Selain ramah, tentunya mereka terawat sehingga wajar jika mereka good looking. Look at the men or boys. Anak-anak cowoknya dengan potongan rambut kekinian, yang pantas saja membuat antrian anak-anak sekolah putri mengular untuk berfoto bersama – meski tidak membeli buku. Dengan pribadi-pribadi yang keren dan isi buku yang sepertinya inspiratif ini – maklum belum baca, baru kebeli sih – sepertinya pas sekali jika disebut: Halilintar – hitam-hitam menggelegar.
Sayang, mungkin belum rejeki penulis tidak bertemu dengan ayah dan ibu gen Halilintar itu. Eh, tapi siapa tahu rejekinya malah mendapatkan undangan pribadi berkunjung ke rumahnya dan mengenal jauh lebih dekat keluarga itu langsung dibanding dengan membaca buku. Hmmm....Amin.
[caption caption="Bersama sebagian Halilintar | Rifki Feriandi"]
Judul buku yang nyeleneh
Pameran adalah ajang menjual buku. Buku dilihat dari judul. Judul yang biasa-biasa wae mah tidak akan ada yang menengoknya. Tetapi judul yang nyeleneh? Ya, meski belum tentu dibeli, setidaknya sudah cukup bisa membuat pengunjung menoleh, lalu berhenti sejenak, mengambil buku itu, membukanya dan membaca halaman yang dibuka. Selanjutnya ya terserah Anda. Buku hanya dipegang dan disimpan lagi pun rasanya mendingan, dibandingkan tidak ditoleh sama sekali. “Kan, sakitnya tuh di sini”, kata buku yang dicuekin itu.
Nah, dari hal-hal menarik di pameran buku Islam seperti buku-buku yang murah melimpah ruah, buku karya kompasianer, santri-santri yang cool bin keren, halilintar – si hitam-hitam menggelegar itu, penulis begitu terpikat dengan satu judul buku ini. Judul itu berbunyi: Ya Allah. Da Aku mah apa atuh.
Beneran. “Ya Allah. Da aku mah apa atuh”. Itu judul buku yang gue banget.
Namun, terpikat dengan judul belum tentu terpikat dengan bukunya toh.
Segitu aja deh cerita tentang IIBF
Cag, tiga bulan tiga, pulang jam tiga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H