Pemilik kantin sebagai pihak yang berkepentingan terhadap output dari proses ternyata tidak bisa mengendalikan semua faktor sehingga proses menghasilkan output sesuai standar pribadinya, kecuali jika ia mengambil alih mengerjakan sendiri semua proses.
Ini yang terjadi pada saya beberapa hari lalu. Saat ini saya sedang mengikuti bidding sebuah proyek dimana saya harus bekerja sama dengan pihak lain yang akan menangani pekerjaan sipil.Â
Sebelum memasukkan proposal, saya harus mengetahui dan menjabarkan secara sangat mendetail pembagian kerja di antara kami dan harga-harga yang akan kami tawarkan.
Terus terang, ini adalah pengalaman pertama bagi saya mengikuti bidding dengan membawa subkontrak. Sebelumnya saya pernah mengerjakan pembuatan furniture yang menggandeng tukang yang membuat kusen aluminium, tapi belum pernah menggandeng tukang batu.
Jika tukang kusen bisa memberi harga berdasarkan jumlah meter kubik dari aluminium yang akan dipakai, maka tukang batu tidak bisa memberikan harga seterperinci itu.Â
Kecenderungan tukang batu adalah mark-up harga untuk meng-cover jika ada komplain dari pemberi proyek yang memungkinkan terjadinya pembongkaran/perombakan pekerjaan.
Jadi, hitung-hitungan harga dengan tukang batu tidak semudah menghitung berapa sak semen dan berapa truk pasir yang akan terpakai. Ada faktor lain seperti konstruksi ruangan, kondisi medan kerja, dan lain sebagainya yang bisa memengaruhi harga. Ada juga faktor kecakapan dan kegesitan dalam bekerja yang berkorelasi dengan perhitungan upah tukang per hari dan nilai proyek secara keseluruhan.
Ketika bekerja sama dengan orang lain, menyelaraskan mentalitas dan pola pikir adalah pekerjaan utama. Sudah hampir seminggu saya tektok dengan pihak tukang batu untuk memberikan harga terbaik yang bisa menambah kemungkinan kami memenangkan proyek. Bukan harga termurah, ya, tapi harga terbaik yang pantas untuk pemberi proyek dan kami sebagai penyedia jasa.
Penyebab stres yang saya rasakan adalah karena saya tidak memegang kendali penuh atas proses yang dijalankan oleh orang lain.
Saya bisa memastikan input, mendapat informasi akan dan memberi saran terhadap tahap-tahap yang dilangsungkan selama proses. Akan tetapi, kendali yang tidak 100% berpotensi menghasilkan output yang berdeviasi dari ekspektasi saya. Dan di situlah saya merasa stres.
2. Tidak adanya waktu
Waktu terasa merangkak ketika kita kecil, terasa berjalan ketika kita beranjak dewasa, dan terasa berlari ketika kita semakin menua. Benar atau betul? Setelah menjadi orang dewasa ada begitu banyak hal yang kita ingin dan harus lakukan, tapi waktu terasa sangat singkat karena jalannya sangat cepat.