"Kita lihat saja kemana petugas akan mengarahkan kita"
Kami ambil tas ransel masing masing dari bagasi pesawat.
Seorang pemuda petugas flight service naik ke kabin dan mengarahkan kami keluar pesawat. Aku tanya petugas kita akan dibawa kemana.
"Where are you going to take us?"
" We will show you the way out first sir, while we are waiting the fixed information from Ethiopian Airline"
Kami pun mengikuti pemuda petugas flight service yang membawa HT ini. Mereka terus berkomunikasi dengan Bahasa Thai sambil mengarahkan kami memasuki lorong Lorong di Bandara Suvarnabhumi.
Rombongan penumpang turun tanpa ada immigration clearance. Kami hanya menunjukkan passport dan boarding pass. Petugas flight service mendata manifest penumpang. Kami melewati Xray checking.
Petugas mengatakan kami akan diarahkan ke hotel di Kawasan bandara. Tibalah kami di hotel Miracle Transit Hotel & Spa di lantai 4 departure hall bandara. Petugas resepsionis hotel mendata kami. Resepsionis berblazer hitam cantik berkulit kuning ini meminta passport dan boarding pass untuk disimpan. Mereka memberi kunci kamar hotel. Per kamar 2 orang. Karena jumlah kami 9 orang, aku minta agar diberi 4 kamar saja. Aku dan Alfian sekamar di kamar 303, sedangkan 7 orang rombongan lain perempuan akan menempati 3 kamar ( 1 kamar ada yang berisi 3 orang agar mudah).
Kami masuk ke kamar masing masing. Hotel ini cukup nyaman. Â Hatiku gundah karena kami harus tertahan di Bangkok dengan membawa rombongan 8 orang. Di sisi lain aku bersyukur karena kakiku menginjak bumi Thailand. Momen yang sebelumnya tak terpikirkan. Inilah kali pertama dalam hidupku aku menginjak negeri orang.
Setelah mandi, aku dan alfian makan pagi, rombongan kawan perempuan yang lain pun ikut makan pagi. Iseng iseng aku ke resepsionis cek harga kamar hotel. Aku tahu Ethiopian Airline akan bayar semua akomodasi selama kami tinggal di hotel ini. Tarif hotel ini Deluxe Room including one meal : 307 US$ ( tarif 12 jam). Ada tarif tarif lain 4 jam,6 jam,8 jam, 10 jam.
Kawan lain pergi ke kamar beristirahat. Aku sebagai leader tak bisa tidur. Setiap jam aku melihat layar flight monitoring board  di hotel ini. Menanti kepastian keberangkat kami ke Ethiopia. Sampai dengan jam makan siang tak jua ada kepastian kapan keberangkatan kami. Resepsionis tampak kewalahan menghadapi penumpang yang silih berganti menanyakan kepastian berangkat.