Saya kira kalimat di atas hanya menjadi suara hati anak-anak saya, tapi ternyata menjadi suara hati saya juga.
Hari Jumat kemarin saya dan anak-anak ke sekolah setelah tepat 3 bulan lamanya diam di rumah. Kami datang untuk mengambil buku, binder, tas pelajaran seni rupa, dan barang-barang lain yang anak-anak tinggalkan di ruang kelas karena School from Home (SFH) mendadak mulai pertengahan bulan Maret lalu.
Guru-guru mereka juga masuk kerja untuk pertama kalinya dan mengatur jadwal pengambilan barang siswa supaya tidak ada penumpukan orang yang datang ke sekolah. Begitu di pintu gerbang suhu tubuh kami diukur tapi saya tidak melihat ada hand sanitizer di dekat pos satpam.
Saya sudah mewanti-wanti anak-anak supaya tidak menyentuh apa pun. Himbauan yang mungkin sekilas saja terdengar karena mereka langsung lari melintasi lapangan basket yang biasanya menjadi tempat mereka menunggu sampai saya menjemput. Anak saya yang bungsu mengikuti kakak-kakaknya dengan sigap. Tiga bulan lalu ia belum lancar berjalan, sekarang ia ikut melompat-lompat bersama mereka.
Entah kenapa tenggorokan saya rasanya tercekat waktu melintasi lapangan itu. Anak-anak sepertinya juga dilanda emosi yang sama. Ah, memang pada dasarnya kami keluarga yang sentimentil, kami tiba-tiba terkenang akan rutinitas dan hari-hari sekolah biasa sebelum pandemi melanda. Lapangan basket adalah tempat berolahraga, tempat bertanding waktu acara 17 Agustus, tempat upacara, dan lain sebagainya.
Covid-19 telah merenggut hal penting dari anak-anak, komunitas, pergaulan, keakraban, dan mengubah drastis hidup mereka.
Baca juga: "Aku Rindu Sekolah", Buktikan!
Perjalanan kami diiringi seorang satpam untuk memastikan kami langsung menuju ruang kelas anak saya yang sulung. Area sekolah memang sangat luas dan ada banyak orang tua yang datang pada hari itu jika dilihat dari jumlah kendaraan yang parkir di luar gerbang.
Area pertama yang kami lewati dari gedung itu adalah kantin. Ini tempat anak saya makan siang. Letaknya bersebelahan dengan lapangan basket sehingga sehabis makan biasanya dia main lempar-tangkap bola bersama teman-temannya.
Dengan suara bergetar dia menunjuk loker tempat dia biasa menaruh tempat bekal dan biolanya.