Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cara Ampuh Bangun Keberanian Berbahasa Inggris Anak

6 Mei 2016   00:38 Diperbarui: 6 Mei 2016   11:54 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi: singaporemomhood

Pengulangan dan teriakan merupakan sebuah metode ampuh untuk melakukan internalisasi bahasa dalam sel otak anak. Reflek berbahasa anak pun akan terbentuk seiring dengan bertambahnya perbendaharaan kata yang dikuasainya.

Saya menerapkan metode ini setahun yang lalu ketika anak saya berumur 4 Tahun 10 Bulan. Cara “Listen,Follow,Shout,And Repeat Again” ini tidak hanya menambah perbendaharaan kosa kata Inggris untuk anak saya, tetapi mampu membangun keberaniannya berbicara dalam Bahasa Inggris.

Saya teringat hampir dua puluh tahun lalu ketika duduk di bangku kelas satu SMP. Guru Bahasa Inggris selalu datang ke kelas dengan membawa alat peraga gambar. Setiap gambar berukuran amplop folio tersebut mengilustrasikan seorang anak laki laki sedang melakukan berbagai macam pekerjaan.

Pak Guru melafalkan dalam Bahasa Inggris aktifitas anak laki laki dalam setiap gambar yang dipertunjukkan di depan kelas. Misalnya untuk gambar anak laki laki mengendarai sepeda, Pak Guru mengucapkannya “This is the picture of a boy riding a bicycle”. Setelah itu Pak Guru menyuruh seluruh muridnya mengulangi secara serentak sehingga membuat seluruh kelas terdengar bergemuruh. Begitu seterusnya, Pak Guru menunjukkan gambar, mengucapkannya dalam Bahasa Inggris, dan menyuruh murid menirukan secara bersamaan variasi aktifitas seperti going to school, climbing the tree,reading a bookdan lain lain. Seingat saya, kegiatan itu dilakukan sampai beberapa bulan ( 2 kali seminggu).

Metode ini juga saya termukan ketika membaca novel The Land Of Five Tower karya Ahmad Fuadi pada September 2013. Dalam novel ini penulis menceritakan pengalaman pribadinya ketika mengikuti pembelajaran Bahasa Arab di pesantren. Pada hari pertama mengikuti pelajaran Lughah Arabiah, Ustad masuk ke ruang kelas dengan mengucapkan sebuah kalimat secara lantang dalam bahasa Arab. Ustad yang tangan kirinya membawa sebuah buku itu mengucapkan kalimat yang intonasinya menyiratkan sebuah pertanyaan. Sementara itu tangan kanan Ustad menunjuk ke tangan kiri.

Kemudian dengan bahasa isyarat Ustad menyuruh semua murid bersama sama mengulangi kalimat tersebut dengan suara keras dan berulang ulang. Ketika semua murid terlibat dalam proses pengulangan kalimat, Ustad menuliskan kalimat tersebut di papan tulis. Ustad pun lalu mengulangi kalimat pertanyaan itu kepada beberapa murid secara acak. Murid yang ditunjuk harus menjawab pertanyaan itu secara jelas dan lantang. Metode pengulangan ini ditelan murid setiap hari, enam hari seminggu, selama tiga bulan.

Penulis novel ini menyadari sekarang ini bahwa pengulangan dan teriakan merupakan sebuah metode ampuh untuk melakukan internalisasi bahasa dalam sel otak. Selain itu penulis novel ini juga merasakan dampak metode ini dalam mengawetkan reflek berbahasa. Para santri menyebut metode “Listen,Follow,Shout,And Repeat Again” ini sebagai metode langsung ( direct method). Gaya belajar inilah yang membuat para santri berani berbicara dalam bahasa Arab dan Inggris.

Saya menerapkan metode langsung ini dalam menyuntikkan kosakata baru kepada anak saya Adel ketika berumur 4 tahun 10 bulan ( Juni 2015) . Metode ini saya pakai dua tahun sejak saya mengenalkan Bahasa Inggris kepada Adel pada usia 2 tahun 11 bulan.

Pada siang hari saya dan Adel bermain kartu. Kami bergantian mengocok kartu. Saya selalu mengingat setiap kosakata baru yang Adel harus “telan”. Sehingga setelah meluncurkan sebuah kalimat yang mengandung kosakata baru saya mengartikannya dalam Bahasa Indonesia.

Saya berkata,” I shuffle the card first…..shuffle itu mengocok”. Setelah itu Adel membagi kartu yang bergambar “ princess”. Giliran saya meminta Adel untuk menyuruh saya mengocok kartu.

Saya berkata,” Say like this….Ayah please shuffle the card!”

Adel menirukan,” Ayah please shuffle the card!”.

Berulang ulang kami mengocok kartu bermain kartu sehingga dalam bermain setengah jam Adel melisankan kata shuffle kira kira 5 kali. Saya berpura pura tertidur di lantai. Ini adalah sebuah cara agar Adel meneriakkan kata “shuffle” ketika menyuruh saya mengocok kartu.

Adel pun berteriak,” Yah…..please shuffle the card…I said”.

Malam harinya menjelang tidur saya mengecek apakah kata shuffle ini sudah masuk ke dalam memorinya.

Kami pun bermain tebak tebakkan. Saya berpura pura naik sepeda motor. Adel pun meneriakkan,” Riding A Motorcycle”. Selanjutnya saya memperagakan orang yang sedang berenang. Adel pun menebak dan berkata,” Swimming”. Begitu seterusnya saya memerankan orang yang sedang mandi, memasak, menyisir rambut.

Akhirnya saya duduk di lantai dan menepuk nepukkan kedua tangan saya, mempertunjukkan orang yang sedang mengocok kartu. Adel pun tepat menjawabnya sambil berseru,” Shuffle The Cards”. Saya pun gembira sekali mendapati kata shuffle ini meluncur keluar dalam tuturan kalimat.

Pada kesempatan lain beberapa hari kemudian Adel bermain main dengan asesoris perhiasan kalung , gelang dari manik manik. Saya terbersit ide untuk menambah kosakatanya dengan kata jewelry.

Saya mengatakan,” I love your jewelry

Adel menjawab,” Jewelry itu apa?”

Saya menerangkan,” Jewelry itu perhiasan seperti kalung gelang cincin”

Dengan dua tangan, saya berpura pura menyembunyikan sekumpulan asesoris gelang kalung tersebut di belakang pinggang. Kemudian saya letakkankan asesoris itu di telapak tangan kanan dan membiarkan telapak tangan kiri kosong.

Saya tarik kedua telapak tangan ke depan dalam posisi menggengam. Selanjutnya saya meminta Adel untuk menebak pada telapak tangan yang mana asesoris itu tersimpan.

Saya bertanya dalam bahasa Inggris,” Please guess where is the jewelry, on the right hand or on the left hand ?”

Setelah mengatakannya, saya menjelaskan kata ”guess”. karena saya yakin kata ini masih asing bagi Adel. Kepada Adel, saya jelaskan arti kata “guess” = menebak. Kemudian saya mengulangi pertanyaan di atas.

Adel menjawab,” right hand “.

Saya berkata ,” Correct…Good Adel

Dalam proses ini Adel sudah memahami bahwa jewelry adalah perhiasan.

Saya mengulangi permainan lagi dengan meletakkan perhiasan di sebelah kiri. Senang sekali Adel ketika kebetulan dia menebaknya dengan benar.

Pada fase ini Adel masih memahami secara pasif. Untuk menjadikan kata jewelry menjadi aktif dalam memorinya, saya memintanya berganti peran. Sekarang giliran Adel yang harus menyembunyikan perhiasan itu dan saya yang harus menebaknya.

Saya harus mengulang lagi pertanyaannya agar Adel menirukannya.

Please guess where is the jewelry on the right hand or on the left hand ?”

Ketika sampai pada kata jewelry, Adel mengerenyitkan wajah,tertahan, karena memorinya harus mengingat kata jewelry ini lagi. Saya memandunya lagi dengan mengatakan “jewelry”.

Kemudian Adel mengatakan ” Please guess where is the jewelry on the right hand or on the left hand ?”

Setelah dua atau tiga kali Adel mengulangi permainan ini. Kata ini sudah aktif tersimpan dalam memorinya. Setelah selesai bermain saya memintanya untuk menyimpan asesoris perhiasan itu di kotak perhiasan.

“Please keep the jewelry in your jewelry pot!”

Beberapa hari kemudian ketika kami bermain dengan jenis permainan lain di lantai, saya mengecek apakah kata ini masih aktif dalam memorinya.

Saya menanyakan,” Where is your jewelry”

Adel menjawab,” Do you want to play with jewelry”

Adel berjalan mengambil kalung dari pot kecil tempat menyimpan asesoris perhiasannya dan meletakkan di lantai.

Akhir akhir ini saya mendapati bahwa metode ini tidak hanya menghasilkan sekumpulan kosakata baru, namun juga membangun keberanian Adel dalam berbicara dalam Bahasa Inggris.

Selamat Mencoba.

Rikho Kusworo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun