"(Massss, kamu tuh jahat. Kamu memang memberikan nafkah selama ini tapi bukan nafkah yang saja yang harus ku terima. Ini tidak adil buatku dan Adam)" ---Nur berbicara dalam hati.Â
Tak lama, Nur kembali membuka pesan dengan foto ciuman suaminya. Ia memandangi ekspresi mereka berdua, sebuah ciuman yang khidmat karena terpancar aura nafsu di antara mereka. Nur kembali bernafsu, bukan karena ciuman itu tapi nafsu ingin mencaci maki keduanya.Â
Tapi,Â
Di satu sisi ia mengingat bahwasanya saat pacaran dulu dan melakukan zina berciuman itu, Nur juga memiliki ekspresi yang sama seperti perempuan dalam foto. Muka nafsu dengan tanda meram pelupuk mata disertai bibir yang beradu dengan si pria. Malam itu ia kembali mengingat, apakah memang antara perasaanku dan perempuan ini sama?Â
Aku di malam dahulu merasakan kenikmatan hakiki cinta yang disertai nafsu memuncak bersamamu.Â
AtauÂ
Dia yang mungkin hanya merasakan nafsu daripada cinta?Â
Pertanyaan selanjutnya muncul,Â
"Apakah ciuman hanya soal beradu fisik tanpa memerlukan ikatan cinta?, apa perbedaan rasa antara ciuman dengan cinta dan dengan nafsu?",Â
----
Sembari menangis, Nur kembali kuat karena melihat Adam di sampingnya.Â