Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ledakan Energi Baik Itu Berawal dari Memberi

15 Agustus 2018   23:34 Diperbarui: 16 Agustus 2018   00:44 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Baca Love Sembalun, tidak hanya sebagai perpustakaanm tetapi menjadi tempat belajar masyarakat | Foto: Rosyidin Sembahulun

"It's not how much we give but how much love we put into giving." - Mother Theresa

Rumah Baca Love Sembalun, tidak hanya sebagai perpustakaanm tetapi menjadi tempat belajar masyarakat | Foto: Rosyidin Sembahulun
Rumah Baca Love Sembalun, tidak hanya sebagai perpustakaanm tetapi menjadi tempat belajar masyarakat | Foto: Rosyidin Sembahulun

DI Lombok pula saya mengenal Rosyidin Sembahulun. Seorang porter dan guide pendakian Gunung RInjani, yang terkena langsung dampak gempa. Dia adalah pendiri Rumah Baca Love di Sembalun. Rumah baca yang kabarnya masih berdiri, karena strukturnya terbuat dari kayu - yang notabene lebih tahan gempa. Rosyidin pun menyalurkan energi baiknya dengan mengelola rumah baca untuk meningkatkan minat baca di lingkungannya, yang berujung kepada peningkatan kehidupan masyarakat. Dengan bergabung dengan Gerakan Pustaka Bergerak Indonesia, Rumah Baca Love - seperti rumah baca - rumah baca lainnya, lalu berkesempatan mendapatkan donasi buku dari siapapun donaturnya di seluruh Indonesia.

Love. Cinta. Sepenuh Hati.

Itu julukan yang ingin saya sematkan kepada gerakan Pustaka Bergerak Indonesia, terutama komandannya Nirwan Ahmad Arsuka. Tanpa cinta literasi sepenuh hati, belum tentu beliau akan keluar dari zone nyaman sebagai Direktur Freedom Institute, "perpustakaan yang sempat digadang-gadang sebagai salah satu perpustakaan terbaik di Indonesia" dan lalu mengubah langkah menciptakan gerakan perpustakaan yang bergerak menghampiri pembaca. Memakai kuda . Lalu kemudian berkembang dengan dukungan beberapa relawan, menggunakan perahu pustaka untuk menjangkau daerah-daerah di tepi pantai Indonesia.

Kegiatan Motor Perahu Pustaka | Foto: FB Ardy Yanto
Kegiatan Motor Perahu Pustaka | Foto: FB Ardy Yanto
Energi baik Pustaka Bergerak lalu mulai mengkristal lebih terorganisir. Relawan tambah banyak. Simpul pustaka lalu muncul di tiap provinsi. Di pedalaman. Di pelosok. Di pegunungan. Di pesisir. Dari Aceh. Sampai pegunungan Papua. Dan di tempat-tempat yang bahkan nama-nama daerahnya pun unik-unik dan menarik. Energi baik yang kemudian meledak menjadi gerakan positif masif. Apalagi gerakan ini mendapat dukungan dari Pemerintah lewat Presiden Jokowi yang merespon positif permintaan untuk dapat membuka akses pengiriman buku gratis melalui PT Pos Indonesia. Free Cargo Literacy. Tiap tanggal 17. Tiap bulan.

Pengiriman buku gratis, Pustaka Bergerak dengan PT Pos Indonesia | Foto: Enrico Halim - Pustaka Bergerak
Pengiriman buku gratis, Pustaka Bergerak dengan PT Pos Indonesia | Foto: Enrico Halim - Pustaka Bergerak
"We make a living by what we get. We make a life by what we give." Winston S. Churchill

Ledakan energi baik makin membesar. Free Cargo Literacy memberikan akses keterlibatan masyarakan untuk menyalurkan energi baiknya. Para dermawan bisa mengirimkan buku-bukunya ke rumah baca yang dituju, di seluruh Indonesia. Sementara masyarakat yang memiliki energi baik untuk membuat perubahan ke arah lebih baik pun berani menjadi "pembuat peristiwa": membuat rumah baca, mengelolanya, mengajak masayarakat membaca, membuat kegiatan menarik dan bahkan tentu saja mendatangi masyarakat - baik itu berkeliling dengan motor, sepeda, kuda, perahu atau bahkan dengan menggunakan noken - tas tradisional masyarakat Papua. Noken seperti yang diperlihatkan oleh Anand Yunanto, salah seorang relawan tulang punggung Pustaka Bergerak Indonesia.

Anand, seperti juga Mushollin, Ari Abudzaralghifari dan Ardy Yanto yang saya temui adalah anak-anak muda penggeraka Pustaka Bergerak Indonesia. Mereka bergerak di zona ikhlas. Terlepas dari statusnya sebagai mahasiswa, nelayan atau satpam, mereka dengan penuh semangat menjadi salah satu tulang punggung Pustaka Bergerak Indonesia. Energi baik individu-individu itu, lalu kemudian ditularkan kepada semua penggerak di seluruh Indonesia. Sampai kemudian energi baik itu meledak. Tercatat lebih dari 2000 simpul pustaka di 34 provinsi, dengan pengiriman buku dari donatur total sejak Mei 2017 seberat 200 ton.

Mas Nirwan (kaos putih) bersama Anand (kanan), Mushollin (kiri) dan Ari (tengah) dalam sebuah acara | Foto: Yulianto Delaveras
Mas Nirwan (kaos putih) bersama Anand (kanan), Mushollin (kiri) dan Ari (tengah) dalam sebuah acara | Foto: Yulianto Delaveras
Tulisan di atas hanyalah contoh-contoh yang dekat dengan saya di mana sebuah energi baik itu diawali oleh aksi MEMBERI. Diiringi keikhlasan, dan ini yang kemudian melekat dengan kata "relawan", maka energi baik ini akan membuat sebuah ledakan kebaikan. 

Dan energi baik yang diawali dengan memberi dengan ikhlas ternyata telah membuat hidup lebih berarti. Hidup yang lebih berarti itu adalah hidup yang penuh kebaikan. Dan jiwa kerelawanan, jiwa memberi, ini menjadi salah satu ciri generasi milenial. Sehingga, diharapkan dari generasi milenial ini, dari energi baik generasi milenial, maka hidup masyarakat, sebagai individu ataupun sebuah bangsa, akan menjadi lebih berarti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun