Ada dua hal yang saya pegang erat, yang menjadi kunci dalam mengembangkan minat dan bakat anak:
1. GUNAKAN OTORITAS ORANG TUA
Orang tua adalah orang yang lebih berpengalaman. Anak, belum. Orang tua adalah orang yang memiliki jauh lebih banyak pertimbangan dalam segala hal. Anak, belum sampai ke tahap itu.
Ketika orang tua memasukkan anak ke insitusi pendidikan formal (sekolah) dan informal (les), pertimbangannya banyak, menyeluruh, dan melampaui masa kini.
Ini bukan soal memberikan apa yang anak sukai, ini soal membekali anak dengan sesuatu yang pasti akan berguna bagi masa depannya.
Proses belajar terlalu lama? Tidak bisa melihat hasil belajarnya sekarang?
Tentu saja. Proses belajar, terlebih bagi anak-anak, adalah seperti proses menanam padi. Semuanya dimulai dari membajak sawah, menyiapkan tanah agar gembur dan siap ditanami. Apatah gunanya bibit yang unggul kalau tanahnya masih keras dan berbatu-batu?
Kapan menuai hasilnya? Bisa besok, bisa tahun depan, bisa sepuluh tahun lagi, bisa jadi bukan kita, orang tua, yang menuai hasilnya.
Menyemai dan menumbuhkan bakat dan minat adalah perkara kemauan untuk bekerja keras, persistence and perseverance, kegigihan dan ketabahan bahkan ketika semuanya seperti berjalan di tempat, sudah keluar banyak uang/waktu/tenaga dan sepertinya tidak ada skill baru yang dicapai.
Sebagai anak-anak yang otaknya belum berkembang sempurna, mereka belum bisa memikirkan terlampau jauh ke situ. Bagi mereka yang penting adalah kesenangan mereka sendiri, apa yang membuat mereka nyaman dan bahagia saat ini.
Ketika mengembangkan minat dan bakat anak, fokus kita adalah ke masa depan, ke masa yang jauh dari masa sekarang yang penuh dengan perjuangan, keringat, darah, dan air mata.