Pernah saya bermimpi suatu saat ingin mengikuti terawih dengan membaca satu juz. Tetapi, niat itu selalu diurungkan, karena selalu terkendala perspesi. "Waduh, bisa lama banget. Kaki pegal ya. Kayaknya gak akan kuat". Dan di Pusdai ini, imam solat Qiyamullail di jam dua dini hari itu ternyata membaca satu juz penuh dalam delapan rakaatnya. Antara kaget dan tidak percaya.
Bukan. Bukan karena si Ayah tidak mau ikut solat yang panjang itu, tapi ya kok setelah menjalaninya ternyata tidak selama yang dibayangkan. Alhamdulillah saya diringankan dengan bisa menikmati solat itu. Imam shalatnya membaca Juz 27 dengan cukup cepat tapi tartil.
Seperti cerita di awal, si Ayah sahur saat itikaf di Pusdai ini lain dari biasanya. Diawali dengan kerak telor, dilanjut bakso cuankie, ditutup oleh jeruk peras. Sebenarnya sih kerak telor saja juga cukup, cuman godaan tak tertahankan datang dari si bakso. Cuankienya enak banget, segar. Cuankie di Bandung itu ya satu-satunya yang enak di Indonesia.
Dengan baso yang enak di lidah, kuah yang kaldunya terasa, somay yang merekah. Ditambah sambal, cukup setetes, tanpa kecap manis atau saos tomat. Segar manstaf. Sengaja pesan tidak pakai mie, meski kebanyakan jamaah memesan Bakso Cuankie dengan mie, karena selain sudah cukup kenyang, aslinya bakso cuankie itu tidak memakai mie.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H