Senin jemput cerminanÂ
bahasa kalbu mendayu-dayu
mekar bunga sang mentari
penantian yang tak kunjung terbenam
Hayal pikirku kau kembali
lekasku menghampiri teras rumah
namun waktu hanya diam, beku
seperti rindu yang dipaku debu
Kupandang jalan tak berujung
mencari jejak langkah yang hilang
seolah bayangmu tercipta di sana
namun hanya kosong yang menyapa
Senja perlahan tenggelam
menyeret cahaya dalam redup
aku berdoa pada sisa hari
agar angin membawamu pulang
Di sudut hati yang terluka
harapan tetap terjaga hangat
walau pedih menggigit hati
aku menanti dalam sunyi
Bulan kini mulai muncul
mengintip dari sela awan malam
bagai saksi bisu yang tahu betul
betapa lelahnya rindu yang diam
Namun, langit tetap hampa
tanpa tanda engkau mendekat
tinggal suara yang bergema
dari hati yang terus berharap
Adakah kau dengar lirih ini?
Lewat angin yang berbisik pelan
aku menunggumu dalam gigil
penantian ini tak pernah usai.
by Rifky Wilian Padoma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H