Hangatnya kemarau di AgustusÂ
Tak membuat semangat hidup putus
Tak ada rintik hujan terkena kulit
Melepuh kepanasan ketika berjinjit
Udara panas merasuki kalbu di Jakarta
Kota sejuta berkah dan aksara jiwa
Oh hujan, kemana engkau akan turun?Â
Kuharap dawai air melunturkan debu
Membawa kotoran ke tanah yang dibuang
Seakan takdir ilahi membawa harap
Harapan itu kabut dengan embun untuk dihirup
Tidak sirna karena asap kendaraan dan uap batu bara
Jakarta dikepung asap polusi
Oleh ketidakadilan dan penyakit mematikan
Sampai kapan orang berdasi menyuruh rakyatnya untuk diam?Â
Nafas dengan merintih kesakitanÂ
Bayi yang batuk dan sakit tenggorokan
Pekerja yang dipaksa berpangku tangan
Oleh alasan ekonomi yang ketuhanan
Silahkan hujat mereka yang lepas tanggung jawab
Memberi aksi kebijakan yang tak karuan
Tidak berdasarkan kajian yang manusia ahli lakukan
Sialnya masyarakat menerima dengan kelapangan
Oh Jakarta, berhentilah dikepung polusi
Demi hak rakyat yang kau tunggangi
Atas nama sehat dan lingkungan yang berati
Tutuplah asap pembuangan industri
Benahi transportasi negeri
Kaji PLTU yang memberi devisa negeri
Berhenti untuk membual atas nama kebijakan
Karena solusi itu butuh kepastian
Bukan hanya sekadar basa-basi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H