2. Pada Pupuh Sinom dalam upaya antikorupsi yang mengacu pada penggunaan bentuk puisi tradisional  untuk menyampaikan pesan antikorupsi kepada masyarakat. Pupuh ini mengandalkan penggunaan bahasa jawa yang indah dan kaya dengan lirik yang berirama untuk menarik perhatian pendengar atau pembacanya. Melalui syair-syair puisi yang terstruktur, pesan antikorupsi dapat tersampaikan dengan  lebih menarik dan meyakinkan.
Pupuh Sinom mampu menggambarkan dampak negatif  korupsi, seperti ketidakadilan, kemiskinan, dan kerusakan sosial. Selain itu, pupuh ini juga dapat menekankan pentingnya kejujuran, transparansi, dan perilaku beretika dalam  mencegah  korupsi di masyarakat. Dengan memadukan keindahan puisi Jawa dengan pesan-pesan antikorupsi, penggunaan  Sinom dapat memberikan pengaruh yang kuat. berdampak pada peningkatan kesadaran dan kesiapan masyarakat dalam melawan dan mencegah korupsi.
Pupuh Sinom dapat menjadi alat komunikasi efektif yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat dalam memerangi korupsi dan membangun kejujuran dalam masyarakat.
3. Dalam antikorupsi, pupuh pucung dapat dijadikan alat untuk menyampaikan pesan antikorupsi kepada masyarakat dalam konteks dan kebutuhan tertentu yang relevan untuk mencapai tujuan antikorupsi. Selain itu, pupuh pucung yang memiliki kemampuan menyambung kata dan menggambarkan situasi atau peristiwa, mampu memediasi dampak negatif  korupsi, seperti ketidakadilan, ketimpangan sosial, dan penyalahgunaan kekuasaan. Pupuh pucung juga dapat menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam mencegah dan memberantas korupsi.
4. Dalam konteks antikorupsi, pupuh Gambuh dapat dijadikan alat untuk menyampaikan pesan antikorupsi kepada masyarakat. Dengan bahasa dan lirik yang unik, pupuh Gambuh mampu menciptakan puisi-puisi indah yang mampu menyita perhatian pendengar atau pembacanya. pupuh Gambuh dapat menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan pesan moral kepada masyarakat. pupuh Gambuh dapat digunakan sebagai alat penyampaian pesan yang efektif untuk memerangi korupsi dan mendorong kejujuran di masyarakat.
5. Pupuh Kinanthi dapat dikaitkan dengan antikorupsi dalam beberapa hal yaitu: Integritas Pribadi, Pupuh Kinanthi dapat menginspirasi masyarakat untuk menjaga integritas pribadi dan menghindari perilaku curang atau korup dengan tetap berpegang pada nilai-nilai kejujuran dan kesetiaan. Tanggung jawab individu,
Pupuh Kinanthi menekankan  perasaan dan hubungan pribadi. Dalam  pencegahan korupsi, penting untuk mengembangkan tanggung jawab individu atas tindakan seseorang. Menghargai Kejujuran, Pupuh Kinanthi menggambarkan perasaan cinta yang tulus dan setia. Dalam  pencegahan korupsi, penting untuk menghargai dan mengedepankan kejujuran sebagai nilai yang tertanam dalam masyarakat. Pupuh ini dapat menggugah masyarakat untuk  lebih menghargai kejujuran dan menyadari bahwa dengan korupsi akan merusak kepercayaan dan stabilitas hubungan antarmanusia.
Dalam serat wedhatama terdapat gaya kepemimpinana Kgpaa Mangkunegara Iv pada serat Kinanthi dan juga serat pucung, yaitu
- "Eling lan waspada" berarti seorang pemimpin yang selalu berhati-hati dalam mengambil tindakan atau dalam menjalankan suatu kepemimpinan
- "Away Mematuh Nalutuh" berarti seorang pemimpin yang sabar dalam menghadapi kesulitan dan dapat menahan amarah nya.
- "Gonyak-ganyuk ngelinhsemi" berarti seorang pemimpin yang memiliki sifat sopan santun dalam suatu kegiatan penting.
- "Bangkit Ajur Ajer" berarti seorang pemimpin yang tidak membeda-bedakan yang satu dengan yang lainnya
- "Atetamba yen wus bucik" jangan sampai berobat setelah luka berarti seorang pemimpin yang harus berfikir sebelum bertindak, memikirkan hal tersebut baik atau tidak baru bertindak, seorang pemimpin yang ceroboh, termakan hawa nafsunya tidak bisa menjaga nya dan selalu mersa belum puas dengan apa yang telah didapatkan (S. Pucung).
- "Nggugu Karape Priyangga" berarti seorang pemimpin yang memikirkan segala sesuatu nya dengan sungguh-sungguh  dan memathu aturan yang berlaku tidak melanggarnya dan bisa memposisikan dirinya dengan baik dan benar.
- "Kareme anguwus-uwus uwose tan ana, mung janjine muring-muring" berarti seorang pemimpin yang memiliki sifat pemarah tetapi dengan alasan yang tidak jelas mengapa ia marah, dan suka melampiaskan amarah tersebut kepada orang lain (S. Kinanthi).
- "Mung Ngenaki Tyasing Lian" berarti seorang pemimpin yang bisa memanfaatkan ilmu nya dan menempatkan ilmu tersebut kepada orang lain dengan baik dan benar.
- "Den bisa mbusuki Ujaring Janmi" berarti seorang pemimpin yang kadang bersikap bukan sebagai dirinya untuk menghadapi orang yang bodoh hanya karna menghargai orang tersebut dengan cara yang baik.
- Menjadi seorang pemimpin jangan sampai mempermalukan orang lain dan jangan mempermalukan dirinya sendiri tetap percaya diri dimanapun ia memimpin
Apa itu Korupsi?
Di Indonesia sudah banyak sekali kasus korupsi yang menyebar luas, terutama bagi pemegang kekuasaan sering kali terjadi korupsi. Korupsi sudah bukan rahasia umum lagi melainkan sudah menjadi kebiasaan dalam mengambil hak orang lain, banyak rakyat kecil yang dijajah oleh koruptor