Dan jawaban dari resepsionis selalu sama. We are waiting confirmation from Ethiopian Airline. Aku menghabiskan waktu ngobrol dengan sesame penumpang. Ada gadis USA yang sudah telanjur beli tiket Addis Ababa -- Israel-New York. Ada bule laki laki tua dari Zambia yang mengkhawatirkan kondisi istrinya yang sedang sakit. Ada orang Indonesia yang bekerja di kilang minyak di Gabon, yang ingin segera sampai karena sudah ditunggu teman yang digantikannya.
Sempat aku video call dengan putriku Adel. Awalnya kami mengobrol santai namun begitu aku ingin menutup telp, Air mata Adel berkaca kaca kemudian berlinang. Malam itu aku terharu.
Malam hari itu aku berkata dalam hati bahwa keberadaanku di sini adalah untuk masa depan keluargaku, anak istriku. Sebelum berangkat ke Ethiopia aku berkata kepada Adel ( 9 th) bahwa ayah pergi mencari biaya untuk kuliah Adel. Inilah yang memberi pemahaman kepada Adel mengapa aku harus pergi.
Siang berganti sore. Sore berganti malam tak kunjung ada kepastian dari resepsionis. Aku pun masuk kamar sekitar pukul 23.00. Tetap aku tak bisa tidur. Â Sekitar 23.30 telpon di kamar hotel berdering.
"Sir you have to leave now, flight will depart 1 hour from now"
Gila....Aku kaget...
Aku segera bangunkan Alfian dan pergi ke 3 kamar sebelah untuk bangunkan rombongan perempuan.
Sesampainya di resepsionis sudah berjubel penumpang yang akan keluar hotel mengantri passport dan boarding pass yang ditahan resepsionis. Petugas flight service mengarahkan kami ke gate keberangkatan. Kami keluar berjalan berhamburan mengikut petugas. Setelah lima menit berjalan ,sudah kadung terburu buru kami dihentikan petugas diminta duduk menunggu. Setengah jam kami duduk menunggu. Ternyata crew Ethiopian Airline, pilot dan pramugari lewat di depan kami. Baru kami diperboleh masuk memasuki lorong menuju gate keberangkatan. Kami keluar gedung. Sebuah bus menunggu dan mengangkut kami menuju pesawat.
Kami tertahan 18 jam di bandara Suvarnabhumi. Setelah kami masuk pesawat, kami mendapati pesawat yang awalnya banyak kursi kosong menjadi penuh. Aku menduga, kami sengaja ditahan di Bangkok karena menunggu penumpang untuk memenuhi seat pesawat.
Ini berkahku .
Aku menginjak bumi Bangkok.