Saya punya beberapa rencana mengembangkan bisnis. Salah satunya sudah direncanakan jauh-jauh hari. Masalahnya ada di modal lagi.
Bukannya sudah ada profit dari bisnis sekarang yang bisa dijadikan modal?
Dalam bisnis harus hati-hati, apalagi bisnis seperti ini. Pertimbangkan juga cash dan perputaran uang. Belum tentu uang profit bagus dipakai sebagai modal.Â
Nah, kalau saya mah mikir nih. Kenapa tidak berkolaborasi saja dengan teman-teman alumni nya? Kolaborasi alumni yang memiliki dana nganggur dan kita-kita pebisnis yang menggerakan dana itu sepertinya kolaborasi yang keren ya. Bagi pebisnis, ini bagus dan banyak membantu karena ada alternatif pembiayaan yang lebih fleksibel dan diterima tanpa kerepotan ini itu.
Sementara bagi alumni pemilik dana, mereka bisa mendapatkan bagi hasil yang lebih bagus dari deposito. Pebisnis umumnya siap kok menerima bunga seperti di bank. Jadi, apa salahnya prosentasi bagi hasil dengan besaran seperti bunga bank itu tapi kita pebisnis yang memutar uang mendapat banyak kemudahan seperti fleksibilitas pengembalian atau pembayaran bunga.Â
Tapi Rud, kalo bisnis jeung teman teh ujungnya sok amburadul. Komo masalah duit mah?
Nah, di sini perluna trust. Percaya, Rif. Saya ge gak berani berbisnis dengan orang yang saya gak tahu latar belakang dan tidak dekat. Kudu percaya. Dan satu lagi, business is business. Kajeun sodara atau teman, kalo berbisnis harus jelas-jelasan dari awal. Trust oge harus jelas paperwork atau dokumentasinya. Aya hitam di atas putih. Perjanjiannya jelas, sejelas-jelasnya. Kalo pun gak jelas, harus diperjelas. Omongin juga di perjanjian itu mengenai bagaimana jika perjanjian itu tercederai. Perkuat di depan notaris. Kitu.Â
Rada sih. Sok rada minder kalo ngumpul reuni teh. Tapi ini kan pilihan. Dan ini pilihan saya kan. Dan saya nikmati tuh. Saya enjoy dan bahagia. Kerja teh ujungnya pan nyari kebahagiaan?
Ilmu-ilmu di ITB masih kepake teu?