Mohon tunggu...
Rilo Pambudi
Rilo Pambudi Mohon Tunggu... Lainnya - Penggembala Angin

Pembual paruh waktu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pajar Ireng (Fajar Hitam) - Bagian Satu

7 November 2024   00:34 Diperbarui: 7 November 2024   00:42 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andi Ciu hanya tersenyum lemah. "Kalian nggak ngerti. Ini bukan cuma cerita bualan. Ini kenyataan." 

Sebelum bubar, kami terdiam sejenak, menunggu adzan subuh yang menggema bersahutan di langgar-langgar. Kami yang belum tidur semalam suntuk ini harus berangkat bekerja dengan kondisi kenyang oleh ocehan dan khayalan Andi Ciu yang absurd, dari tengah malam sampai fajar hitam. Menemani dan mendengarkannya, bergulat antara sedih dan muak, tetapi itulah Andi Ciu, kawan kami. Meskipun sesekali merasa lelah, kadang-kadang kami juga merasa bersalah, sadar betul bahwa dalam keterasingan yang ia rasakan, kami adalah segelintir orang yang masih berusaha peduli padanya. Dia tidak gila! (bersambung)

-Rawamangun, 6 November 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun