Kegiatan apresiasi sastra itu harus melibatkan totalitas jiwa, sehingga pemahaman terhadap karya sastra akan matang dan berkembang ke arah yang lebih tinggi. Karya sastra khususnya cerpen sebagai karya seni yang kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan karya yang berupa karya yang menggunakan medium bahasa dengan berbagai bentuk dan gaya penulisannya. Karya sastra yang ditulis oleh pengarang tidak semata-mata mengukir keindahan dengan kata-kata, tetapi mereka menyampaikan suatu pesan dan amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca.
    Ekologi sastra adalah sebuah cara pandang yang digunakan untuk memahami permasalahan lingkungan hidup. Hal yang dibahas terkait dengan ekologi sastra adalah adanya keterkaitan antara lingkungan hidup dengan sastra. Ekologi sastra adalah suatu ilmu yang mempelajari cara manusia beradaptasi dan menjaga lingkungan dengan baik (Endraswara, 2016). Dalam kaitan lingkungan dengan kajian sastra, ekologi terbagi atas dua hal, yaitu konteks ekologi alam dan ekologi budaya. Pertama, ekologi alam.Â
   Ekologi alam ini lebih menekankan aspek alam sebagai inspirasi karya sastra dan kajian ekologi yang menekankan pembelaan atau advokasi terhadap kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Berkaitan dengan konteks ekologi alam yang berhubungan dengan sastra, Kedua, ekologi budaya, hal ini ditentukan oleh pola hidup dan perbedaaan karakter-istik wilayah (Widianti, 2017). Keadaan lingkungan alam kerap menjadi sorotan semua pihak karena mengalami beberapa kerusakan yang diakibatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Kondisi lingkungan alam di dalam dunia nyata tidak berbeda jauh dengan kondisi yang ada di dalam karya sastra.Â
    Menurut Hidayati (2015: 124) Cerita pendek sering disingkat menjadi cerpen, adalah cerita rekaan yang pendek, berbentuk prosa berkesan fiksi. Bahkan ada ahli sastra yang memberinya batasan "cerita yang habis dibaca sekali duduk". Pendeknya cerita pendek, kita biasanya tidak menemukan adanya perkembangan di dalam cerita itu. (Widayati, 2019) mengemukakan bahwa kehadiran karya sastra memang tidak terlepas dari kehidupan manusia dan masyarakat. Karya sastra merupakan hasil tulisan pengarang yang umumnya berisi masalah kehidupan yang kerap terjadi di masyarakat.
LANDASAN TEORI
    Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ekologi sastra. Ekologi adalah hubungan lingkungan dan alam, kajian ekologi terhadap salah satu wujud karya sastra berarti mempertemukan konsep ilmu ekologi dengan karya sastra. Paradigma ekologi terhadap kajian sastra merupakan bentuk penerapan pendekatan ekologi dalam memandang sebuah karya sastra. Dalam pandangan ekologi, eksistensi organisme dipengaruhi oleh lingkungannya atau ada hubungan timbal balik atau saling keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya.Â
METODE PENELITIAN
    Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif, Turyandi (2019:96) menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham naturalistik (fenomenologis). Dalam metode deskriptif peneliti memperoleh data melalui studi literatur dan pengamatan. Fokus penelitian ini adalah ekologi karya sastra cerpen Bumi Kita Rumah Kita karya Diva Ajeng Kusuma Wardani. Pengambilan data penelitian ini dengan cara membaca cerpen yang sudah dipilih secara teliti, mengidentifikasi atau menelaah unsur etika lingkungan dan latar fisik yang terkandung pada cerpen, membuat catatan berdasarkan hasil analisis untuk menjabarkan hasil analisis data, mendeskripsikan data yang memuat etika lingkungan dan latar fisik (lingkungan) pada cerpen, serta menarik kesimpulan terkait hasil analisis yang telah dilakukan. sehingga hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian.Â
 D. HASIL PEMBAHASAN
    Cerpen ini mengisahkan pandangan penulis mengenai bumi yang perlahan mulai hancur seperti pemanasan global, udara yang penuh polusi, pohon di tebang, bahkan virus kecil yang membuat geger satu dunia. Tokoh aku yaitu, Diva mengatakan bahwa dulu alam itu sangat menyenangkan, seperti pohon dan rumput hijau yang luas dengan berbaring sambil memandang langit tidak ada lagi persembunyian saat bermain perak umpet. Sekarang tempat itu sudah menjadi pabrik tekstil, tidak hanya mengambil tempat bermainku semasa kecil tapi pabrik itu juga merusak sungai yang berada didekatnya dengan menghasilkan limbah beracun dan membuangnya ke sungai. Padahal sebelumnya, sungai itu sangatlah jernih banyak ikan yang tinggal, tapi kini warna air sungai itu sudah berubah menjadi warna coklat tanah, berbau busuk dan banyak sampah dipinggir sungai.Â
   Alur yang digunakan pada cerpen ini adalah alur campuran yang mana penulis menceritakan kisahnya sewaktu kecil hingga mengingat dan membandingkan keadaan dan kondisi bumi yang sekarang. Sudut pandang dalam cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama yaktu "Aku" seorang pemudi bernama Ajeng Diva Kusuma Wardani. Latar tempatnya di lapangan luas yang dikelilingi rumput hijau dan pepohonan. Latar waktu pada tahun 2020. Latar suasana yaitu kecewa,marah,sedih dan memprihatinkan melihat kondisi bumi dan alam yang sudah dirusak oleh manusia yang tidak bertanggung jawab.