Sebagai contoh, untuk kisah pembajakan mobil di buku "Randomness" saya mengacu pada nasihat Mama saya yang tak pernah lelah selalu mengingatkan saya untuk mengunci pintu begitu memasuki mobil. Maklum, mobil saya dulu Avanza model lama yang kuncinya naik-turun dan tidak otomatis. Mama saya selalu berkata, "Segera kunci pintu, jangan sampe ada orang lain masuk."
Nah, kalau ada orang lain masuk ke mobil saya waktu saya belum sempat mengunci pintu, lalu bagaimana? If that happens, then what? Else, what will happen?
Perandaian seperti itulah yang pada akhirnya membuat saya "melahirkan" cerita tersebut setelah mengantarkan Mama saya pulang ke rumahnya pada hari itu. Enaknya menjadi penulis fiksi adalah adanya kebebasan untuk berandai-andai tanpa batasan. Semuanya mungkin terjadi, wong semesta dan semua makhluk hidup di dalamnya adalah kewenangan kita sebagai pencipta. Enak bisa playing god sesekali.
Waktu teman saya, Len-chin bercerita bahwa kisah pembajakan itu benar-benar terjadi di Malaysia, saya cuma bisa ketawa. Tidak ada yang baru di bawah matahari. Semua ide adalah hasil daur ulang, cara mengemukakan ide itu yang unik bagi setiap orang.
Saya tidak pernah mendengar berita pembajakan mobil di Malayasia yang Len-chin sebutkan, tapi saya tidak menafikan kenyataan bahwa hal itu mungkin pernah, sedang, dan akan terjadi. Logika dari cerita pembajakan mobil itu sangat sederhana: kamu yang tidak hati-hati bisa dicelakai oleh orang lain. Kejahatan terkadang terjadi bukan karena niat, tapi karena ada kesempatan.
Pada pertanyaan yang lain, Len-chin juga menyatakan keheranannya tentang cerpen saya dalam buku "Randomness" yang menceritakan dua orang wanita yang berteman akrab, dimana salah satunya berniat tidak menikah dan langsung pergi ke bank sperma supaya bisa mendapatkan anak.
Ide cerita yang sama menjadi premis bagi sebuah drakor hits berjudul "Oh My Baby", yang dibintangi oleh Jang Nara dan ditayangkan pada tahun ini. Bedanya, di cerita saya tidak ada alur yang memasukkan tokoh-tokoh pria potensial yang mungkin menjadi calon daddy. Percakapan yang saya dengar secara tak sengaja di ruang tunggu sebuah rumah sakit empat tahun lalu itu hanya berkutat di sekitar what if.
What if tidak menikah tapi ingin punya anak? Then what (adopsi anak, misalnya)? Else what (mencari donor sperma, misalnya)?
Dari situ saya kemudian ditanya: bagaimana cara mendapatkan dan mengembangkan ide?
Tips saya cuma satu: banyak-banyaklah melihat.
Melihat tidak hanya dengan mata, tapi juga dengan empat indra yang lain. Dengar, rasakan, endus, kecap, manfaatkan semua indra itu tanpa kecuali untuk mendukung penglihatan.