Mohon tunggu...
RIKE FITRIASALSABILLA
RIKE FITRIASALSABILLA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jember

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tongkonan: Lebih dari Sekadar Rumah, Warisan Sakral Masyarakat Toraja

15 September 2024   12:50 Diperbarui: 15 September 2024   13:04 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://stock.adobe.com/

Identitas nasional merupakan kepribadian atau jati diri yang dimiliki suatu bangsa. Terdapat dua jenis identitas nasional yaitu yang pertama primer yang mencakup kebudayaan dan sekunder yang mencakup seluruh simbol-simbol kenegaraan, dan semua itu tercakup dalam Pancasila. Salah satu identitas nasional adalah Rumah Tongkonan yang termasuk jenis kebudayaan Indonesia.

Sejarah dan Makna Rumah Tongkonan

Menurut Said (2004:49) istilah Tongkonan berasal dari kata tongkon, yang berarti menduduki atau tempat duduk. Sementara itu, ma’ tongkon berarti duduk berkumpul. Dari sini, muncul istilah Tongkonan, yang merujuk pada tempat tinggal penguasa adat dan berfungsi sebagai lokasi untuk berkumpul. Rumah Tongkonan merupakan rumah adat yang berada di Tana Toraja yang dibangun dan dimiliki bersama oleh satu rumpun keluarga, sebagai warisan dari nenek moyang mereka. Jadi, rumah adat Tongkonan tidak dimiliki secara individu tetapi turun temurun dari keluarga. Selain sebagai tempat tinggal, Tongkonan juga berperan penting dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Toraja, menjadi pusat pertemuan untuk melaksanakan berbagai ritual adat, tradisi dan budaya masyarakat. 

Asal mula rumah Tongkonan yang melengkung menyerupai perahu memiliki makna yang mendalam. Bentuk ini mengingatkan masyarakat Toraja akan nenek moyang mereka yang menggunakan perahu untuk menyeberangi Sungai Sa’dan. Setelah menyeberang, perahu tersebut dibawa ke puncak gunung dan dibongkar ulang, tetapi tetap dirancang menyerupai perahu. Hal ini dilakukan karena para penguasa dan bangsawan saat itu akan tinggal di puncak gunung, sehingga perahu yang dimodifikasi tersebut dinamakan Tongkonan, yang berfungsi sebagai tempat tinggal.

Struktur dan Arsitektur Rumah Adat Tongkonan

Tongkonan adalah rumah panggung berbentuk persegi panjang yang didesain untuk melindungi penghuninya dari ancaman binatang buas maupun musuh. Struktur vertikal rumah ini terbagi menjadi tiga bagian utama:

  • 1. Bagian Kaki (Sulluk Banua):

Terletak di kolong rumah yang dibentuk oleh tiang-tiang kayu berfungsi untuk melindungi bangunan dari kelembapan tanah dan air. Bagian ini juga memastikan kestabilan rumah agar tidak mudah turun akibat lunaknya tanah.

  • 2. Bagian Badan (Kale Banua):

Ruangan di bagian badan rumah terbagi menjadi beberapa ruang yang memanjang dari utara ke selatan. Fungsi dari ruang-ruang ini antara lain sebagai tempat istirahat, ruang tamu, dapur, tempat makan, serta lokasi untuk melaksanakan upacara syukuran dan musyawarah keluarga.

  • 3. Bagian Atap (Rattiang Banua):

Atap Tongkonan adalah bagian yang paling tua dan biasanya terbuat dari bilah-bilah bambu yang disusun bertumpuk. Bentuk atap yang melengkung ini dianggap sebagai representasi perahu yang dibawa leluhur Toraja ketika pertama kali tiba di pulau Sadan. Beberapa ahli dan tokoh masyarakat juga menginterpretasikan atap tersebut menyerupai tanduk kerbau, simbol kekayaan dan status dalam budaya Toraja.

Atap Tongkonan ini memiliki bentuk lengkung yang mencolok, yang juga bisa diartikan sebagai lambang tanduk kerbau. Kerbau sendiri dalam masyarakat Toraja adalah simbol penting yang berkaitan dengan status sosial dan kekayaan, khususnya dalam upacara pemakaman Rambu Solo', di mana kerbau memiliki peran sentral.

Fungsi Sosial dan Upacara

Selain memiliki fungsi sebagai rumah pada umumnya yaitu sebagai tempat tinggal, Rumah Tongkonan juga berfungsi untuk melakukan aktivitas sosial, upacara kedukaan, upacara kegembiraan, dan menjalin kekerabatan antar keluarga. Terdapat berbagai fungsi Rumah Tongkonan yang digunakan untuk upacara adat masyarakat suku Toraja, diantaranya ialah upacara pemakaman Rambul Solo yang termasuk upacara kedukaan. Upacara tersebut dilaksanakan dengan meletakkan keranda anggota keluarga yang meninggal yang disebut keranda "Erong" di depan Rumah Tongkonan dan sekumpulan kerbau yang telah dibeli oleh seluruh anggota keluarga. Terdapat juga Upacara Mangrara Banua atau Peresmian Tongkonan dan Upacara Rampanan Kapa (Pernikahan) yang termasuk tradisi Rambu Tuka' yaitu tradisi kegembiraan atau syukuran (Wong et al., 2022).

Tidak semua rumah adat Toraja disebut dengan Tongkonan, sebab Tongkonan merujuk pada rumah yang memiliki adat saja. Terdapat kompleks pemukiman Tongkonan yang paling sering dikunjungi wisatawan yaitu pada objek wisata Ke"te" Kesu di wilayah Toraja Utara, dimana deretan Tongkonan berjejer rapi dari timur ke barat. Ke"te"su Kesu merupakan tempat dimana Tongkonan masih menjalankan fungsinya sebagai pemerintahan adat yang dipimpin oleh satu Tongkonan utama yang disebut Tongkonan Layuk (penguasa wilayah), sekaligus Pesio Aluk (pembuat aturan) (Imanuella, 2017).

Tempat Penyimpanan Mayat

Dalam tradisi masyarakat Toraja, rumah Tongkonan memiliki fungsi khusus sebagai tempat sementara untuk menyimpan jenazah sebelum upacara pemakaman Rambu Solo dilaksanakan. Jenazah yang disimpan di rumah Tongkonan diawetkan dengan metode tradisional, seringkali menggunakan ramuan alami yang diwariskan secara turun-temurun. Ramuan tersebut dapat berupa rempah-rempah dan akar tanaman yang digosokkan ke sekujur tubuh orang yang meninggal. Namun karena perkembangan zaman, keluarga bisanya hanya menyuntikkan formalin ke jenazah. Proses tersebut dilakukan agar jenazah tetap utuh hingga waktu pemakaman tiba, yang bisa memakan waktu yang lama dapat berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, tergantung pada kesiapan keluarga dalam mengadakan upacara pemakaman yang layak. Upacara pemakaman Rambu Solo merupakan ritual besar yang melibatkan seluruh keluarga dan masyarakat, yang memerlukan persiapan yang matang.

Selama jenazah berada di rumah Tongkonan, masyarakat Toraja memperlakukannya seperti anggota keluarga yang masih hidup secara spiritual. Kehadiran jenazah diyakini masih memiliki ikatan dengan dunia manusia, sehingga ritual dan perlakuan khusus diberikan, seperti menyediakan makanan, minuman, dan memakaikan baju, serta menyapa jenazah dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya hubungan antara kehidupan dan kematian dalam kepercayaan masyarakat Toraja, di mana proses transisi menuju alam baka dipandang sebagai perjalanan yang panjang dan sakral. Masyarakat Toraja percaya bahwa apabila tidak merawat mendiang tidak baik, maka keluarga akan mendapatkan kesialan atau kesusahan dalam hidup.

Rumah Tongkonan Dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari, Tongkonan tidak hanya sebagai tempat duduk bersama, Tongkonan digunakan sebagai pusat kebudayaan yang menjadi wadah untuk melestarikan tradisi dan adat istiadat Toraja, sebagai tempat pembinaan keluarga, dimana anggota keluarga belajar tentang aturan-aturan yang berlaku, saling menghormati, dan pentingnya kegotongroyongan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, rumah Tongkonan juga digunakan sebagai pusat memberikan motivasi, dorongan dan stabilitas sosial di tengah-tengah masyarakat. Tongkonan memotivasi masyarakat untuk terus aktif dalam menjaga keharmonisan sosial dan budaya, dan menjadi pusat penyelesaian masalah sosial, budaya, dan keagamaan dalam masyarakat Toraja. Berbagai pertanyaan atau konflik yang muncul di keluarga maupun di lingkungan masyarakat dapat diselesaikan melalui musyawarah di Tongkonan. 

Perubahan dan Adaptasi Rumah Tongkonan di Era Modern

Rumah Tongkonan telah mengalami berbagai perubahan dan adaptasi di era modern untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Desain dan struktur tradisionalnya tetap dipertahankan, namun penggunaan material modern seperti beton dan baja mulai menggantikan kayu dan bambu untuk meningkatkan daya tahan. Selain itu, fungsi rumah yang dulunya hanya sebagai tempat tinggal dan pusat kegiatan ritual kini meluas, termasuk digunakan sebagai rumah penginapan atau pusat informasi wisata. Integrasi teknologi seperti listrik dan internet juga semakin umum, membantu meningkatkan kenyamanan tanpa meninggalkan nilai budaya.

Meskipun ada banyak adaptasi, komunitas Toraja tetap berupaya melestarikan elemen tradisional seperti ornamen dan praktik adat dalam rumah Tongkonan. Perubahan dalam struktur keluarga dan pola hidup juga berpengaruh, dengan ukuran dan tata letak rumah yang menyesuaikan kebutuhan keluarga modern. Transformasi ini menunjukkan bagaimana rumah Tongkonan tetap relevan di masa kini, sembari mempertahankan akar budayanya.

Warisan Budaya Rumah Adat Tongkonan

Rumah Tongkonan, rumah adat suku Toraja dari Sulawesi Selatan, bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga simbol status sosial dan spiritual. Rumah ini mencerminkan warisan budaya yang kaya, mencakup aspek kehidupan sosial, keagamaan, dan sejarah suku Toraja. Sebagai pusat sosial dan religius, Tongkonan memainkan peran penting dalam kehidupan keluarga Toraja, meskipun tidak lagi dihuni sebagai tempat tinggal utama. Namun, Tongkonan tetap menjadi simbol martabat dan identitas keluarga.

Ritual dan upacara adat yang diadakan di Tongkonan memiliki nilai spiritual yang mendalam bagi masyarakat Toraja. Rumah ini sering menjadi tempat berlangsungnya berbagai upacara penting serta tempat penyimpanan benda-benda pusaka yang sakral. Dengan peran vitalnya dalam menjaga tradisi dan nilai-nilai spiritual, rumah Tongkonan terus menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Toraja, sekaligus menjaga identitas budaya mereka di tengah perubahan zaman.

Penulis: Rike Fitria Salsabilla, Khirzah Meiliah, Aghni Zulfiana Khilda, Devita Ainur Ridha, Lusia Angel Sugiarto (Kelompok 9 PKn Kelas 23, Universitas Jember)

Sumber:

Bahrum, Shaifuddin, dan Lisungan, Joni S. 2009. Bangunan Sosial Tongkonan. Direktorat Jenderal, Nilai Budaya, Seni dan Film: Jakarta. https://repositori.kemdikbud.go.id/8297/1/BANGUNAN%20SOSIAL%20TONGKONAN.pdf

https://sulsel.inews.id/berita/rumah-adat-tongkonan-di-sulawesi-selat

https://www.gramedia.com/best-seller/rumah-adat-toraja/

Imanuella, S. K. (2017). Mangrara Banua Merawat Memori Orang Toraja (Upacara Penahbisan Tongkonan Di Toraja, Sulawesi Selatan). Jurnal Ilmu Budaya. 5(1): 22-34. 

Ismanto, Riyadi, dan Maria, Margareta. 2020. Rumah Tongkonan Toraja Sebagai Ekspresi Estetika dan Citra Arsitektural. Universitas Kristen Indonesia. http://repository.uki.ac.id/2123/1/LAPORANAKHIRTONGKONAN.pdf

Nursalam. 2017. Makna Sosial Tongkonan dalam Kehidupan Masyarakat Tana Toraja. Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi. 5(1): 30-33. https://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/972/883 

Patriani, S. R. (2019). Perubahan visual desain arsitektur rumah adat toraja. Gestalt: Jurnal Desain Komunikasi Visual. 1(1): 113-124. https://doi.org/10.33005/gestalt.v1i1.25

Rahayu, Weni. 2017. Tongkonan Mahakarya Aristektur Tradisional Suku Toraja. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta Timur. https://repositori.kemdikbud.go.id/5527/1/67.%20Isi%20dan%20Sampul%20Tongkonan.pdf

Stephany, Shandra. 2011. Transformasi Tatanan Ruang dan Bentuk pada Interior Tongkonan di Tana Toraja Sulawesi Selatan. Surabaya. https://doi.org/10.9744/interior.7.1.pp.%2028-39

Wong, A. A., Hussin, R., & Saat, G. (2022). Fungsi sosio budaya rumah adat Tongkonan Suku Toraja di Lalikan Pangala’, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Indonesia: socio-cultural functions of the tongkonan custom house of the toraja tribe in lalikan pangala', north toraja, south sulawesi. Journal of Borneo Social Transformation Studies. 8(1): 88-103. https://doi.org/10.51200/jobsts.v8i1.4165

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun