Mohon tunggu...
Rifky Julio
Rifky Julio Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate (Baca: Penggangguran)

Sekedar menulis apa yang ingin ditulis. Antropologi | Anime | Daily Life | Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Empat Teori yang Bisa Kamu Gunakan dalam Kajian Antropologi Kesehatan

22 Mei 2021   20:45 Diperbarui: 22 Mei 2021   21:05 3007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto oleh Thirdman dari Pexels)

Meski tidak ada halangan berarti dalam pelaksanaan imunisasi, beberapa penelitian HBM justru menunjukkan hasil sebaliknya.

Kelebihan dari health belief model ini selain mudah dan murah juga dapat memprediksi seseorang untuk melakukan tindakan pencegahan dan mengubah perilaku mereka. Teori ini juga dapat membantu menggambarkan pentingnya kepercayaan individu dan memeriksa bagaimana perubahan dalam kepercayaan dapat menyebabkan perubahan perilaku kesehatan. HBM juga memudahkan peneliti dan perawat kesehatan untuk melakukan perilaku pencegahan penyakit seperti screening, imunisasi, dan vaksinasi.

Tetapi, jika ada kelebihan tentu ada pula kekurangannya. Sayangnya teori ini hanya berlaku pada kelas menengah dan bawah saja. Kemudian teori ini juga tidak mengikutsertakan faktor lain yang menentukan kesehatan seperti peran keluarga, kehidupan sosial, lingkungan budaya, dan hubungan politik. Sebagai contohnya, seseorang dapat bergabung dengan kelompok olahraga karena kontak sosial atau ketertarikan pada seseorang dalam kelompok tersebut. Keputusan yang diambil tidak ada kaitannya dengan kesehatan, tetapi memengaruhi kondisi kesehatannya.

Explanatory Model of Illness

Teori satu ini dikembangkan oleh antropolog Arthur Kleinman yang menyatakan bahwa model ini berguna untuk menyelami apa yang penting bagi klien atau pasien dalam hal kesehatan, penyakit, dan perawatan.

Kondisi seperti itu mungkin saja terjadi antara dokter dengan pasien. Pasalnya tiap pasien adalah individu yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda mengenai konsep kesehatan, penyakit, dan perawatannya. Sehingga seorang dokter tidak bisa langsung menyamaratakan teknik perawatan kepada setiap pasien.

Oleh karena itu, menurut Kleinman dengan adanya teori ini, dokter bisa lebih memahami pasien dan keluarganya, membuat sesuatu yang tidak biasa bagi mereka menjadi biasa. Singkatnya, model pada teori ini cenderung fokus pada perilaku individu berdasarkan kepercayaan dan kebudayaannya.

Dalam penerapannya, model ini dilakukan dalam bentuk daftar pertanyaan yang fokus pada diri pasien seperti karakteristik pasien, masalahnya, dan latar situasinya seperti berikut:

  • Menurut Anda apa penyebab dari masalah ini?
  • Apa yang penyakit Anda ini lakukan pada diri Anda? Bagaimana penyakit itu bekerja?
  • Seberapa parah penyakit Anda? Akankah ini berlangsung sebentar atau lama?
  • Jenis perawatan seperti apa yang harusnya Anda terima?
  • Hasil seperti apa yang paling Anda harapkan dari perawatan ini?
  • Apa masalah terbesar yang disebabkan oleh penyakit Anda?
  • Apa yang paling Anda takuti dari penyakit ini? dst.

Daftar pertanyaan seperti itu merupakan alat yang penting dalam melakukan komunikasi lintas budaya, agar menjamin pasien mengerti dan juga dapat menemukan permasalahan yang mungkin bisa dinegosiasi selanjutnya.

Explanatory model of illness ini juga berguna bagi kita untuk menafsirkan budaya medis dunia Barat. Bagi dunia Barat model pengobatan ibarat sebuah bengkel, yang mana dokter berperan sebagai ahli mekanik, sementara tubuh pasien adalah mesin yang mudah rusak sehingga butuh penggantian suku cadang sesekali. Pasien wajib menyerahkan mesinnya pada ahli mekanik saat sudah tidak dapat difungsikan sebagaimana semestinya untuk diperbaiki.

Model seperti itu berbeda dengan model pengobatan budaya lain yang mengasumsikan penyakit berasal dari ketidakseimbangan tubuh (misal: Tiongkok dengan Yin dan Yang) dan adanya pengaruh dari kekuatan spiritual, roh, setan, atau mungkin kutukan.

Hubungan Dokter dan Pasien

Dalam hubungan dokter dengan pasiennya, ada dua hal yang harus diperhatikan, yakni penempatan otonomi pasien oleh dokter dalam pengambilan keputusan medis dan keharmonisan dengan komunikasi yang efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun