“Tadi katanya ga usah.” Ica tertawa kecil. “Boleh. Bilang aja. Kalau aku bisa kasih, pasti akan aku berikan.”
“Aku boleh minta buah jambu yang ada di halaman rumah kamu? Aku lihat kemarin sudah banyak buah yang matang di pohonnya.” Pinta Adi dengan ragu-ragu.
“Buat ibuku, soalnya ibuku suka banget sama buah jambu. Boleh?” Adi memandang wajah Ica sambil harap-harap cemas.
“Oh, minta jambu. Kirain mau apa. Boleh. Ambil aja ya.” Jawab Ica dengan senyuman manisnya.
“Wah, terima kasih banyak ya Ica.” Sahut Adi dengan wajah berbinar-binar.
Siang hari yang terik di rumah kecil nan asri.
“Aku pulang! Bu! Bu!" Teriak Adi memanggil-manggil ibunya di rumah.
“Ada apa sih Nak, teriak-teriak begitu. Lagipula tumben jam segini kamu sudah pulang. Biasanya nongkrong dulu di poskamling depan.” Bu Yem memandangi wajah anaknya dengan penuh selidik.
“Lihat ini apa yang kubawakan untuk Ibu. Buah jambu kesukaan Ibu. Sudah lama Ibu mengidamkannya kan.” Adi menyodorkan satu plastik warna putih berisi banyak buah jambu yang sudah ranum.
“Wah, buah jambunya merah-merah sekali, Nak. Banyak lagi. Darimana kamu dapatnya, Di?” Bu Yem bertanya dengan curiga.
“Itu dari pohon jambu di pekarangan rumah Ica, Bu. Sudah lama Ibu melihat-lihat ke arah pohon itu kan pada saat buahnya matang. Jangan khawatir Bu, Adi sudah minta izin ke Ica kok.” Sahut Adi menjelaskan.