Mohon tunggu...
Rifqy Hamdani
Rifqy Hamdani Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Nama: moh Rifqy hamdani

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Banyaknya Korupsi Kolusi dan Nepotisme

30 Oktober 2024   20:29 Diperbarui: 30 Oktober 2024   22:25 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Faktor Budaya Feodalisme dan Patronase

Budaya di Indonesia telah lama menjadi budaya feodal di mana kesetiaan terhadap kepada keluarga dan kelompok lebih penting daripada kemampuan dan kinerja. Sering kali budaya patronase membuat nepotisme dianggap wajar di dalam masyarakat . Selain itu, budaya "asal bapak senang" (ABS) sendiri masih ada, di mana orang orang cenderung meminta restu dari pemimpin mereka untuk meningkatkan posisi posisi atau mendapatkan proyek tertentu, meskipun dengan cara yang kurang atau tidak etis.

2. Sistem Hukum yang Lemah

Meskipun telah terdapat sangat banyak lembaga lembaga telah yang bertanggung jawab atas terjadinya KKN , sistem hukum di dalam negeri Indonesia sering dianggap sangat lemah. Kasus KKN sering kali berlarut -larut dan tidak ditangani dengan tegas. Yang akibatnya, pelaku KKN ini seringkali tidak dihukum atau hanya diberi hukuman ringan , yang membuat mereka tidak jera dan bahkan kembali melakukan KKN karena merasa aman dari hukuman.

3. Gaya Hidup dan Tekanan Ekonomi

Pejabat pejabat dan juga pegawai negeri sering kali merasa gaji mereka kurang atau tidak cukup untuk membayar kebutuhan keluarga mereka di karena tekanan ekonomi seperti biaya hidup yang sangat tinggi. Hal ini juga mungkin menjadi alasan bagi mereka untuk mencari cara ilegal untuk mendapatkan uang tambahan, seperti menerima suap atau gratifikasi. Selain itu, hedonisme dan gaya hidup konsumtif mendorong untuk dilakukannya KKN karena mereka merasa perlu mempertahankan atau meningkatkan status sosial mereka.

4. Kurangnya Transparansi dan Pengawasan

Ketika terjadi proses pemerintahan tidak transparan, peluang KKN akan meningkat. Dengan tidak adanya transparansi membuat sulit untuk mengawasi pelaksanaan program atau anggaran. Meskipun ada mekanisme pengawasan, transparansi sering diabaikan dalam praktiknya. Hal ini menghalangi masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang proses pengambilan keputusan atau penggunaan anggaran.

Kesimpulan yang dapat diambil 

Kolusi, korupsi, dan nepotisme merupakan masalah serius yang menjadi penghambat utama dalam pembangunan bangsa. KKN tidak hanya merugikan perekonomian negara, tetapi juga merusak sistem pemerintahan dan menciptakan ketidakadilan sosial. Penyebab utama KKN adalah kurangnya pengawasan, moral yang rendah, gaji yang tidak memadai, sistem meritokrasi yang tidak ditegakkan, dan budaya yang cenderung mendukung nepotisme. Semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, media, dan lembaga swadaya masyarakat, harus bekerja sama untuk memerangi KKN. Pemerintah harus memperkuat sistem pengawasan, menerapkan meritokrasi, dan meningkatkan moral pendidikan . Diharapkan Indonesia menjadi negara yang lebih bersih dan berkeadilan jika semua pihak berpartisipasi aktif dalam anggota KKN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun