Ada yang ingin serupa dengan seorang tokoh besar, ada yang ingin menuruti semua perintah di dalam kitab suci, ada juga yang puas hanya dengan hidup baik-baik saja, diam-diam saja dan tidak menonjolkan diri asal tidak mengganggu orang lain.
Akan tetapi, kita semua menyadari dan memahfumi, kita ini manusia biasa yang tak lepas dari kesalahan, dosa, dan ketidaksempurnaan. Dan, dalam kehidupan kita berjuang untuk memperbaiki diri, memperbaiki sifat, menuju kesempurnaan yang kita canangkan menurut kepercayaan masing-masing.
Besi menajamkan besi, manusia menajamkan manusia.
Manusia tidak bisa menjadi lebih baik jika ia tidak berinteraksi dengan manusia lainnya. Dengan interaksi sosial manusia mengecek pemahamannya akan dirinya sendiri, mengecek pengertiannya akan dunia beserta subjek lain yang berada di dalamnya (an sich), dan menyelaraskan serta menempatkan dirinya relatif terhadap posisi orang lain.
Sebab manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan approval dari orang lain, entah itu di dunia nyata ataupun di dunia maya. Oleh karena itu kita suka jika kita dilihat, dikenali, diakui, dan dianggap oleh orang lain. Semua perasaan itu mendatangkan kesenangan dan memvalidasi keberhargaan kita sebagai manusia.
Kembali ke mesin cuci....
Dari memandangi mesin cuci saya jadi teringat semua interaksi sosial yang pernah saya lalui, mulai dari unit terkecil di dalam masyarakat, yaitu keluarga di mana saya terlahir.
Saya bukan anak tunggal, jadi sepanjang hidup saya belajar menyesuaikan diri dengan dan menjalankan peran sebagai anak pertama dengan dua orang adik. Saya juga bermanuver untuk berperilaku seperti seorang keponakan dan cucu yang baik, tidak banyak tingkah, dan tidak membuat malu kedua orang tua saya.
Interaksi sosial yang saya jalani kemudian pada masa sekolah lebih beragam lagi. Mulai dari membuat tugas bersama teman semeja (iya, jaman dulu anak-anak sekolah berbagi meja, tidak seperti jaman sekarang di mana setiap anak memiliki meja dan kursi yang dedicated untuk mereka), membuat tugas secara berkelompok dengan teman-teman sekelas, dan pada skala yang lebih besar mengerjakan proyek di organisasi siswa (OSIS) atau klub yang didirikan atas kesamaan minat.
Semua tempat di mana saya tergabung, semua interaksi yang saya lakukan dengan orang-orang itu pada masa itu (yang sekarang hanya tersisa sebagai ingatan yang kabur dari masa lalu), dilambangkan dengan sangat baik oleh mesin cuci yang selama hampir dua jam membanting, membenturkan, mengaduk-aduk banyak sekali pakaian kotor demi mendapatkan pakaian bersih.
Kemauan dan ego saya dibenturkan dengan kemauan dan ego orang lain.