"Besok Ade kebagian tugas harus bawa ini bareng teman-teman kelas tujuh. Ada Kakak ini yang ngasih tau di whatsapp. Ade masuk grup watsapps", kata si Ade sambil menyebtkan nama kakelnya yang menjadi ketua tim Ade.
Ampun deh. Si Ayah menggeleng karena kagum. Well prepared banget nih pihak sekolah.
"Tadinya Yah partai Ade mau kampanye sambil ngasih-ngasih apa gitu. Permen. Atau biskuit. Tapi gak boleh kata Bu Guru".
Hmm.... Exactly right. Itu gratifikasi. Eh, praktik beli suara. Lah, pokoknya praktik gak bener itu. Seperti serangan fajar saat pemilu kan.
Lalu si Ade memperlihatkan foto dari hapenya yang dipegang ibunya. Beneran ini mah, Pemilu nya teh seru.
"Ini Calon Presiden partai Ade Yah. Namanya Kak ini", sambil menyebutkan satu nama. Dia juga sebutkan nama satunya lagi sebagai calon Wakil Presiden. Dan mereka yang disebutkan namanya itu terlihat memakai pakaian rapi. Pakai jas. Pakai selempang hasil buatan anggotanya dengan tulisan Presiden dan Wakil Presiden. Dan pakai mahkota buatannya juga.
Foto yang lain menunjukkan keriuhan saat debat antar calon. Ya persis pemilu lah. SI ade tunjukin siapa-siapa yang menjadi Capres-Cawapres dari partai lain. Dia juga jelasin cara debatnya itu, termasuk siapa yang menjadi moderator dan siapa yang menjadi penanya. Duh, denger ceritanya, si Ayah tambah salut sama ide sekolah ini.
"Hari ini pemilihannya Yah".
Akhirnya acara menuju puncak. Dilakukan voting. Oleh seluruh anggota sekolah, ya murid ya guru dan pegawai sekolah lainnya. Voting menggunakan teknologi berupa google form. Yang bisa diakses di beberapa laptop yang disediakan di ruangan pemilihan. Â Dan lalu muncullah pemenangnya. Dari partai lain. Yang mengusung Capres dan Cawapres yang sama-sama perempuan.
"Terus Ade kemaren pilih siapa?", tanya si Ayah kepo.
SI Ade lalu berbisik. Si Ayah terperangah. Alisnya diangkat. Lalu sambil ketawa si Ade bercerita yang membuat si Ayah juga ketawa.