Menanam Mint (Mentha piperita L) DI RUMAH
Daun mint (Mentha piperita L.) adalah salah satu tanaman herbal aromatik penghasil minyak atsiri yang disebut minyak permen (peppermint oil). Peppermint oil yang diproses lebih lanjut akan menghasilkan kandungan menthol. Dengan cara penyulingan pada 70-80% kandungan menthol peppermint oil melalui pengurangan tekanan, sehingga diperoleh bentuk kristal berwarna putih dan memiliki bau khas. Nah, menthol ini telah digunakan secara luas baik dalam bidang obat-obatan, maupun sebagai bahan yang dicampurkan dalam makanan, minuman, pasta gigi.
Pada dasarnya, Mentha piperita dan Mentha arvensis merupakan jenis tanaman mentha penghasil minyak permen (peppermint oil) yang berpeluang untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini karena tanaman tersebut dapat tumbuh pada dataran rendah maupun pada dataran tinggi . Pembudidayaan di daerah subtropik waktu berbunganya memerlukan hari panjang. Minyak permen (peppermint oil) di daerah subtropik  ini memiliki mutu terbaik pada saat pemanenan dilakukan pada fase berbunga penuh.Â
Walau demikian, tanaman Mentha piperita L. yang dipanen sebelum berbunga dapat menghasilkan minyak dengan kandungan menthol yang cukup tinggi juga menurut Balai Penelitian Tanaman Rempah dan obat. Kandungan menthol dalam minyak atsiri akan naik dan turun sesuai dengan pertumbuhan dan umur tanaman, sedangkan akan mencapai maksimum pada akhir periode berbunga. Peppermint ( Mentha x piperita ) pertama kali dibudidayakan pada 1750 dekat London, Inggris sebagai hibrida eksperimental antara watermint dan spearmint. Dewasa ini  mint dapat  tumbuh secara alami hampir di seluruh dunia membuktikan bahwa  mint memiliki kemampuan untuk beradaptasi yang tinggi.Â
Daun mint merupakan jenis tanaman penghasil menthol atau rasa mint yang seringkali dapat dirasakan pada saat mengkonsumsi permen atau saat meminum obat batuk. Mint atau peppermint (mentha piperita) Â termasuk jenis tanaman dalam keluarga Laminaceae. Wilayah Indonesia yang subur sangat mendukung untuk budidaya tanaman mint sehingga berpeluang untuk mengembangkan daun mint yang peminatnya juga makin meningkat. Daun mint ini memang memiliki banyak manfaat dan permintaannya sangat tinggi.Â
Di pasaran kebutuhan daun mint terus meningkat dari waktu ke waktu. Tingginya kebutuhan daun mint sementara ketersediaan daun mint bisa dikatakan sangat minim. Sehingga prospek budidaya daun mint ini sangat bagus. Peluang usaha dalam pembudidayaan daun mint terbuka lebar bagi siapa saja. Paling tidak , mengingat manfaatnya dan kemudahan pembudidayaannya akan lebih baik dicoba menanamnya di pekarangan rumah. Tanaman mint dapat ditanam di lahan bahkan cantik juga jika ditanam di dalam pot sebagai tanaman multi guna, daunnya yang cantik, unik dan hijau tidak kalah bersanding dengan tanaman hias daun lainnya di teras rumah.
Seperti diketahui bahwa Peppermint merupakan tanaman asli dari Eropa dan Timur Tengah, serta dari daerah subtropik, sekitar Mediteranian (Laut Tengah). Dalam sejarah penyebarannya ke Asia diduga berasal dari Eropa, yang awalnya disebarluaskan oleh orang Spanyol di daerah Semenanjung Malaya dan Singapura. Sejak tahun 1500 M tanaman daun mint ini telah banyak dibudidayakan di California, Washington, Michigan, Ohio, dan Jepang. Daunnya awalnya banyak  digunakan sebagai penyedap pada salad atau makanan yang dimasak, campuran dalam minuman teh, juga digunakan dalam pengobatan tradisional.
Morfologi  tanaman mint yaitu memiliki Akar serabut yang kuat, batang segi empat, hijau keunguan,percabangan simpodial. Daun berbentuk oval,berwarna hijau gelap dengan tulang daun kemerahan, ujung dan pangkal daun runcing , tepi daun bergerigi serta permukaannya kasar. Bunganya kecil, berbentuk lonceng, tumbuh berkelompok, melingkar di ketiak daun.Memiliki 4 helai corolla, berwarna ungu muda atau putih, Biji kecil dan berwarna hitam. Di Indonesia, jarang menghasilkan biji.
Daun mint memiliki kandungan  kimia menthol, menthone, metil asetat, fenolik, rosmarinic acid, flavonoid (eriocitrin, luteolin dan hesperidin), isomenthone, neomethylacetate, piperitone, pulegone, limonene. Daun mint disinyalir dapat meredakan gatal-gatal akibat alergi, sinusitis,sakit kepala, sakit tenggorokan, mengatasi perut kembung, menjaga kesehatan gigi, meringankan kram menstruasi, memiliki aktivitas sebagai analgesik, sitotoksik, antiinflamasi, antioksidan,antikanker, antimikroba. Bagian tanaman yang dimanfaatkan teutama  adaah daunnya.
Klasifikasi Daun Mint
 Menurut Plantamor (2012), secara ilmiah daun mint atau dengan nama lain (Mentha piperita L.) termasuk suku Lamiaceace, dengan klasifikasi Mentha piperita L. sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Family : Lamiaceae
Genus : Mentha
Spesies : Mentha piperita Linn.
Â
Kandungan Daun Mint
Kandungan utama dari minyak daun mint (Mentha piperita L.) adalah menthol, menthone dan metil asetat, dengan kandungan menthol tertinggi (73,7-85,8%). Selain itu, kandungan monoterpene, menthofuran, sesquiterpene, triterpene, flavonoid, karotenoid, tannin dan beberapa mineral lain juga ditemukan dari minyak daun mint (Mentha piperita L.) Menthol berkhasiat sebagai obat karminatif (penenang), antispasmodic (antibatuk) dan diaforetik (menghangatkan dan menginduksi keringat). Minyak Mentha piperita L. mempunyai sifat mudah menguap, tidak berwarna, berbau tajam dan menimbulkan rasa hangat diikuti rasa dingin menyegarkan. Minyak ini diperoleh dengan cara menyuling batang dan daun mint, sehingga minyak yang sudah diisolasi mentholnya disebut dementholized oil (DMO).
Manfaat Daun Mint
Dalam kehidupan sehari -hari daun mint (Mentha piperita L.) banyak digunakan dalam industri farmasi, rokok, makanan diantaranya adalah untuk pembuatan pasta gigi, minyak angin, balsam, kembang gula dan lain-lain . Berdasarkan penggunaannya sebagai bumbu, mint (Mentha piperita L.) sering digunakan untuk bumbu daging, ikan, saus, sup, masakan rebus, cuka, minuman teh, tembakau, dan minuman anggur. Ujung daun yang segar dari seluruh jenis mint  sering juga digunakan dalam aneka minuman, buah, saus apel, es krim, jeli, salad, dan sayur. Sementara itu dalam dunia kedokteran, kandungan ekstrak minyak daun mint yang mudah menguap yaitu menthol digunakan untuk sakit perut, pereda batuk, inhalasi, mouthwashes, pasta gigi, dsb. Daun mint (Mentha piperita L.) digunakan oleh para herbalis sebagai antiseptik, antipruritik, dan obat karminatif. Ekstrak tanaman mint  mengandung radioprotektif, antioksidan, antikarsinogenik, antialergik, antispasmodik. Ternyata aroma peppermint dapat digunakan sebagai inhalan untuk sesak napas, bahkan teh daun mint juga dimanfaatkan antara lain untuk pengobatan batuk, bronchitis, dan inflamasi pada mukosa oral dan tenggorokan. Â
Syarat Tumbuh
Tumbuh baik pada tempat dengan ketinggian100-700 m dpl. Menyukai daerah yang lembab, curah hujan 2.000-4.000 mm/th, intensitas cahaya penuh, suhu 20-30 C, kondisi tanah gembur, berdrainase baik, pH tanah 5,5-7. Tidak toleran terhadap kondisi kekeringan dan tergenang air.
Umumnya, tanaman mint dapat bertumbuh dengan baik di daerah yang lembab dan hutan dengan ketinggian 150 hingga 900 meter di atas permukaan laut. Daun mint sendiri membutuhkan tanah yang subur, drainase yang baik, dan gembur (tidak keras atau padat).Â
Tanaman ini dapat berproduksi baik di dataran rendah dengan ketinggian 100-400 mdpl dan medium dengan ketinggian 400-700 mdpl. Lahan yang cocok untuk menanam daun mint adalah tanah berpasir, subur, penuh bahan organik, dan drainase yang baik dengan pH tanah sekitar 5,5 hingga 7,0. Iklim yang sesuai untuk menanam daun mint adalah  yang  memiliki curah hujan 2.000 hingga 4.000 mm per tahun, bulan basah sekitar tujuh bulan, dan bulan kering sekitar tiga bulan, tingkat kelembapan sekitar 70 hingga 80 persen, intensitas cahaya penuh, serta temperatur 200-300 Celcius.
Dari data Bappeda PadangKota Padang berada pada ketinggian 0-1853 dengan wilayah terbesar berada pada 0-500 m dpl, temperatur 230 -320Â C pada siang hari, 220Â -28 0 C pada malam hari. Kelembaban rata-rata 80-85 %, curah hujan rata-rata 347,5 mm /bulan, curah hujan tertinggi 615 pada bulan Desember dan curah hujan terendah 81 mm pada bulan Maret, kecepatan angin 1,6 -5,6 Knot dan tertinggi 5-40 Knot. Dengan demikian tanaman mint dapat tumbuh dengan baik di wilayah kota Padang jika dilihat dari syarat iklimnya.
Perbanyakan Tanaman Mint.Â
Umumnya diperbanyak  secara vegetatif melalui stek  yaitu  tek pucuk, stek batang, dan stek stolon. Ketiga cara stek  ini  memberikan hasil tanaman yang baik . Namun demikian stek pucuk daun mint akan bertumbuh lebih cepat. Oleh karena itu perbanyakan tanaman mint dengan stek pucuk sangat dianjurkan. Stek yang terbuat dari pucuk, stolon, dan batang harus dilakukan penyemaian terlebih dahulu di polybag, tanaman ini mudah layu saat terjadinya perubahan kondisi lingkungan. Proses penyemaian  dapat mengurangi tingkat kematian benih saat dipindahkan ke lahan/pot yang lebih besar (jika ingin menanam di dalam pot).
Siapkan polybag ukurang 1210 cm dengan campuran tanah dan pupuk kandang. Setelah itu, masukkan media tanam ke polybag dan biarkan selama empat hingga lima hari. Siapkan stek pucuk dengan panjang 5-10 cm. Jika sudah selesai, maka tanam stek daun mint di dalam polybag dengan posisi tegak dan tingkat kedalamannya sekitar 2-3 cm. Setelah itu, bungkus dengan menggunakan plastik berukuran lebar 1 meter dan tinggi 0,5 meter. Untuk panjangnya, bisa disesuaikan dengan kebutuhan atau keinginan anda. Kemudian, biarkan selama satu minggu agar kelembapannya terjaga.
Penanaman Di Lahan
Lahan untuk tanaman mint harus dibersihkan terlebih dahulu dari gulma dan gangguan lainnya. Selanjutnya, gemburkan tanah dengan cara dicangkul hingga kedalaman 30 cm, buang sisa gulma yang masih ada. Tanah yang sudah bebas dari gulma harus dibuatkan bedengan dengan tinggi sekitar 20-30 cm, lebar sekitar 1-1,5 cm, dan panjang yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi lahannya. Jarak antar bedengan yang ditetapkan adalah 40-50 cm.
Proses pembuatan lubang tanaman harus dilakukan saat satu minggu sebelum waktu tanam berukuran 30x30x30 cm dengan jarak 6040 cm. Setiap lubang harus diberikan pupuk kandang selama satu minggu dengan cara diaduk merata dengan tanah. Setelah semuanya siap, maka  dapat dilakukan transplanting bibit ke lahan penanaman. Bibit yang sudah berusia satu bulan bisa ditanam dalam lubang tanam dengan posisi tegak, kemudian ditekan pada bagian pangkal batangnya sehingga kokoh.
Pemeliharaan Tanaman Mint.
Tanaman mint juga sangat peka terhadap musim kekeringan, sehingga bisa disiram hingga bedengannya basah. Setelah itu, berikan perlindungan dengan gedebok pohon pisang atau lainnya misalnya dengan membuat naungan khusus. Hal itu dilakukan agar daun mint terhindar dari sinar matahari langsung. Jika tanaman mint sudah beradaptasi dengan baik maka naungan dapat dilepas/dibuang.
Lakukan penyiraman selama dua kali sehari atau disesuaikan dengan kondisi lahan, karena bedengan harus tetap dalam keadaan basah. Supaya nutrisi yang dibutuhkan daun mint dapat terpenuhi, maka dilakukan pemupukan. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pemupukan yang dianjurkan adalah pupuk organik seperti pupuk kandang , kompos atau pupuk organik lainnya. Pemupukan ini penting  untuk meningkatkan pertumbuhan daun mint yang baru.  Selain pupuk organik dapat juga menggunakan pupuk anorganik seperti pupuk urea, SP -36, KCL atau pupuk majemuk NPK yang banyak dijual di toko-toko sarana dan prasarana pertanian. Pemupukan lanjutan dengan pupuk NPK 100-150 kg/hektar atau campuran pupuk urea sebanyak 150 kg, DS 150 kg, dan ZK 150 kg/hektar. Saat tanaman mint berusia 60 hari,  pupuk NPK dengan dosis 0,5 sendok makan. Selain itu dapat juga dengan cara  menyemprotkan zat perangsang tumbuh, seperti GA3 dengan tingkat kepekatan sekitar 50 ppm untuk meningkatkan produksi daun mint hingga 60 persen. Bersihkan lahan di sekitar penanaman mint dari gulma atau tanaman pengganggu lainnya.
Pemanenan
Pemanenan  tanaman mint dapat dilakukan dengan cara dipotong dengan menggunakan sabit atau gunting setek . Waktu panen untuk pertama kalinya dilakukan saat umur tanaman sekitar tiga hingga empat bulan dan berbunga sekitar 50-70 persen dari seluruh jumlah tanaman. Waktu panen daun mint di Indonesia bisa terjadi selama dua kali setahun. Jika irigasinya teratur, maka waktu panen bisa tejadi selama tiga kali setahun.
Tanaman mint sangat rentan terhadap penyakit layu. Oleh karena itu , jangan biarkan tanaman mint dalam kondisi air tergenang, atau terkena sinar matahari langsung secara terus menerus. Pastikan nutrisi tanaman mint cukup dengan melihat kondisi tanaman.Â
Jika daun mint hijau segar berarti nutrisi nya cukup. Untuk penanaman tanaman mint dalam pot perhatikan dengan baik jangan sampai perakaran dan percabangan mint terlalu banyak. Jika terjadi demikian  maka harus dilakukan repotting atau penggantian pot  dan penambahan media tanam. Tanaman mint yang ditanam di dalam pot dapat diletakkan di teras dan di halaman yang tidak terlalu banyak mendapatkan cahaya matahari langsung. Jika diletakkan di dalam ruangan maka sekali seminggu tanaman mint diletakkan di tempat terbuka menikmati cahaya matahari pagi.
Dari berbagai sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H