Seorang mahasiswa S3 yang sedang studi di Manchester, Inggris divonis minimal 30 tahun penjara oleh pengadilan di sana karena telah memperkosa hampir 200 orang pria.Â
Kejahatannya terungkap pada tahun 2017 ketika salah satu korbannya terbangun dari pengaruh obat bius, namun vonis pengadilan dan seluk-beluk perkaranya baru diungkap ke publik hampir 3 tahun kemudian.
Media (mainstream dan sosial) kita pun gempar.
Salah satu media besar di Inggris yang mempunyai afiliasi di Indonesia menelusuri kediaman RS sampai ke kota Depok. Mereka melakukan reportase di depan rumah yang "diduga" sebagai rumah keluarga RS.
Di sebuah status, seseorang mempertanyakan pekerjaan ayah RS. Bankir mana yang bisa menyekolahkan anaknya ke Inggris sampai bertahun-tahun? Apakah uangnya halal atau haram?
Di cuitan lain, marga Sinaga dari suku Batak diolok-olok. Takut ke Inggris kalau bermarga Sinaga, nanti otomatis ditangkap polisi. Cuitan lain menimpali, jangan-jangan orang bermarga itu hombreng semua.
Di sebuah WA group, dalam hitungan hari muncul meme dan stiker tentang RS. Seakan-akan pemerkosaan adalah perkara enteng dan bukan kejahatan yang menghancurkan semangat hidup.
Masih di media cuitan, ada yang bertanya-tanya apa pekerjaan/bagaimana kehidupan dari adik-adik RS. Apakah mereka bisa hidup baik-baik saja sebagai keluarga dari seorang penjahat kelamin?
Di status seseorang yang punya banyak follower muncul dugaan: orientasi seksual RS diakibatkan oleh trauma masa lalu dan berkaitan dengan cara dia dibesarkan (terutama oleh ayahnya). Panjenengan punya bukti?
Korban RS banyak dan perlu bantuan dan waktu yang lama untuk pulih. Kejahatan RS perlu dihukum setimpal dan tidak pantas dijadikan bahan candaan.
Perbuatan RS itu keji.