Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibu Mengajari Saya Tentang Rasisme

6 Desember 2020   23:52 Diperbarui: 7 Desember 2020   00:00 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertentangan dengan keinginan orang tua, saya memasuki sebuah SMP dengan jam belajar yang panjang, mulai dari pukul 6.30 sampai dengan 16.00 setiap hari Senin sampai dengan Jumat. Hari Sabtu dikhususkan untuk kegiatan ekstrakurikuler, seperti: Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), dan Patroli Keamanan Sekolah (PKS).

Suatu hari pada jam istirahat terakhir yang cukup panjang, saya tertidur sambil duduk karena kelelahan. Sepanjang masa SMP saya selalu belajar mulai pukul 4.00 pagi dan berhenti pada pukul 5.30 untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.

Alangkah kagetnya saya ketika bangun dan mendapati kepala terasa sangat berat. Rupanya selama saya tidur, teman-teman yang duduk di meja di belakang saya menggandoli rambut saya yang panjang dan keriting dengan berbagai macam barang.

Barang-barang itu tersangkut dan tidak ada yang mau membantu saya melepaskan diri darinya. Dengan kedua tangan saya mencoba menguraikan rambut saya yang kusut-masai; saya dapat mendengar bunyi barang berjatuhan. Di lantai saya melihat berbagai macam pensil, pulpen, dan penggaris besi berserakan. Kali ini saya menangis; saya teramat sedih diperlakukan seperti itu.

Sejak kejadian itu saya dipanggil "mamih" karena rambut saya yang panjang dan keriting dan kusut seperti mie, kata mereka. Saya selalu pura-pura tidak mendengar jika dipanggil demikian. Saya memiliki nama sendiri, nama yang berarti yang disematkan oleh kedua orang tua sejak saya dilahirkan. Mengapa orang-orang ini mencoba mengubah nama saya dengan seenaknya?

Pada hari itu saya juga menceritakan apa yang terjadi di sekolah pada Ibu. Jawaban beliau tetap sama. "Jangan khawatir, kamu akan baik-baik saja. Masalahnya bukan di kamu."

Saya pun marah. "Jadi masalahnya di mana? Kenapa aku kelihatan dan diperlakukan berbeda?"

Ketika itu Ibu tetap tidak menjawab sampai saya merasa jengkel sekali. Jadi, masalahnya di siapa, atau di mana? Siapa yang bertanggung jawab atas cara pandang orang-orang itu terhadap saya?

Mengapa dalam sembilan tahun dua kali saya dikritik habis-habisan hanya karena saya tidak berkulit cerah, bermata kecil, dan berambut lurus. Apakah penampilan fisik yang berbeda membuat saya berdosa?

Dua kali saya mengalami rasisme dan saya terluka karenanya. Dengan lantang saya menuntut jawaban mengapa hal itu terjadi pada saya, dan apakah hal itu akan terjadi lagi jika saya beranjak dewasa.

Bagaimana jika saya duduk di bangku SMA, atau kuliah, atau di dunia kerja? Akankah ada lagi orang-orang yang mencoba menggunting rambut di lengan saya atau menggandoli rambut saya dengan barang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun