Mohon tunggu...
Rifqi Ulinnuha
Rifqi Ulinnuha Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

pecinta filsafat, teologi, tasawuf, psikologi, moderasi agama-toleransi, lingkungan hidup, kemanusiaan, sosial-budaya, gender dan sastra.🪄

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berlin Und Zuneigung #2 (The End)

15 Agustus 2024   14:32 Diperbarui: 15 Agustus 2024   14:36 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest: TurboSquid by Shutterstock (id.pinterest.com/turbosquid/)

"Ketta," ucap Joe sambil mengusap punggung tangan Ketta.

"Iya?"

"Hmm... Kemarin 3 hari yang lalu dokter memberitahuku, bahwa kamu harus segera menjalani operasi transplantasi ginjal. Lebih tepatnya ginjal sebelah kirimu perlu diganti dengan yang baru."

Ketta tertegun. Bingung harus memberikan reaksi apa pada Joe. Namun, tanpa diminta oleh empunya. Air matapun jatuh dari sudut mata Ketta. Ia sedih. Ia harus menerima kenyataan bahwa haarus menyembuhkan penyakitnya melalui operasi. Melihat Ketta tertegun dan menangis. Joe menyeka air mata perempuan baik dan cantik yang ada di hadapannya itu. Selama 2 minggu ini ia menemani Ketta di rumah sakit. Selama itu pula ia mulai menjatuhkan hatinya sedalam-dalamnya pada Ketta.

Ketta menarik napas dan melepaskan tangan Joe yang masih bertengger di wajahnya. "Memangnya ada orang yang mau memberikan sebagian hidup dan organ tubuhnya untuk orang lain, Joe?"

Joe tersenyum lebar.

"Kemarin aku sudah menjalani tes dan ternyata aku bisa mendonorkan salah satu ginjalku ini padamu,"

Wajah Ketta terkejut bukan main. Orang yang ada di hadapannya ini akan mendonorkan ginjal miliknya untuk perempuan yang bahkan belum dikenalnya selama satu bulan penuh.

"JOE!!!"

"Aku sendiri yang mau. Kamu tidak boleh menolak ya, Ketta. Ini demi keselamatan hidupmu."

"Joe..." Ketta kembali menagis, kali ini air matanya keluar lebih deras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun