Nama: Rihadatul Aisy
Nim: 43222010037
Dosen Pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB
Sebelum membahas mengenai diskursus kepemimpinan Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV pada upaya pencegahan korupsi kita perlu mengetahui siapa itu  KGPAA Mangkunegara IV.
Siapa itu Mangkunegara IV?
Nama lengkapnya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IV, nama aslinya adalah Rade Mas Sudira. Lahir pada hari Minggu tanggal 3 Maret 1811. Putra dari  Kanjeng Pangeran Harya Hadiwijaya I ayahanda Mangkunegara IV yang berasal dari Bandara Raden Mas Tumenggung Harya Kusumdiningrat. Sedangkan ibunya adalah putri dari Mangkunegara II
KGPAA Mangkunegara IV dikenal sebagai Paku Alam IV, adalah salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah Kesultanan Jogjakarta, Indonesia. Ia adalah penguasa negara  Pakualaman, sebuah wilayah kecil merdeka yang berada di bawah pengaruh Kesultanan Yogyakarta.
KGPAA Mangkunegara IV memerintah Pakualaman pada tahun 1858 hingga 1878. Ia adalah pemimpin yang bijaksana dan menekankan pentingnya keadilan dan kesejahteraan manusia. Pada masa kepemimpinannya, ia aktif  memperkuat pemerintahan, menunjang kegiatan pertanian, dan mengembangkan infrastruktur  wilayahnya. Dari sisi budaya, KGPAA Mangkunegara IV juga merupakan seorang penyair Jawa yang produktif. Beliau mempunyai beberapa karya sastra berbahasa Jawa yang ia tulis, salah satunya yaitu Serat Wedhatama. Karya - karyanya mencerminkan pemahaman mendalam tentang kehidupan, filsafat, agama dan kebijaksanaan.Â
KGPAA Mangkunegara IV dikenal sebagai sosok yang disegani dan dianggap sebagai pemimpin yang bijaksana oleh rakyatnya. Ia berusaha menjaga stabilitas dan kesejahteraan Pakualaman pada masa pemerintahannya. Warisannya, termasuk karya sastranya, terus dikenang dan dipelajari sebagai bagian dari sejarah.
Berikut ini penjelasan mengenai Serat Wedhatama beserta kaitannya pada upaya pencegahan korupsi
Apa itu Serat Wedhatama?Â
Salah satu Karya dari KGPAA Mangkunegara IV yaitu Serat Wedhatama, Serat Wedhatama merupakan kitab filsafat gabungan Jawa dan islam yang berisi ajaran  luhur sehingga merupakan bacaan yang sangat baik untuk generasi sekarang. Wedhatama  terdiri dari dua kata yaitu wedha dan tama. Wedha berarti pengetahuan dan suatu ajaran, sedangkan tama berarti baik, mulia atau bernilai.
Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV Memiliki arti lain yaitu sebagai karya sastra Jawa yang ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV, seorang penyair Jawa pada masa Kesultanan Yogyakarta. Benang ini berisi ajaran filosofis dan moral yang disampaikan melalui bahasa Jawa klasik.
Serat Wedhatama sebagai karya sastra  atau  wahana  pendidikan akhlak karena  Serat Wedhatama memuat petunjuk mengenai hal ini pendidikan  yang mulia Sehingga bisa menjadi pedoman hidup bagi masyarakat, ajaran yang terkandung dalam Serat Wedhatama tidak hanya itu saja ditujukan hanya untuk masyarakat Jawa, padahal awalnya ditujukan pembentukan watak dan perilaku kerabat keraton dan masyarakat, yaitu masyarakat Jawa. Namun juga dapat digunakan sebagai alat pendidikan moral  Masyarakat Indonesia bahkan seluruh dunia, karena ajaran tersebut terkandung dalam Serat Wedhatama yang mempunyai sifat universal.
Ajaran yang terkandung dalam Serat Wedhatama aslinya ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV mengarahkan kepada putra-putra penerusnya agar mempunyai sebuah karakter yang baik, Namun belakangan ternyata isi  ajaran tersebut bersifat  universal,  artinya bermanfaat bagi semua orang dan berlaku sepanjang waktu jika melakukan nya dalam kehidupan.
Apa yang akan kita dapatkan jika menanamkan isi dari kitab tersebut?Â
Serat Wedhatama berisi nasehat hidup untuk memberikan sebuah bimbingan dan nasehat bagi pembacanya untuk menjalani kehidupan yang rukun dan bermakna. KGPAA Mangkunegara IV menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan Tuhan, sesama manusia dan alam. Beliau mengajarkan nilai-nilai seperti kesederhanaan, kerendahan hati, kejujuran, keadilan dan kasih sayang.  Dalam Karya-karya nya KGPAA Mangkunegara IV juga memberikan makna tentang pentingnya pengendalian diri dan emosi, menghargai hidup dan menjalani hidup secara penuh dengan  kesadaran dan tanggung jawab. Beliau menekankan perlunya menemukan keseimbangan dalam segala hal dan menghindari keegoisan dan ambisi yang berlebihan.Â
Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV salah satu  kearifan lokal Jawa yang memberikan inspirasi dan nilai-nilai penting dalam kehidupan sehari-hari. Karya ini telah menjadi  warisan budaya yang berharga dan menjadi bagian dari identitas budaya Jawa.
Serat Wedhatama mempunyai suatu nilai moral dan filosofis yang dapat kita petik sebagai prinsip kepemimpinan. Secara keseluruhan Serat Wedhatama menanamkan nilai-nilai kehidupan terkait etika, moralitas dan kebijaksanaan dalam menjalani dan mengatur kehidupan. Banyak sekali manfaat yang akan kita dapatkan jika kita memahami dan melaksanakan hal tersebut dalam berbagai aspek kehidupan.
Mengapa pada pencegahan korupsi diperlukan kepemimpinan dari serat wedhatama?
Dalam konteks antikorupsi, Serat Wedhatama dan nilai-nilainya dapat dijadikan acuan dan inspirasi bagi pengelola untuk mengambil keputusan yang adil, menjaga integritas, menghindari konflik, Hal ini dapat memberikan pedoman moral dan etika yang mencegah  perilaku korupsi dan mendorong praktik pengelolaan yang bertanggung jawab dan bermartabat.
Pada upaya tersebut seseorang harus mempelajari pendidikan karakter yang dapat dilakukan melalui karya sastra Serat Wedhatama. Sebab serat wedhatama mengandung pendidikan karakter yang dapat diwujudkan bagi generasi muda saat ini khususnya  pelajar, karna sudah banyak sekali pemerintah yang sudah terlibat kasus korupsi maka dari itu kita perlu menanamkan karakter yang baik dan berbudi pekerti di dalam kehidupan sehari-hari, dengan tegas menolak adanya korupsi dan menjaga diri dari faktor luar yang dapat mempengaruhi kelakuan seseorang.
Apa Tujuan dibuatnya Serat Wedhatama oleh KGPAA Mangkunegara IV?Â
Tujuan utama penyusunan Serat Wedhatama adalah untuk memberikan ajaran moral, nilai-nilai kehidupan dan nasehat bijak kepada pembaca atau pendengarnya yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno, hal ini merupakan pedoman perilaku dan potret kehidupan ideal  yang diharapkan masyarakat di dalam kehidupan. Pembuatan karya ini juga untuk menjadi orang yang ebrbudi luhur dalam perasaan yang lemah lembut dalam kehidupan sehingga dapat membentuk suatu watak seseorang yang baik.
Pada dasarnya ada 3 Perkara pada hidup manusia, yaitu:
1. Wirya (Keluhuran) : hal ini mengacu terhadap seseorang yang memiliki keberanian dalam mempertahankan nilai kebenaran dan keadilan, kekuatan atau kegagahan dan memiliki semangat juang yang tinggi dalam menjalani kehidupan.
2. Arto (kekayaan dan kemakmuran): Konsep ini mendorong manusia untuk mencapai keseimbangan antara kekayaan materi, hubungan sosial yang harmonis, spiritualitas yang kuat, dan kontribusi sosial yang positif dan mendapatkan kemakmuran dalam hidupnya serta berpartisipasi untuk mensejahterakan masyarakat.
3. Winasis (ilmu pengetahuan): hal tersebut dapat mendorong seseorang dalam memahami atau menimba ilmu pengetahauan agar nanti di kemudian hari menjadi suatu pegangan yang kuat bagi dirinya untuk menghadapi segala masalah yang ada.
Jika dalam hidup manusia itu tidak mencapai salah satu dari ketiga perkara tersebut maka manusia tersebut akan mendapatkan derita, menjadi pengemis, dan kehilangan arah pada hidupnya.
Tipe kategori kepemimpinan Kgpaa Mangkunegara IV, yaitu:
1. Nistha: yaitu seorang pemimpin yang jika ia bekerja atau memimpin hanya memikirkan dirinya sendiri dan kelompok yang dipimpin nya tanpa memperhatikan orang sekitar hal ini berarti pemimpin tersebut bersikap egois.
2. Madya: yaitu seorang pemimpin yang mengetahui sebuah kewajiban yang telah dipercayakan kepadanya dan menjalankan suatu kewajiban itu dengan baik, dan dapat mengambil hak nya tanpa mengambil hak orang lain.
3. Utama: yaitu seorang pemimpin yang sangat istimewa karna telah melewati keutamaan dirinya sendiri kepada orang yang membutuhkannya serta tidak mengharapkan imbalan terhadap apa yang sudah di jalani nya.
Pada kepemimpinan Kgpaa Mangkunegara IV da 5 hal  yang berkaitan dalam tatanan moral mental, yaitu:
1. Aja Dumeh: Jangan seenaknya
Jika menjadi seorang pemimpin jangan seenaknya dalam bersikap kepada orang lain walaupun pangkatnya lebih tinggi.
2. Aja Gumunan: Jangan mudah terkesan pada apapun itu
Menjadi seorang pemimpin yang baik harus selalu bersyukur dengan apa yang telah didapatkan dan jangan gampang terkesan terhadap suatu hal.
3. Aja Kagetan: Pada semua hal jangan mudah terkejut
Didalam jiwa seorang pemimpin jangan terlalu mudah kaget dalam menghadapi berbagai hal pastikan dulu hal tersebut benar adanya
4. Prasojo/Prasaja: Hidup dengan kesederhanaan dan kecukupan
Jangan terlihat terlalu mewah dalam menjalani kehidupan tetapi harus melihat suatu hal sesuai dengan kebutuhan.
5. Manjing Ajur Ajer: Â memiliki hati yang tulus pada masyarakat
Memiliki hati yang tulus dan tidak mengharapkan suatu imbalan sebagai gantinya.
Di dalam serat Wedhatama terdiri dari Tembang Macapat/pupuh, ada 5 Pupuh yang akan dibahas pada artikel ini, sebelum itu kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa itu tembang macapat/pupuh.
Apa itu Tembang Macapat/Pupuh pada Serat Wedhatama?
Pada Serat Wedhataman Tembang Macapat/Pupuh merupakan salah satu bentuk puisi tradisional atau puisi Jawa yang mempunyai struktur dan kaidah tertentu. Susunan Pupuh terdiri atas bentuk bait yang terdiri dari beberapa syair atau baris. Setiap bait terdiri dari sejumlah kata dan suku kata tertentu, bahkan pada Serat Wedhatama pupuh mempunyai kaidah dalam menyampaikan makna dan tema. Pupuh sering  digunakan untuk mengungkapkan nilai moral, pesan hidup dan renungan hidup serta  tujuan hidup menurut ajaran agama Jawa. Dalam Serat Wedhatama, pupuh digunakan  untuk menyampaikan pesan spiritual, kearifan lokal, dan nilai-nilai. nilai kehidupan. Pupuh juga mencerminkan keindahan bahasa Jawa dengan penggunaan kata-kata yang bermakna dan padat. Pada tembang ini berjumlah 100 bait yang sudah dibagi-bagi setiap bait pada tembang tersebut.
Bagaimana kaitannya Tembang Macapat/Pupuh tersebut dengan upaya pencegahan korupsi?
Pada Serat Wedhatama terdapat 5 Macam Tembang Macapat/Pupuh, yaitu:
1. Pupuh Pangkur
Pupuh Pangkur terdiri dari 14 bait, yang berisi nasehat-nasehat dan pelajaran-pelajaran dasar  menghadapi kehidupan agar masyarakat mampu melakukannya hidup dengan jiwa dan ilmu yang mulia. Pupuh Pangkur, sebagai salah satu jenis puisi dalam sastra Jawa, mempunyai struktur dan aturan tertentu dalam menyusun syairnya. Hal ini berkaitan dengan simbol yang bijaksana dalam.Memilih pemimpin yang baik dan patut diteladani memang tidak mudah, karena tidak semua orang mempunyai sikap bijaksana yang tinggi sebagai pribadi. Dapat dikatakan bahwa pribadi yang memiliki kecerdasan yang tinggi merupakan hal yang penting dalam perjalanan belajar filsafat, namun yang lebih penting lagi, karakter yang paling cocok bagi seorang peminat filsafat adalah yang mempunyai kebijaksanaan, bukan sekedar kecerdasan.
2. Pupuh Sinom
Pupuh Sinom terdiri dari 18 bait, yang menjelaskan bagaimana meningkatkan martabat pada hidup dalam  meraih tiga hal, yakni hidup mulia, mencari harta, objek kehidupan untuk  mencari kecerdasan. Dalam kehidupan seseorang harus selalu mengingat Tuhan.
3. Pupuh Pucung
Pupuh Pucung terdiri atas 15 bait, yang menjelaskan bahwa ilmu itu harus diamalkan, dimulai dari kemauan karena kemauan adalah penguatnya untuk menciptakan kesabaran  dalam hati. Jika orang ingin sukses, ada tiga sifat penting yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu : berusaha, berdoa, dan berserah diri.
4. Pupuh Gambuh
Pupuh Gambuh terdiri atas 35 bait, yang menjelaskan mengenai sembah raga, sembah jiwa, sembah cipta dan sembah rasa. Pupuh gambuh mengajarkan agar manusia tidak mempunyai sifat yang sombong dalam menghadapi kekuatan, menjalankan kekuasaan, dan kecerdasan yang dimiliki seorang pemimpin.
5. Pupuh Kinanthi
Pupuh Kinanthi terdiri dari 18 bait, yang merupakan syair-syair tambahan di dalam Serat Wedhatama yang bertujuan untuk menjelaskan lebih lanjut pengertian serat ini, yaitu pengingat dari segala hal yang telah dimilikinya agar dijalankan dengan baik dan dapat mempertahankan ilmu yang dimilikinya agar dapat berguna bagi orang lain.
Tembang macapat/pupuh dalam upaya pencegahan korupsi, yaitu:
1. Pada Pupuh pangkur Dalam konteks antikorupsi, hal ini bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan antikorupsi kepada masyarakat. Pupuh Pangkur dapat digunakan untuk menggambarkan bahaya dan dampak negatif  korupsi serta pentingnya mengusung nilai-nilai kejujuran, integritas, dan transparansi dengan menggunakan bahasa Jawa yang kaya makna dalam gaya pertunjukan yang indah.
Pemanfaatan Pupuh Pangkur untuk mencegah korupsi tidak hanya sekedar hiburan atau keindahan sastra, namun juga menjadi alat komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan moral kepada masyarakat. Dengan demikian, Â pesan-pesan antikorupsi yang terkandung dalam kerangka ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi masyarakat untuk berperan aktif dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Memadukan keindahan sastra Jawa klasik dengan pesan moral antikorupsi, penggunaan pupuh pangkur dapat memberikan dampak yang kuat dan mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Maka dari itu media tersebut sangat berguna sekali pada upaya pencegahan korupsi.
2. Pada Pupuh Sinom dalam upaya antikorupsi yang mengacu pada penggunaan bentuk puisi tradisional  untuk menyampaikan pesan antikorupsi kepada masyarakat. Pupuh ini mengandalkan penggunaan bahasa jawa yang indah dan kaya dengan lirik yang berirama untuk menarik perhatian pendengar atau pembacanya. Melalui syair-syair puisi yang terstruktur, pesan antikorupsi dapat tersampaikan dengan  lebih menarik dan meyakinkan.
Pupuh Sinom mampu menggambarkan dampak negatif  korupsi, seperti ketidakadilan, kemiskinan, dan kerusakan sosial. Selain itu, pupuh ini juga dapat menekankan pentingnya kejujuran, transparansi, dan perilaku beretika dalam  mencegah  korupsi di masyarakat. Dengan memadukan keindahan puisi Jawa dengan pesan-pesan antikorupsi, penggunaan  Sinom dapat memberikan pengaruh yang kuat. berdampak pada peningkatan kesadaran dan kesiapan masyarakat dalam melawan dan mencegah korupsi.
Pupuh Sinom dapat menjadi alat komunikasi efektif yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat dalam memerangi korupsi dan membangun kejujuran dalam masyarakat.
3. Dalam antikorupsi, pupuh pucung dapat dijadikan alat untuk menyampaikan pesan antikorupsi kepada masyarakat dalam konteks dan kebutuhan tertentu yang relevan untuk mencapai tujuan antikorupsi. Selain itu, pupuh pucung yang memiliki kemampuan menyambung kata dan menggambarkan situasi atau peristiwa, mampu memediasi dampak negatif  korupsi, seperti ketidakadilan, ketimpangan sosial, dan penyalahgunaan kekuasaan. Pupuh pucung juga dapat menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam mencegah dan memberantas korupsi.
4. Dalam konteks antikorupsi, pupuh Gambuh dapat dijadikan alat untuk menyampaikan pesan antikorupsi kepada masyarakat. Dengan bahasa dan lirik yang unik, pupuh Gambuh mampu menciptakan puisi-puisi indah yang mampu menyita perhatian pendengar atau pembacanya. pupuh Gambuh dapat menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan pesan moral kepada masyarakat. pupuh Gambuh dapat digunakan sebagai alat penyampaian pesan yang efektif untuk memerangi korupsi dan mendorong kejujuran di masyarakat.
5. Pupuh Kinanthi dapat dikaitkan dengan antikorupsi dalam beberapa hal yaitu: Integritas Pribadi, Pupuh Kinanthi dapat menginspirasi masyarakat untuk menjaga integritas pribadi dan menghindari perilaku curang atau korup dengan tetap berpegang pada nilai-nilai kejujuran dan kesetiaan. Tanggung jawab individu,
Pupuh Kinanthi menekankan  perasaan dan hubungan pribadi. Dalam  pencegahan korupsi, penting untuk mengembangkan tanggung jawab individu atas tindakan seseorang. Menghargai Kejujuran, Pupuh Kinanthi menggambarkan perasaan cinta yang tulus dan setia. Dalam  pencegahan korupsi, penting untuk menghargai dan mengedepankan kejujuran sebagai nilai yang tertanam dalam masyarakat. Pupuh ini dapat menggugah masyarakat untuk  lebih menghargai kejujuran dan menyadari bahwa dengan korupsi akan merusak kepercayaan dan stabilitas hubungan antarmanusia.
Dalam serat wedhatama terdapat gaya kepemimpinana Kgpaa Mangkunegara Iv pada serat Kinanthi dan juga serat pucung, yaitu
- "Eling lan waspada" berarti seorang pemimpin yang selalu berhati-hati dalam mengambil tindakan atau dalam menjalankan suatu kepemimpinan
- "Away Mematuh Nalutuh" berarti seorang pemimpin yang sabar dalam menghadapi kesulitan dan dapat menahan amarah nya.
- "Gonyak-ganyuk ngelinhsemi" berarti seorang pemimpin yang memiliki sifat sopan santun dalam suatu kegiatan penting.
- "Bangkit Ajur Ajer" berarti seorang pemimpin yang tidak membeda-bedakan yang satu dengan yang lainnya
- "Atetamba yen wus bucik" jangan sampai berobat setelah luka berarti seorang pemimpin yang harus berfikir sebelum bertindak, memikirkan hal tersebut baik atau tidak baru bertindak, seorang pemimpin yang ceroboh, termakan hawa nafsunya tidak bisa menjaga nya dan selalu mersa belum puas dengan apa yang telah didapatkan (S. Pucung).
- "Nggugu Karape Priyangga" berarti seorang pemimpin yang memikirkan segala sesuatu nya dengan sungguh-sungguh  dan memathu aturan yang berlaku tidak melanggarnya dan bisa memposisikan dirinya dengan baik dan benar.
- "Kareme anguwus-uwus uwose tan ana, mung janjine muring-muring" berarti seorang pemimpin yang memiliki sifat pemarah tetapi dengan alasan yang tidak jelas mengapa ia marah, dan suka melampiaskan amarah tersebut kepada orang lain (S. Kinanthi).
- "Mung Ngenaki Tyasing Lian" berarti seorang pemimpin yang bisa memanfaatkan ilmu nya dan menempatkan ilmu tersebut kepada orang lain dengan baik dan benar.
- "Den bisa mbusuki Ujaring Janmi" berarti seorang pemimpin yang kadang bersikap bukan sebagai dirinya untuk menghadapi orang yang bodoh hanya karna menghargai orang tersebut dengan cara yang baik.
- Menjadi seorang pemimpin jangan sampai mempermalukan orang lain dan jangan mempermalukan dirinya sendiri tetap percaya diri dimanapun ia memimpin
Apa itu Korupsi?
Di Indonesia sudah banyak sekali kasus korupsi yang menyebar luas, terutama bagi pemegang kekuasaan sering kali terjadi korupsi. Korupsi sudah bukan rahasia umum lagi melainkan sudah menjadi kebiasaan dalam mengambil hak orang lain, banyak rakyat kecil yang dijajah oleh koruptor
Korupsi adalah mengambil hak milik orang lain secara sengaja serta menyalahgunakan kekuasaan atau kedudukan dalam masyarakat atau pemerintahan untuk  keuntungan pribadi atau kelompok secara tidak sah. Korupsi mengacu pada suatu kegiatan yang melanggar prinsip etika, hukum, dan keadilan serta merugikan kepentingan umum atau masyarakat pada umumnya.
Banyak faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan korupsi, diantaranya yaitu:
1. Ketimpangan ekonomi: Ketimpangan ekonomi yang tinggi dapat menjadi pemicu terjadinya korupsi. Ketika ketimpangan ekonomi semakin parah, kekayaan dan sumber daya negara yang melimpah kemungkinan besar akan mendorong keinginan untuk menyalahgunakan kekuasaan dan merusak keuntungan.
2. Hukum dan penegakan hukum yang lemah: sistem hukum yang lemah, termasuk lambatnya proses hukum dan kurangnya  penegakan hukum yang efektif, menciptakan lingkungan di mana  pelaku korupsi merasa mampu menghindari hukuman atau mempengaruhi proses hukum. Hal tersebut yang menjadikan kebiasaan para koruptor akan terulang lagi karna tidak adanya efek jera yang diberikan.
3. Gaji dan insentif yang rendah: Rendahnya upah dan kurangnya insentif bagi pejabat pemerintah, termasuk aparat penegak hukum dan  administrasi, dapat mendorong  korupsi  untuk meningkatkan pendapatan dan memenuhi kebutuhan finansial.
4. Tekanan finansial dan sosial: beban finansial dan tekanan sosial yang berat pada seseorang atau kelompok dapat mendorong  korupsi  untuk memenuhi kebutuhan atau demi keuntungan sesaat, maka dari itu bergaya lah semampunya sesuai kebutuhan agar dapat mengurangi adanya tindak pidana korupsi.
5. Memiliki sifat tamak: selalu merasa kurang puas dibandingkan dengan orang lain dan selalu merasa kurang dengan hasil pencapaiannya, selalu ingin memiliki hak milik orang lain.
Akibat dari korupsi sangat merugikan baik pada tingkat individu maupun pada tingkat masyarakat dan negara secara keseluruhan. Beberapa dampak-dampak yang akan terjadi jika seseorang melakukan korupsi, yaitu:
1. Merugikan perekonomian Negara: Korupsi dapat merugikan pertumbuhan ekonomi dengan melemahkan investasi, mengurangi minat investasi dan meningkatkan biaya bisnis. Pemerasan dana publik  dapat berarti kurangnya dana  untuk rencana pembangunan infrastruktur, layanan publik, dan program sosial. Biasanya orang yang korupsi yaitu berasal dari pejabat tinggi yang menjabat di pemerintahan yang dapat merugikan ekonomi negara atas dasar kepuasan pribadi.
2. Menyebabkan ketidakadilan: Korupsi dapat menciptakan kesenjangan sosial dan ekonomi karena uang dan sumber daya didistribusikan secara tidak adil kepada sebagian orang atau kelompok tertentu. Hal ini dapat memperlebar kesenjangan antara  kaya dan  miskin, sehingga menghambat peluang dan layanan yang setara bagi semua orang di masyarakat.
3. Merusak kepercayaan masyarakat: Korupsi merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan lembaga-lembaga, yang merupakan landasan penting bagi stabilitas dan pembangunan suatu negara. Ketika kepercayaan terhadap sistem rusak, dampaknya bisa berupa ketidakpuasan, keresahan sosial, dan berkurangnya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan dan pemerintahan.
4. Menyebabkan kerugian sosial: Korupsi menciptakan lingkungan dimana nilai-nilai  kejujuran, integritas dan keadilan  terkikis. Hal ini dapat mempengaruhi moral dan perilaku seluruh masyarakat, meningkatkan kejahatan dan mengganggu stabilitas masyarakat, kehilangan kepercayaan yang telah diberikan oleh orang lain, dan akan dikucilkan masyarakat.
5. Menghambat pembangunan: Korupsi melemahkan efektivitas program pembangunan. Dana yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan program sosial seringkali disalahgunakan atau disalurkan ke kantong individu atau kelompok tertentu. Akibatnya pembangunan menjadi lambat dan kualitas hidup masyarakat menurun dan lagi-lagi berdampak kepada rakyat kecil.
Bagaimana Kepemimpinan yang dilakukan Kgpaa Mangkunegara IV dalam upaya yang dilakukan pada pencegahan korupsi pada Serat Wedhatama tersebut?
Serat Wedhatama mempunyai nilai-nilai kepemimpinan dalam beretika  yang sangat penting dan dapat diterapkan untuk mencegah korupsi. Para Pemimpin harus mempunyai nilai tersebut. Beberapa nilai kepemimpinan dalam beretika yang dapat kita lihat dari Serat Wedhata dalam konteks ini adalah:
1. Keadilan
Serat Wedhatama mengajarkan pentingnya keadilan dalam tugas kepemimpinan dan manajemen. Keadilan adalah nilai inti yang harus dihormati oleh para pemimpin dan semua individu. Dalam antikorupsi, keadilan berarti tidak memihak atau memberikan perlakuan khusus kepada individu tertentu, namun memastikan bahwa keputusan dan tindakan yang diambil adalah adil dan adil bagi semua pihak yang terlibat. Dalam suatu hal keadilan sangat dibutuhkan, dengan adanya sikap adil yang tertanam dalam diri seseorang maka segala sesuatu yang dijalankan akan lebih mudah dan tidak adanya sifat curang.
2. Teladan
Serat Wedhatama menekankan bahwa pemimpin harus menjadi teladan yang baik bagi yang dipimpinnya. Pemimpin yang  jujur, berintegritas, dan beretika kuat adalah teladan yang baik bagi orang lain. Dalam konteks pencegahan korupsi, manajer yang menjaga nilai-nilai etika dan tidak terkait korupsi  memotivasi bawahannya untuk mengikuti langkah yang sama. Menjadi seorang pemimpin harus mempunyai sikap teladan agar bisa mencontohkan kepada yang lain bahwa pemimpin yang baik bisa bermanfaat bagi orang banyak.
3. Bijaksana
Serat Wedhatama mengajarkan pentingnya kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai situasi. Manajemen yang bijaksana memerlukan kemampuan untuk mempertimbangkan semua faktor penting dan mengambil keputusan yang rasional berdasarkan prinsip-prinsip etika. Dalam konteks antikorupsi, pemimpin yang bijaksana dapat menghadapi godaan dan tekanan untuk melakukan korupsi dan memilih tindakan yang tidak melanggar integritas dan etika. Pemimpin harus nbersikap bijaksana dalam memilih hal yang baik dan buruk, Korupsi adalah suatu hal yang buruk karna telah merugikan orang banyak maka dari itu bersikaplah bijaksana dalam menjalani kehidupan.
4. Kejujuran
Serat Wedhatama mengajarkan pentingnya kejujuran dan menjaga integritas. Kejujuran merupakan nilai yang menentukan karakter dan kemampuan seseorang dalam mengikuti prinsip moral. Dalam konteks antikorupsi, integritas berarti tidak menerima atau memberi suap, menghindari pelanggaran etika, dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara jujur dan bertanggung jawab. Menjadi seorang pemimpin harus mempunyai sikap jujur agar dapat dipercaya dengan orang lain, jangan menyia-nyiakan kesempatan tersebut dengan mengecewakan orang lain.
5. Transparansi
Dalam Serat Wedhatama, prinsip transparansi dapat dimaknai sebagai nilai dalam pemberantasan korupsi. Transparansi berarti mengungkapkan dan mempublikasikan informasi secara terbuka dan jujur. Terkait dengan pencegahan korupsi, transparansi dapat mencegah penyelewengan dan pelanggaran dengan memungkinkan adanya pengawasan dan akuntabilitas. Menjadi seorang pemimpin harus mempunyai sifat keterbukaan agar tidak dicurigai orang lain dan memperlihatkan suatu proses yang sedang di lalui nya.
Serat Wedhatama memandang tata pemerintahan yang baik merupakan kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi seluruh masyarakat. Meskipun kepemimpinan secara spesifik tidak disebutkan secara spesifik, namun nilai dan prinsip moral yang terkandung dalam hal ini dapat menjadi pedoman dan inspirasi bagi  pemimpin dalam menjalankan perannya dengan lebih baik.
Banyak sekali teori kepemimpinan yang ada yaitu ada 12 model gaya kepemimpinan, dari kepemimpinan Kgpaa Mangkunegara IV yaitu masuk ke dalam teori:
1. Kepemimpinan transformasional atau transformasional leadership adalah gaya kepemimpinan yang berfokus pada menginspirasi, memotivasi, dan menggerakkan orang untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dalam suatu organisasi. Pemimpin transformasional berupaya menciptakan perubahan  positif dan mengembangkan pengikutnya untuk mencapai potensi maksimalnya. Dari hal tersebut dapat diketahui Kgppa Mangkunegara IV merupakan seorang pemimpin yang membawa pengaruh positif kepada pengikutnya dengan mengajarkan orang lain sikap rendah hati, jujur, dan tegas dalam mengambil suatu tindakan dalam menjalani kehidupan.
2. Charismatic Leadership atau kepemimpinan yang karismatik adalah gaya kepemimpinan yang berfokus pada daya tarik pribadi pemimpin dan pengaruhnya terhadap pengikut. Pemimpin yang karismatik mampu menginspirasi, memotivasi dan menarik perhatian pengikutnya dengan kepribadian yang karismatik. Pemimpin yang karismatik seringkali juga  memiliki visi yang kuat dan dapat berkomunikasi secara persuasif untuk mencapai tujuan bersama. Kgpaa Mangkunegara IV merupakan sosok yang berwibawa dan sangat tegas dalam memimpin dari hal tersebut terlihat bahwa ia merupakan pemimpin yang mempunyai ciri khas tersendiri dengan sikap kebijaksanaannya banyak orang lain yang tertarik dengan sifat kepemimpinan dirinya.
Serat Wedhatama pada zaman modern
Dalam serat wedhatama pada zaman sekarang masyarakat masih kurang mengimplementasikan nya didalam kehidupan sehari-hari maka dari itu Serat Wedhatama  menawarkan alternatifnya menghadapi berbagai gangguan zaman. penampilan tahap peralihan yang masing-masing mempunyai ciri, bentuk dan watak tersendiri, Ini adalah pelajaran penting  refleksi, pengetahuan dan informasi yang berharga bagi  masyarakat saat ini. Manusia masa kini berada di tengah alam, yang senantiasa bergerak  permasalahan lingkungan hidup dan sosial yang berkembang secara dinamis. Kualitas hidup seseorang  budi pekerti, akhlak, pengetahuan,  keterampilan dan kecerdasan disajikan Sesuatu yang saling melengkapi. Maka dari itu membentuk karakter seseorang sangatlah diperlukan agar ia bisa mengetahui perbedaan dari perbuatan yang kurang baik. Mengimplementasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam serat tersebut di dalam kehidupan sehari-hari
Kesimpulan
Dari penjelasan yang sudah dipaparkan dalam artikel tersebut bahwa dapat disimpulkan KGPAA Mangkunegara IV menciptakan suatu karyanya yaitu Serat Wedhatama untuk menunjukkan kepada orang agar selalu berbaik hati dan berbudi luhur dalam menjalani suatu kehidupan, dan menjadikan karya tersebut sebagai pedoman bagi masyarakat agar selalu ingat kepada tuhan yang maha esa berkatnya semua orang diberikan akal dan pikiran dalam mencari ilmu agar dapat bermanfaat bagi orang lain dan tidak menyia-nyiakan ilmu tersebut.
Dari kepemimpinan Mangkunegara IV pada upaya pencegahan korupsi yang dapat diikuti yaitu  menjadi seseorang yang sederhana dalam menjalani kehidupan, seseorang yang tidak sombong dan angkuh jika sudah mencapai apa yang dia inginkan, seseorang yang sangat tegas dalam memimpin dan menolak suatu hal jika tidak sesuai atau menyimpang dari aturan yang sudah ditetapkan, menjadi seseorang yang selalu bersikap jujur,adil dan tidak berlaku curang dimanapun dia berada, tahan dengan godaan -- godaan diluar sana dan dapat memilih mana yang baik dan buruk bagi seorang pemimpin.
Daftar Pustaka
Fuady, F. (2022). PENDIDIKAN MORAL MASYARAKAT JAWA DALAM SERAT WEDHATAMA DAN SERAT WULANGREH.
Mayrudin1, A. S. (2010). Anti Korupsi dalam Tembang Jawa Kinanthi.
Puspito, :. N. (2011). In Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Astuti, R. (2018). Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Serat Wedhatama Karya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV.
Pujiartati, R. (2017). Pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai serat Wedhatama untuk menumbuhkan etika dan moral siswa.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H