Bagaimana kalau ternyata anak tidak gigih dan tidak tabah?
Gunakan otoritas orang tua.
Paksa anak untuk tetap dan terus belajar.
Anak mengalami trauma? Itu salah satu kemungkinan yang belum tentu terjadi. Namun, anak menemukan comfort dari rutinitas yang dia harus kerjakan, perlahan-lahan akan menyukai rutinitas itu dan meraih kepakaran? Itu adalah kepastian.
Sama seperti ketika saya masih kuliah di tingkat akhir, sedang membuat skripsi, sedang praktikum Teknik Industri di pabrik, dan tetap diharuskan mengikuti les bahasa Jerman level intermediate oleh ibu saya, saya juga menerapkan aturan yang sama pada anak-anak saya.
Come hell or high water, kalau nggak benar-benar tepar karena sakit, tetap harus les.
Harus tetap les. Harus menghargai kesempatan belajar. Harus menghargai jerih payah orang tua yang memungkinkan mereka memiliki kesempatan belajar.
Kebetulan pula les yang saya berikan adalah olahraga dan musik, bukan les pelajaran yang membuat otak butek.Â
Dari les, mereka mempelajari hal yang menyenangkan, bergerak, menjalin pertemanan, semuanya untuk menyeimbangkan tuntutan akademis di sekolah.
Kesimpulannya, ketika anak mulai memberontak, mulai punya alasan macam-macam untuk berhenti belajar, gunakan otoritas orang tua. Karena otoritas orang tua itu murni digunakan untuk kebaikan mereka.
2. KETIKA ANAK MENYERAH, ORANG TUA HARUS TETAP TABAH