Mohon tunggu...
rika fitria utami
rika fitria utami Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

terima kasih dan semoga suka dengan karya yang di buat

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Kenapa Indonesia Disebut Negara Fatherless?

18 Juni 2023   14:22 Diperbarui: 25 Juni 2023   20:12 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kedekatan ayah pada anaknya. Photo by Caroline Hernandez on Unsplash   

Saat ini banyak beredar berita mengenai Indonesia disebut sebagai negara fatherless ketiga di dunia. hal ini terjadi karena banyak anak di indonesia yang kekurangan sosok figure seorang ayah di dalam hidupnya. 

"Fatherless diartikan sebagai anak yang bertumbuh kembang tanpa adanya sosok ayah, atau anak yang memiliki ayah tapi perannya sebagai ayah tidak maksimal dalam membantu proses tumbuh kembangnya atau makna lainnya adalah pengasuhan," kata Ibu Retno Listyarti selaku Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang dikutip dari laman Antara. 

Alasan Indonesia menjadi Negara "Fatherless"? 

Indonesia sendiri menempati posisi ketiga di dunia sebagai negara dengan anak-anak tanpa ayah (Fatherless) terbanyak di dunia. hal tersebut disebutkan dalam program sosialisasi yang dilakukan mahasiswa UNS yang bertajuk "Peran Ayah dalam Proses Menurunkan Tingkat Fatherless Country Nomor 3 Terbanyak di Dunia". program tersebut berlangsung pada Oktober hingga Desember 2021 silam situs resmi.  

Perlu diketahui bahwa mulanya fenomena fatherless ini muncul sebagai sebuah akibat dari peran sosok ayah yang dianggap hilang dalam proses membantu pengasuhan dan tumbuh kembang anak. 

Meskipun anak memiliki sosok ayah namun mereka merasa tidak mendapatkan pendampingan dan pengajaran dari sosok ayahnya. 

Konsep yang membagi peran sesuai dengan gender merupakan salah satu alasan mengapa indonesia bisa menjadi negara Fatherless. 

Misalnya sosok ayah yang bertugas sebagai pencari nafkah dan ibu yang mengurus urusan rumah termasuk mengurus anak. 

Pada akhirnya yang mengetahui dan mengurus proses tumbuh anak secara keseluruhan hanya sosok ibu. ayah sendiri tidak memiliki waktu banyak karena harus mencari nafkah dan kehadirannya dirasa tidak dianggap ada. 

Faktor lain juga menjadi penyebab anak bisa mengalami fatherless, misalnya pernikahan jarak jauh, orang tua yang terlalu sibuk hingga perceraian orang tuanya. dapat disimpulkan penyebab fenomena ini ialah faktor ekonomi, sosial dan budaya. 

Perlu diketahui bahwa ayah dan ibu keduanya memiliki peran yang sama dalam menjaga, mengatur dan mengasuh pola perkembangan anak. 

Jika ibu dengan sisi feminim dan memiliki kecenderungan pada sisi emosi, maka ibu akan mengajari anak untuk dapat mengasah sisi emosi, empati dan kasih sayangnya. 

Pada sosok ayah dengan titik beratnya pada logika, maka ayah akan mengajarkan anak untuk bisa membuat keputusan dengan pertimbangan akal yang baik dan matang serta mengajari anak bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan logis. 

Lalu bagaimana jika anak sudah tidak memiliki ayah dikarenakan perceraian atau bahkan kematian? peran itu dapat digantikan oleh sosok kakek, paman maupun kakak laki-laki. seorang anak harus tetap butuh role model ayah untuk dapat belajar dan berperilaku.

Ada banyak dampak yang akan terjadi jika sosok ayah tidak dapat memberikan waktu dalam melakukan pengasuhan pada anak. beberapa hal yang akan terjadi antara lain: 

1. Anak akan merasa kurang percaya diri 

2. Memiliki kecenderungan menarik dirinya dari kehidupan sosial

3. Rentan melakukan dan menerima tindakan kenakalan remaja, kriminal hingga kekerasan

4. Kondisi kesehatan mental yang bermasalah

5. Rendahnya perhargaan atas dirinya atau self-Esteem

6. Memiliki kemampuan penyelesaian masalah dan komunikasi yang tidak maksimal serta mudah frustasi atau stres jika merasa tidak berhasil. 

ilustrasi kedekatan ayah pada anaknya. Photo by Caleb Jones on Unsplash   
ilustrasi kedekatan ayah pada anaknya. Photo by Caleb Jones on Unsplash   

Dalam mengatasi dan mengurangi hal tersebut perlu ada tindakan atau hal yang dapat mengurangi itu agar sosok ayah tidak lagi dianggap pasif. 

Keterlibatan ayah dapat dilakukan dalam berbagai hal. seperti misalnya melakukan kegiatan bersama anak, berkomunikasi dengan anak, saling berbagi hal yang disukai hingga memberikan pengarahan kepada anak merupakan hal yang utama.

Dengan keikutsertaan ayah pada proses mendampingi dan mengikuti aktivitas sang anak, hal itu akan menstimulasi perkembangan kognitifnya. Selain itu keterlibatan ayah dalam pengasuhan juga akan mendorong perkembangan fungsi eksekutif jauh lebih optimal. 

Fungsi eksekutif sendiri berkaitan dengan kemampuan merencanakan, pengendalian diri pemecahan masalah dan atensi. 

Dalam perkembangan moral, ayah juga berperan dalam menanamkan nilai individu karena sikap atau figure ayah yang cenderung lebih tegas daripada ibu. 

Dengan demikian sosok figur ayah sangat penting dalam membentuk karakter sang anak, selain memenuhi kebutuhan dan mencari nafkah sosok ayah harus tahu dan aware dengan proses perkembangan sang anak. 

Baik ayah dan ibu keduanya harus bekerja sama serta saling membantu agar proses tumbuh kembang anak berjalan dengan optimal. 

Penulis mendapatkan Inspirasi dari artikel yang terbit di beberapa website. 

- Narasi.tv (2023, 04 mei) Indonesia Peringkat 3 Fatherless Country di Dunia, Mempertanyakan Keberadaan 'Ayah' dalam Kehidupan Anak. Diakses pada 17 Juni 2023. Pada Laman https://narasi.tv/read/narasi-daily/indonesia-peringkat-3-fatherless-country-di-dunia-mempertanyakan-keberadaan-ayah-dalam-kehidupan-anak 

- detik.com (2023, 23 Mei) Pakar UGM Ungkap Alasan Indonesia Jadi Fatherless Country, Apa Saja? Diakses pada 17 Juni 2023. Pada Laman https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6734583/pakar-ugm-ungkap-alasan-indonesia-jadi-fatherless-country-apa-saja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun