Mohon tunggu...
Rifqi Ulinnuha
Rifqi Ulinnuha Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

pecinta filsafat, teologi, tasawuf, psikologi, moderasi agama-toleransi, lingkungan hidup, kemanusiaan, sosial-budaya, gender dan sastra.🪄

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berlin Und Zuneigung #2 (The End)

15 Agustus 2024   14:32 Diperbarui: 15 Agustus 2024   14:36 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest: TurboSquid by Shutterstock (id.pinterest.com/turbosquid/)

"Charlotte, apa yang kamu dapatkan dengan mulut yang terus berbicara?!"

"Dad, are you okay?"

"I should have say that to you!!!"

"Dad, bukankah semua kemajuan teknologi dan strategi pemasaran itu di dapat dari sebuah ilmu?"

"Ya. Tapi, bukan dengan cara menjadi guru elementary school sepertimu."

"Why Dad? Bukankah sekolah dasar adalah sebuah permulaan dari semua yang dicita-citakan. Membangun dan membentuk isi kepala dan perasaan yang dapat memanusiakan manusia. Menghidupi kehidupan sendiri tanpa ada rasa peduli adalah ketiadaan yang mematikan."

Mendengar jawaban dari Ketta barusan. Ayahnya, naik pitam wajahnya pun memerah dan mendekat ke arah Ketta dengan penuh amarah dan... ia mencekik Ketta---karena ucapan dari anaknya barusan yang menuruhnya mati daripada hidup untuk memperkaya diri sendiri.

Napas, Ketta tersendat-sendat. Cekikan ayahnya itu semakin kuat; wajahnya memancarakan kebencian yang begitu mendalam pada anak perempuannya itu.

"Mati saja kau perempuan tidak berguna!!!!" teriaknya dengan memperkuat cekikannya itu.

Ketta sudah pasrah dengan hidupnya yang mungkin akan hilang dalam beberapa menit kemudian. Air matanya mengalir deras, ingin kembali bersuara tapi tidak bisa karena sisa napasnya tidak lagi menyuruhnya untuk bisa berkata apapun. Dan....

BUUGGHH!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun