Perasaan ini mengancam untuk membangkitkan kecemasan, yang selalu mengurangi gairah.
Dalam kasus eksibisionisme di sini, si pelaku melakukan fantasi terhadap lawan jenis untuk memenuhi hasrat di dalam diri mereka, bertujuan untuk mengurangi rasa cemas dalam dirinya.
Hal itu bertujuan untuk menunjukan kekuatan dari si pelaku, hal itu merupakan sebuah proses meredakan kegelisahan dalam dirinya.
Kecemasan atau kegelisahan macam seperti itu membuat dia tidak dapat menghormati dan memahami seorang wanita.
Menurut sudut pandang Kriminolog, pelaku eskibisionis ini merupakan sebuah gangguan hasrat seksual, tindakan pelaku memamerkan alat kelaminnya didepan publik dinilai sebagai proses maskulinitas yang keliru.
"Pelaku ini menunjukan alat kelaminya yaitu untuk menujukan maskulinitasnya dia atau superioritasnya dia, yang memang merupakan sebuah hal yang dis order atau mungkin punya masalah sosial dengan menunjukan hal itu ditempat umum yang sebagaimana dalam norma itu tidak tepat" Yuni Osmawati, Kriminolog
Yuni juga menjelaskan tujuan dari si pelaku yaitu mencari reaksi kaget dari si korban, berupaya untuk membuat takut dan dia merasa berhasil menguasai korban.
"Yang diincar dari dia adalah keterkejutan dari si korbannya, keterkejutan tersebut merupakan sebuah inferioritas, hal tersebut membuat seolah-olah dia berhasil menguasai si korban", tutup, yuni.
Para eksibisionisme atau pelaku eksibisionisme ini melakukan hal tersebut tanpa mempedulikan keadaan umum, konsekuensi sosial atau norma-norma hukum yang ada.
Dalam beberapa kasus yang beredar ada diantaranya yang tidak hanya menunjukan alat vital tetapi juga melakukan masturbasi ketika melihat ekspresi si korban.
Pelaku eksibisonisme ini merepresentasikan atau melihat suatu kemungkinan yang belum ada kepada si korban untuk membuat dirinya terlihat superior terhadap lawan jenisnya, dengan kata lain, pelaku melakukan hal tersebut untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang percaya diri atau menghilangkan rasa cemas di dalam dirinya.