tau dari nenek tadi, nenek itu adalah ibu dari wanita hamil yang kamu bawa ke rumah sakit, kakak terlalu sayang padamu dek, hingga kakak tak percaya padamu, dan tidak memberi ruang agar kamu menjelaskannnya tadi, kakak sayang sekali padamu, " ucapnya dengan memelukku.Â
Mendengar hal itu aku hanya bisa terdiam, dan hah? Apa dia mengatakan bahwa dia sangat menyayangiku, apa itu bercanda, bukankah dia selalu sibuk, lalu bagaimana caranya dia menyayangiku.Â
Tiba-tiba Kakak memberikan amplop coklat kepadaku.Â
" Ini dek untukmu, ucapnya dengan senyum di bibirnya.Â
Untuk pertama kalinya aku mengungkapkan kemarahanku.Â
" Apa ini? Aku tidak perlu ini!, sambil melempar amplop itu
" Aku tidak butuh apapun, aku hanya ingin kakak selalu ada untukku, asalkan kakak tau aku benar-benar kecewa padamu, dari awal kakak menuduhku aku sama sekali tidak habis pikir mengapa kakak menilai buruk tentangku, sedangkan kakak sendiri selalu sibuk bekerja dan bekerja.", Ucapku dengan rasa kesal.Â
" Iyah de, kakak tau kakak memang selalu sibuk dengan pekerjaan, kakak minta maaf soal itu, Kaka salah, tapi kamu harus tau apa yang kakak lakukan ini demi kamu, demi masa depanmu, setelah ayah dan ibu meninggal, kakak yang sepenuhnya bertanggung jawab padamu, kakak ingin hidupmu terjamin dan kamu bisa menjadi orang yang sukses.Â
Untuk kesalah pahaman tadi kakak minta maaf, kakak hanya terbawa oleh omongan orang tentangmu, karna kepanikan kakak tak melihatmu di rumah dan tiba-tiba kakak mendengar bahwa kamu ada di rumah sakit dengan seorang wanita hamil. ." ucapnya, dengan tangisan tersedu-sedu.Â
Aku yang mendengar hal itu merasa sangat bersalah, hanya karena kakakku tidak meluangkan waktunya, aku sudah salah menilainya. Padahal semua yang dia lakukan hanya untukku. Demi diriku.Â