"Allahuakbar!!!!", Sumiyem terkejut.Â
Parmin langsung mengajak istrinya keluar rumah dan terlihat beberapa tetangga datang membawa payung. Parmin mengikuti para tetangga untuk memeriksa apa yang terjadi.Â
Sumiyem bersama ibu-ibu lain hanya mengobrol dan tak lama kemudian para bapak-bapak lansia itu datang. "Kabel tertimpa dahan kelapa". Sumiyem kembali manyun karena mati listrik ini akan membuatnya tidur dengan nyamuk. " Siap-siap bentol kulitku".Â
Dua jam berlalu, tiba-tiba datang mobil Avanza dari arah timur. Mobil itu dikenal oleh masyarakat sini, ia adalah tengkulak. Panggil saja bang Bona, orang Medan yang tubuhnya kekar.Â
"Asalamualaikum, saya mampir sebentar. Listrik mati disini, untung bukan film hantu ini". Bang Bona itu memakai senter hape untuk menemukan Parmin yang lagi duduk di teras rumahnya. Tetangga lain yang sedari tadi mengobrol mulai menerima Bona sang tengkulak untuk mengobrol.Â
Sumiyem manyun lagi, ia tak berani masuk rumah untuk menyiapkan minum. Ia bersama para ibu pergi ke rumah lain untuk mengobrol, alasan beli minum itu hanya cara halus agar sang tengkulak bisa menyampaikan maksudnya. Tak beberapa lama para bapak-bapak itu mengobrol ngalor-ngidul sampai satu persatu pun pulang. Tinggalah Parmin dan Bona.Â
"Min, diriku mau pohon alpukatmu. Aku beli saja semua, semuanya satu pohon. Aku beli 2 juta", Bona menawar.Â
" Tak bisa lebih bang? Saya ada 5 pohon, beli semuanya bang, tak ada yang mau makan", Parmin menawar lagi.Â
"Yasudah, ku beli 4. Dapat uang kau, aku senang juga dapat alpukat kau. Aku habis belanja juga, 4 saja ya", Bona mencoba mengakhiri.Â
"Yasudah bang, Terima jadi lah", Bona tersenyum Parmin tersenyum.Â
Uang itu di tangan Parmin sekarang, pohon nya mulai ditandai oleh Bona dan satu anak buahnya. Esok pagi pohon itu diambil buahnya dan Parmin hanya punya satu pohon.Â