2 jam bukan waktu yang cepat untuk menunggu di sebuah stasiun kereta yang ramai oleh warga commuter di Bogor. Stasiun dengan etnik lama dihiasi debu di sekeliling peron membuat hati Yanti tak karuan menunggu Hadi, suami tercinta yang baru selesai di perantauan.Â
Kereta dari Jakarta terus berdatangan namun wajah Hadi tak pernah muncul, apa si suami menolak bertemu Yanti yang sedang hamil 5 bulan itu?Â
Tiba-tiba Hadi mengirim pesan melalui ponsel Tiongkok warna Hitam milik Yanti itu.Â
"Neng, maaf belum bisa pulang. Teman sakit jadi ganti cuti, mandor gak bisa kasih izin". Hadi hanya mengirim pesan tanpa menelepon setelahnya.Â
Perantauan memang keras, pekerjaan sebagai pekerja bangunan gedung tinggi di Jakarta mungkin membawa banyak peluang tapi tidak dengan hati yang kesepian.Â
----
Seperti malam-malam sebelumnya, Yanti tidur sendiri lagi di rumah sederhana yang dibuatkan oleh orang tua Hadi di Desa Sukamanah. Rumah itu terletak di dekat jurang dengan hamparan bukit dan persawahan. Malam itu dengan kesendirian, Yanti harus berani tidur sendiri setelah sebelumnya mengalami serentetan mimpi buruk bila hanya sendiri di Rumah.Â
---
Pernikahan ke-4 ini harus disandingkan dengan keinginan memiliki anak oleh mertua. Kebetulan malam ini, orang tua Hadi tidak main ke rumah karena sedang ada acara pernikahan saudara. Hari itu sepi, sangat sepi.Â
Akhirnya malam datang dengan membawa hawa dingin, bunyi jangkrik bersahutan dengan bunyi pohon bambu di belakang rumah. Pukul 8 malam jam di rumah menunjuk, menandakan Yanti sudah seharusnya tidur agar besok bisa bangun pagi untuk pergi ke ladang abah.Â
Tapi,Â