Memaksa memikul salib yang beratnya berlipat kali berat tubuh-Nya sendiri.
Memaku tangan dan kaki, serta menusuk lambung.
Mengabaikan jerit kesakitan seorang manusia yang dagingnya dilubangi.
Membiarkan Ia tergantung sampai mati dalam keadaan hina dan sendirian.
Orang-orang yang menyakiti Dia adalah orang-orang yang sama yang mengelu-elukan kedatangan-Nya ke Yerusalem di atas punuk seekor keledai.
Mereka melambai-lambaikan daun palem sambil bersorak, "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!" (Matius 21:9)
Beberapa hari berselang lidah mereka melenceng dan suara mereka serak berteriak, "Salibkan Dia, salibkan Dia!"
Tanpa ragu mereka memilih membebaskan seorang penjahat dan menyerahkan Tuhan Yesus untuk dihukum, padahal Ia bersih dari dosa dan kesalahan. Hanya karena mereka benci, mereka iri, dan mereka merasa terancam.
Orang-orang yang berada di posisi tinggi, yang mengangkat diri sebagai perwakilan Tuhan, mampu menghasut banyak orang untuk bertindak sedemikian keji. Sebuah kemunafikan yang tidak ada bandingannya, bukan?
Orang-orang yang tadinya memuji dan mengharapkan mujizat-Nya, berteriak lantang agar Ia disalibkan. Yang tidak berteriak hanya bisa berdiri di pinggir dan mendiamkan. Tahu ada yang salah dan tidak melakukan apa-apa malah lebih parah, bukan?
Orang-orang yang setia mengikuti-Nya selama tiga setengah tahun, ada yang membunuh diri karena menyesal namun tidak bertobat, ada yang menyangkal telah mengenal-Nya karena takut dihakimi oleh massa. Sebuah gambaran karakter asli manusia yang mementingkan diri sendiri, bukan?