Mohon tunggu...
Rihaadatul Aisyi
Rihaadatul Aisyi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAIN Pekalongan

Mahasiswa IAIN Pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Membangun Critical Thinking di Era Industri 4.0

15 Juli 2021   13:38 Diperbarui: 11 November 2022   01:53 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mempertanyakan, berpikir, dan berusaha mencari jawaban adalah kunci untuk memasuki dunia analisis kritis. Jadi, menganalisis merupakan kegiatan manusiawi dan sekaligus menjelaskan eksistensi manusia berbeda dengan binatang atau benda mati.

Selanjutnya, apasih peran filsafat dalam membentuk critical thinking di era industri 4.0?. Filsafat pada hakikatnya bukan hanya mengajarkan manusia berpikir kritis tetapi juga berpikir mendalam (radikal). 

Rasionalisme dan empirisme sebagai contoh dua aliran yang mengajarkan berpikir kritis. Kedua aliran ini menjadi sebuah contoh dimana berpikir kritis dan mendalam mambung membangun eksistensi dirinya di percaturan ilmu pengetahuan melalui ide-ide besarnya. 

Serta aliran ini merekomendasikan manusia untuk membangun pemikiran kritis untuk menuangkan de-ide besar yang melahirkan kebudayaan dan peradaban tinggi serta merubah dunia menjadi lebih baik dan maju.

Secara umum, filsafat memang dianggap mampu mengambil peranan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, dan oleh karena itu, filsafat sangat berguna juga untuk dunia pendidikan. 

Tetapi, pada kenyataannya tidak selalu demikian. Maksudnya banyak aliran filsafat, tetapi tidak semua aliran filsafat itu benar-benar berfaedah. Mengapa demikian? 

Karena sebagian corak filsafat yang berkembang dewasa ini sudah keluar dari khittahnya (pencarian makna pada kebijaksanaan), yakni sebagai sarana bagi pencari kebijaksanaan dan pecinta kebenaran. Aliran-aliran filsafat yang mengajarkan berpikir kritis telah disebutkan di atas.

Salah satu metode yang diajarkan oleh Rene Descartes (tokoh aliran rasionalisme) yang perlu kita diterapkan, yaitu Cogito. Kiranya kita perlu menjadikan cogito sebagai rujukan dalam membangun pemikiran kritis. 

Cogito (ragu) bermula dari keraguan menuju kepastian. Berpikir kritis perlu dilatih dan dibangun sedini mungkin sesuai usia perkembangan, hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya kreatifitas dan daya nalar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun