Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

"Cash Flow": Pagi "Cash", Sore "Flow"

1 Mei 2020   14:02 Diperbarui: 2 Mei 2020   14:05 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah tanggal pertama di bulan ini, sudah pada gajian kan bulan lalu? Gaji yang diterima oleh rumah tangga kami ada dua jenis: gaji sebagai karyawan tetap di sebuah perusahaan dan gaji sebagai freelancer. Tipe gaji boleh ada dua, tapi tipe tagihan tetap ada satu: harus dibayar secepat mungkin.

Sejak bulan Maret lalu saya mulai kehilangan penghasilan dari workshop. Wajar saja, di awal pandemi dengan santernya isu lockdown dan orang-orang yang panik berbelanja, rencana membuat kitchen set dan lemari tiba-tiba menjadi prioritas kesekian dari klien-klien saya. Semua orang menahan diri membuat pengeluaran yang tidak perlu, semua orang memegang erat uang tunai. Takut ada apa-apa.

Akan tetapi tagihan berjalan terus. Tukang-tukang yang bekerja di workshop saya tetap indekos di Jakarta dengan biaya makan dan transportasi yang tidak murah, walaupun tidak ada proyek dan tidak ada pemasukan. 

Akhirnya dengan berat hati saya meminta mereka semua pulang kampung setidaknya sampai Lebaran. Satu hari sebelum kota Tegal lockdown mereka sudah berkumpul kembali dengan keluarga tercinta.

"Kalau lapar di kampung, masih bisa petik sayur dan cabe di ladang. Kalau maksa tetap kos di Jakarta, uangnya ga akan cukup." Begitu kira-kira bunyi pesan mereka untuk saya yang berisi kelegaan karena sudah tiba di rumah sebelum keadaan memburuk di Jakarta.

Saya tidak akan membahas cash flow di usaha yang saya geluti ini, karena hati masih ketar-ketir apakah ia akan bertahan setelah pandemi. Yang saya ingin bahas adalah cash flow di dalam rumah tangga sehari-hari.

Cash flow: pagi cash, sore flow. 

Itu candaan yang sudah sering saya dengar sejak pertama kali bekerja belasan tahun lalu. Sewaktu mahasiswa, biaya hidup saya ditanggung oleh orang tua. Bahkan ketika saya memiliki pekerjaan sampingan, saya menggunakan penghasilan itu untuk membeli novel, bukan untuk membiayai hidup sehari-hari.

Saya coba membandingkan pola pengeluaran saya sewaktu masih bekerja dan belum menikah, dengan kondisi sekarang yang bekerja dan memiliki tiga orang anak. Dari sisi pendapatan tidak berbeda jauh, namun dari sisi pengeluaran bertambah drastis.

Yang namanya gaji hanya mampir sebentar di rekening tabungan. Pagi datang (cash), sore hampir sebagian besar lenyap (flow). Penting sekali untuk kita mengatur gaji dan pengeluaran supaya kita bisa tetap menabung untuk masa depan dan keperluan mendadak.

Meminjam istilah cash flow yang dipakai di dunia bisnis, ada beberapa aspek yang saya gunakan sebagai panduan dalam mengatur keuangan keluarga supaya lebih efektif dan efisien. Aspek-aspek tersebut adalah:

1. Cash

2. Analysis

3. Asset

4. Rate of Return

5. Measurement

6. Business

7. Accounting

8. Investment

Saya menggunakan kedelapan aspek tersebut sebagu kerangka berpikir dalam menyikapi gaji, supaya saya tidak lalai membayar tagihan dan tetap dapat menikmati hidup. Saya akan bahas satu-persatu ya.

1. Cash

Cash atau uang tunai adalah posisi awal, titik nol yang menentukan seberapa banyak milik kita yang kita bisa habiskan dan simpan. Walaupun dunia sedang bergerak ke arah transaksi non-tunai (cashless) dan cash kita hanya ditunjukkan oleh angka-angka di rekening tabungan, memegang uang tunai adalah sebuah kemutlakan. 

Mayoritas proses jual-beli dalam kehidupan sehari-hari masih menggunakan uang tunai, dan ketersediaan cash membantu kita dalam menghadapi keadaan tidak terduga seperti PSBB yang saat ini sedang berlangsung.

2. Analysis

Setelah kita tahu berapa banyak cash yang kita miliki, langkah selanjutnya adalah menganalisa apa yang kita bisa lakukan dengannya. Cash hanya akan bermuara ke dua hal: dihabiskan atau disimpan. Dihabiskan/disimpan dalam bentuk apa tergantung sepenuhnya pada kita.

Langkah pertama saat mulai menganalisa adalah menentukan prioritas. Ini adalah langkah pertama dan utama, jangan mulai menghabiskan/menyimpan gaji sebelum kita menentukan prioritas hal-hal apa saja yang menjadi kewajiban dan hak kita dengan gaji tersebut.

Mengapa lebih baik menyusun prioritas berdasarkan kewajiban/hak dibandingkan berdasarkan apa yang penting/tidak penting dan perlu/tidak perlu? 

Posisi penting/tidak penting dan perlu/tidak perlu sebuah kebutuhan bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi psikis dan fisik kita saat menganalisa kebutuhan tersebut. Akan tetapi kewajiban/hak yang harus kita penuhi/terima cenderung tidak berubah karena berkaitan dengan kewajiban/hak orang lain.

Kata ibu saya, di dalam gaji saya ada hak orang lain. Gaji tidak untuk dikeukeup untuk kepentingan saya sendiri; ia harus disalurkan supaya menjadi berkat untuk orang lain. Saya bisa memasak, itu bagus karena saya bisa menghemat biaya makan. Akan tetapi kadang-kadang saya harus makan di luar supaya ada orang yang memperoleh penghasilan dari pembelanjaan saya.

3. Asset

Aset adalah hal pertama yang muncul setelah membuat skala prioritas karena cara memperolehnya yang tidak mudah dan sifat kepemilikannya yang jangka panjang. Aset bisa dibagi dua: aset bergerak (kendaraan bermotor) dan aset tidak bergerak (rumah, tanah, perhiasan, logam mulia, surat berharga, dan lain sebagainya).

Mengalokasikan cash untuk aset bisa dilihat sebagai:

1. pengeluaran: jika membeli aset yang langsung mengalami depresiasi setelah dibeli, seperti: mobil, motor, dan perhiasan.

2. simpanan: jika membeli aset yang akan mengalami peningkatan nilai seiring dengan berjalannya waktu, seperti: rumah, tanah, dan logam mulia.

4. Rate of Return

Rate of return atau tingkat pengembalian nilai adalah nilai yang kita harap dihasilkan oleh sebuah aset. Sebagai contoh, jika kita memiliki rumah selain rumah yang kita tinggali sekarang, kita bisa mengharapkan penghasilan tambahan jika menyewakan rumah tersebut. Harga sewa bisa kita tentukan dengan mensurvey pasaran harga sewa rumah di suatu daerah, kelengkapan fasilitas rumah, dan lain-lain.

Jika kita memiliki kendaraan bermotor selain yang kita pergunakan sehari-hari, kita juga bisa menyewakannya. Harga sewa bisa kita tentukan dengan cara benchmarking ke kompetitor. Kita juga perlu mengestimasi pendapatan bersih yang kita bisa dapatkan untuk melunasi cicilan mobil/motor, setelah pendapatan tersebut dikurangi gaji supir (jika memakai supir), pajak kendaraan, biaya maintenance, dan lain-lain.

5. Measurement

Sebaiknya kita menganalisa aset dan tingkat pengembalian nilainya secara berkala untuk menentukan apakah sebuah aset masih layak dipertahankan atau tidak. 

Misalnya kita menyewakan motor yang dipakai pada aplikasi ride sharing. Seperti kita ketahui bersama, motor adalah salah satu aset bergerak yang cepat sekali mengalami depresiasi, karena versi lebih baru dari sebuah merk/tipe akan terus diproduksi.

Jika dalam jangka panjang kita melihat pendapatan dari ride sharing lebih kecil dari pengeluaran untuk pajak tahunan dan biaya servis motor, tidak ada salahnya menjual aset dan mengalihkannya ke dalam bentuk cash (uang tunai).

6. Business

Tidak ada salahnya mengalokasikan gaji yang kita terima untuk membangun bisnis, baik secara mandiri maupun bermitra dengan orang lain. 

Seorang teman saya menyisihkan gajinya setiap bulan untuk menanam modal di usaha restoran yang dikelola oleh teman yang lain. Dari cash yang dia investasikan, dia akan mendapat return yang dihitung dari pendapatan bersih satu outlet restoran yang dia modali operasionalnya. Kejujuran dan kepercayaan memang menjadi landasan utama kerja sama semacam ini.

Ceritanya berbeda dengan cerita saya. Dalam menjalankan usaha saya di bidang pembuatan perabotan berbasis kayu, saya menggaji diri sendiri dengan nominal tertentu. Skala usaha saya yang masih kecil tidak memungkinkan untuk menyisihkan biaya marketing setelah pendapatan dikurangi dengan biaya operasional, jadi saya masih menggunakan sebagian dari gaji saya untuk kegiatan promosi.

7. Accounting 

Inti dari kondisi sehat keuangan keluarga dan pribadi adalah akuntansi, atau pencatatan transaksi keuangan. Pencatatan membuat kita menyadari apakah gaji kita cukup untuk dipakai dan disimpan, atau jangan-jangan besar pasak daripada tiang (pengeluaran kita lebih besar dari gaji yang kita terima).

Pencatatan transaksi keuangan bisa dilakukan dengan cara paling sederhana yaitu mengisi buku jurnal. Taruh gaji kita di awal bulan di baris pertama dari kolom pertama Kredit (pemasukan) dan tambahkan secara bertahap uang yang kita keluarkan secara tunai/non-tunai di kolom Debit (pengeluaran) di sebelah kolom Kredit. Kolom ketiga berisi nominal yang kita bisa simpan setelah gaji kita dikurangi total pengeluaran.

Teknologi juga membantu pencatatan transaksi keuangan secara virtual. Cukup dengan memasukkan angka di aplikasi yang kita unduh, data pengeluaran kita akan disimpan di Cloud dan dikeluarkan secara agregat atau per kategori saat kita membutuhkannya.

Penggunaan aplikasi juga memungkinkan kita untuk menentukan/mengubah kategori pengeluaran sesuai kebutuhan kita, menetapkan batas maksimum pengeluaran untuk satu kategori, dan menetapkan reminder jika kita sudah melampaui limit dan perlu mencari sumber pendapatan lain.

8. Investment

Jika memungkinkan, sisihkanlah gaji untuk berinvestasi. Hasil investasi yang diharapkan bisa berbentuk:

1. Fisik

Pada akhir masa investasi kita mengharapkan sebuah barang yang nyata. Sebagai contoh: mencicil rumah kedua yang bisa disewakan dan menambah penghasilan selain gaji bulanan, atau mencicil logam mulia yang bisa digadaikan sewaktu-waktu jika ada keperluan mendesak.

2. Non-fisik

Pada akhir masa investasi kita mengharapkan keamanan finansial untuk kita maupun orang lain yang berarti buat kita. Salah satu contohnya adalah membeli asuransi pendidikan untuk anak.

Yang kita sisihkan dari gaji bulanan bisa kita investasikan dalam berbagai macam instrumen finansial (saham, reksadana, obligasi, dan lain sebagainya) dan ditarik secara bertahap untuk biaya pendidikan anak. Ada juga asuransi pendidikan yang ditawarkan satu paket dengan asuransi kesehatan dan jaminan penghapusan premi jika terjadi sesuatu dengan orang tua si anak. Opsi seperti ini jelas lebih menguntungkan.

Kedelapan aspek tersebut membantu saya menetapkan skala prioritas dalam mengelola keuangan sehari-hari. Sehingga walaupun pagi cash dan sore flow, saya tahu gaji saya sudah dialokasikan ke kategori-kategori yang seharusnya.

Kalau boleh berbagi, berikut ini adalah urutan pengeluaran di dalam rumah tangga saya berdasarkan prinsip kewajiban/hak: 

1. Kewajiban: perpuluhan, pemeliharaan orang tua, biaya pendidikan anak (sekolah, les, buku, dll), investasi masa depan

2. Hak: biaya makan, biaya transportasi, biaya kesehatan, tabungan

Bagaimana dengan kamu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun