Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cukup Satu Pelanggaran

6 September 2020   10:09 Diperbarui: 6 September 2020   10:07 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berburuk sangka banget ya? Tapi itulah kenyataannya. Mereka digaji oleh developer tapi mereka tidak mengerjakan kepentingan developer. Mereka membiarkan preman dan pedagang menguasai area yang dipercayakan untuk mereka jaga. Nanti pada akhir hari mereka tinggal hitung-hitung bagi hasil.

Cukup satu pelanggaran oleh anggota publik yang dibiarkan, akan ada preseden buruk untuk anggota publik yang lain. Akan muncul pikiran: "Ah, dia aja ga kenapa-kenapa kok, kenapa jadi masalah di saya?" Dan pikiran itu ga muncul di benak satu dua orang, lho. Ia muncul dan berakar di benak ratusan orang dan terbentuklah komunitas yang memandang aturan sebagai sesuatu yang perlu dilanggar.

Akan beda ceritanya kalau ada satu pelanggaran yang langsung ditegur dan ditertibkan begitu ia terjadi. Efek kejutnya pasti langsung terasa. Saya melihat contoh nyatanya di taman kota di kota Surabaya, Malang, dan Batu. Himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya, menjaga barang bawaan, menjaga ketertiban dikumandangkan terus-menerus, baik lewat pengeras suara maupun oleh para petugas yang bersliweran.

Kenapa sepertinya kita tidak dipercaya, kenapa sepertinya kita diperlakukan seperti anak-anak yang harus diawasi dengan sangat ketat? Ya gimana, masyarakat kita belum dewasa. Kita masih jauhhh dari memikirkan kepentingan orang banyak. Yang penting diri aman dan hati senang semua tenang; bodo amat dengan yang namanya public and greater good.

Sampai kapan? Entahlah. Revolusi mental sudah digaungkan bertahun-tahun, tapi kok saya pesimis. Saya ga yakin akan melihat hasilnya bahkan sampai generasi cucu saya. Ealah, Buk, kok jauh amat mikirnya? Hehehe.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun