TV yang sedari tadi menyala di dalam rumah Parmin sedang menayangkan acara makan enak oleh seorang artis. Artis gemuk itu denga logat medan memuji alpukat kocok yang dibuat oleh pelaku UMKM.Â
"Wah gilakkk wak, enak kali ini loh", artis itu memuji manisnya alpukat walau tanpa susu kental manis.Â
Saat sesi wawancara dengan sang penjual, artis itu bertanya: "ini alpukat enak sekali, pakai alpukat dari mana ini?", si artis bertanya.Â
"Alpukat Meksiko ini, tapi biasanya kami dari lain negara juga", ucap sang penjual.Â
Parmin menarik nafas "Alpukat Bule rupanya".Â
Ia kembali keluar rumah dan memandangi pohon alpukat miliknya. Tak lama berselang ia mulai memakan alpukat lagi sampai kekenyangan. Parmin berdoa sambil menyentuh pohon alpukat itu: " Ya allah, kasihlah pohon ini nikmat berupa rasa yang manis. Kalaupun gak manis minimal matang sempurna dan bisa bikin ketagihan".Â
Sembari masuk ke dalam rumah dan menonton TV, tak disangka empat buah alpukat ia makan. Ternyata alpukat pertama yang dimakan itu satu-satunya alpukat yang pahit karena setelahnya, rasanya tak terlalu buruk. Disaat kekenyangan itulah ia baru tersadar bahwa doa nya kemarin malam telah dikabulkan.Â
Pertama, diriku meminta pohon alpukat ini laku dan menghasilkan uang.Â
Kedua, pohon alpukat ini membuatku kenyang.Â
Pada akhirnya ia juga sadar, bahwa alpukat lokal vs Bule itu bukan persaingan tidak sehat layak kampanye hitam para politikus korup. Persaingan sehat ini harus terus ada, agar iman seorang petani alpukat bisa terus terjaga dan ikhtiarnya terus ada. Setidaknya ada Tuhan yang mengabulkan keinginannya dan keinginan tumbuhan-Nya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H