- Dekan masing-masing fakultas berdiri di panggung. Tiap Dekan didampingi dua petugas perempuan, satu untuk memberikan ijasah kepada sang Dekan, satu lagi pembawa baki berisi ijasah.
- Wisudawan yang bergerak menuju Dekan akan dipandu oleh seorang petugas dari masing-masing Zona. Mereka berdua bertugas seperti portal yang membuka dan menyilakan wisudawan bergerak pada saat yang tepat. Menahan wisudawan yang terlalu semangat untuk segera menerima ijasah atau mendukung wisudawan yang gugup dan grogi naik panggung J. Efektif. Petugas juga akan mengatur kapan mempersilakan wisudawan mulai berjalan menyesuaikan dengan aba-aba dari pembawa acara ketika terjadi penggantian fakultas dari wisudawan.
- Setelah menerima ijasah, wisudawan lalu bergerak ke kiri atau ke kanan panggung, arah Barat atau TImur, dan berjalan melingkar menuju tempat duduknya semula.
- Pemberian ijasah beradasarkan nama-nama yang dibacakan MC, bergiliran, wisudawan fakultas satu dan fakultas lainnya
- Wisudawan langsung turun, tidak perlu berpose untuk berfoto. Petugas foto mengambil segmen saat wisudawan menerima ijasah. Ada dua petugas foto di sana.
- Dengan alur prosesi seperti itu, flow acaranya begitu mulus, efektif dan cepat
- Jika satu fakultas telah selesai sementara fakultas lain masih berjalan, maka petugas akan membacakan statistik wisudawan dari fakultas selanjutnya secara sangat singkat. Dalam jeda itu, wisudawan dari fakultas lain yang menunggu giliran dipanggil tetap mengikuti panggilan.
- Saat memulai memanggil wisudawan pertama tiap fakuktas, MC menyebut 'wisudawan pertama'. Ini memberi jeda yg cukup. Demikian pula untuk wisudawan terakhir dengan menyebut 'wisudawan terakhir dari fakultas ..., Nama'. Hal ini menarik.
- Pembacaan nama dilakukan secara bergantian oleh dua orang petugas. Beberapa saat sebelum nama dalam daftar yang dipegang satu petugas habis dibaca, petugas pengganti sudah siap di belakangnya, dengan daftar nama wisudawan yang dibaca sesuai urutan. Menyambung. Sebuah resiko tinggi jika nama yang dibacakan tidak menyambung dan tidak sesuai dengan nama wisudawan yang siap maju menerima ijasah. Sementara ijasah yang diterimanya pun ternyata berisi ijasah asli. Bukan hanya map nya doing. Resiko yang sangat matang dimanage.
- Pembacaan nama disertai dengan predikat jika wisudawan itu cum laude. Bangga gak sih.
- Untuk fakultas dengan jumlah wisudawan banyak, dalam wisuda kemaren adalah Fakultas Teknik, maka pemanggilan dilakan dalam dua fase. Hal ini untuk memberikan kesempatan kepada Pak Dekan untuk beristirahat. Karenanya, terlihat jelas bahwa saf wisudawan yang maju antara Zone Barat (dominan diisi oleh Fakultas Teknik) dan Zone TImur berbeda.
- Penyerahan ijasah Zone Barat dan Zone TImur tetap selesai pas secara bersamaan, meski saf yang dipanggil menjadi berbeda karena hal di atas.
PROSESI AKHIR
Di tahapan ini, kebanyakan diisi oleh seremonial dan pidato.
Seremoni yang dilakukan adalah penyematan pin alumni kepada wakil dari wisudawa. Kali ini, penyematan dilakukan oleh Ketua Kagama Cab Papua Barat yang adalah Bupati Kabupaten Tambrauw, Gabriel Assem. Beliau adalah alumni FEB UGM tahun 2007. Seremoni yang simbolik banget, mengingat saat itu sedang rame-rame tentang Papua.
Sementara itu dari sisi sambutan, pidato wakil wisudawan terdengar terlalu monoton, formal dan terlalu pendek. Penulis masih mengharapkan pidato yang lepas, sedikit personal dan inspiratif. Penulis malah memuji pidato Pak Rektor yang lugas, tidak bertele-tele, tapi berisi sekali. Tentang SDM unggul sebagai kunci keberhasilan Indonesia masa datang. "Dunia bukan berubah tapi terdisrupsi". Pekerjaan lama, pekerjaan mapan hilang, tapi banyak pekerjaan baru muncul yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Kualitas SDM menjadi harga yg tidak dapat ditawar. "Karenyanya UGM melakukan inovasi dan penyesuaian kurikukum yang sesuai dengan perkembangan jaman". Â Kemampuan soft skill. Gotong royong. Peduli rakyat kecil dan memperhatikan mereka yang jauh dari hingar bingar pembicaraan.
Yang menarik, dalam sambutannya Pak Rektor menyentuh juga tentang budi pekerti. Juga ancaman terhadap adab sopan santun dan kearifan local bangsa. Beliau memandang kalau kita perlu mengadapi keterbukaan dengan kewaspadaan dan bijaksana, dalam bertutur, mengelola informasi dan berinteraksi dengan sesama. Bukan berarti tidak boleh berubah. HARUS BERUBAH SECARA RADIKAL, TETAPI JANGAN LUPA KEARIFAN LOKAL.
Di antara pidatonya yang padat berisi, Pak Rektor pun memberikan informasi statistic wisudawan
- 61persen wisudawan peremouan
- Rata-rata masa kuliah empat tahun tiga bulan rata2
- Lulusan tercepat 3 tiga tahun 3 bulan
- Lulusan termuda 18 tahun lebih dari kedokteran
- IPK tertinggi 3.99 dari Prodi Kehutanan
CATATAN TENTANG PETUGAS PROFESIONAL