Mohon tunggu...
Rifkal ArthaYuda
Rifkal ArthaYuda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 keperawatan universitas muhammadiyah kalimantan timur

Aku ingin menulis di kanvas hatimu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Mahasiswa Keperawatan sebagai Representasi Hegemoni Kesehatan

9 Desember 2021   00:14 Diperbarui: 9 Desember 2021   00:24 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu terus berlalu melampaui batas pikir dan juga tenaga kita selama kurang lebih dua tahun ini. Wabah pandemi Covid-19 menyisihkan banyak sekali perubahan, mulai dari bagaimana manusia berinteraksi secara sosial, lalu di lanjut budaya hidup bersih sudah menjadi rutinitas kehidupan sehari-hari, hingga dalam menciptakan ruang diskusi sekarang ini lebih banyak memanfaatkan media daring. 

Tentu semua ini sudah melekat dan menghadirkan esensi kehidupan manusia yang baru. Tulisan ini akan mencoba membuka ruang dialektika terkait apa yang dapat dilakukan mahasiswa keperawatan setelah pandemi Covid-19 ini.

Sebagai kaum intelektual, mahasiswa dipandang mempunyai peran besar dalam mengubah tatanan sosial, narasi yang berkembang selama ini menyebutkan bahwa mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang mampu membuat perubahan- perubahan positif untuk masyarakat. 

Hal ini menjadi dualisme sudut pandang, yang pertama yaitu mahasiswa mempunyai keistimewaan karena gerakannya itu murni untuk bangsa dan negara, atau malah sebaliknya, yaitu sebagai beban, karena semua pergerakan mahasiswa di pandang murni, jadi harapannya tidak boleh ada kesalahan dan narasi yang dipropagandakan harus pro kepada rakyat. Terlepas dari itu, sebagai mahasiswa harusnya bisa bersyukur karena tidak semua orang dapat mengenyam pendidikan.

Mahasiswa sering kali melontakan kalimat bahwa ia adalah sosok yang akan selalu membela kebenaran dengan narasi utamanya yaitu penyambung lidah rakyat, mahasiswa juga katanya mempunyai beberapa fungsi yang menjadi pondasi dalam pergerakan, contohnya saja mahasiswa sebagai agen perubahan. 

Mahasiswa selalu mempropagandakan sebagai sosok yang akan melakukan perubahan, lalu pertanyannya, perubahan apa yang di inginkan mahasiswa, atau gerakan seperti apa yang dapat di implementasikan agar tercipatnya suatu perubahan, atau lebih mendasar lagi, perubahan apa yang terlintas dalam pemikiran mahasiswa, tentunya semua mahasiswa mempunyai anatomi perubahannya masing-masing, dan ini sangat subjektif jika menjadi sebuah pertanyaan.

Wacana perubahan yang ada dalam pemikiran mahasiswa mungkin saja akan berbeda dengan kejadian dilapangan. Ide-ide inovasi yang telah di susun sedemikian rupa tidak menutup kemungkinan semua itu tidak berjalan lurus dengan implementasi ketika pelaksanaan. 

Semua itu dapat atasi dengan cukup baik jika memang mahasiswa bergerak di landasi dengan keikhlasan, karena pada dasarnya manusia mendapatkan pengetahuan dan juga pengalaman dari lima hal, yang pertama yaitu intelegensi yaitu menggunakan panca indra, lalu menggunakan rasio atau akal dalam bergerak, selanjutny nurani yaitu bergerak menggunkan hati bukan sesuka hati, selanjutnya menggunakan naluri yaitu keadaan alamiah ketika sedang terdesak, dan terakhir intuisi yaitu ide-ide yang muncul secara tiba-tiba. 

Semua hal ini dapat dimaksimalkan oleh mahasiswa dan ketika perencaan tidak sesuai dengan keadaan di lapangan, mahasiswa bisa menggunakan naluri serta intuisi untuk merubah pergerakan sewaktu-waktu.

Mahasiswa bukan hanya sekedar agen perubahan, idealnya, mahasiswa dapat menjadi panutan dalam masyarakat. Berlandaskan dengan pengetahuan, pengalaman, tingkat pendidikan, di tambah dengan norma-norma yang berlaku, dan pola berfikirnya. Tentu hal ini menjadi sebuah landasan dalam pergerakan mahasiswa, agar dalam pergerakannya, mahasiswa selalu bisa berpacu pada semua landasan yang di miliki. Semua ini tidak lain dan tidak bukan harus di landasi dengan perencanaan yang matang.

Sedikit mengingat kembali ke belakang, pada saat Indonesia di landa keterpurukan yang berlarut-larut, sosok perawat menjadi salah satu profesi yang tersorot karena pada saat itu, profesi perawat menjadi sangat popular karena banyak sekali yang menggangap bahwa perawat adalah sosok pahlawan bagi pasien Covid- 19. 

Narasi yang bertebaran dan selalu di propagandakan bahwa perawat menjadi garda terdepan sekaligus terbelakang dalam penanganan wabah ini di sektor kesehatan. 

Narasi awal yaitu perawat menjadi garda terdepan yang di maksudkan adalah ketika ada pasien yang terdiagnosa Covid-19 dan harus di bawa ke rumah sakit, pada saat inilah perawat menjadi salah satu dan yang paling utama dalam memeriksa keadaan pasien, lalu narasi kedua yaitu perawat sebagai garda terbelakang yaitu ketika seseorang belum terdampak virus Covid-19, masyarakatlah yang menjadi garda terdepan dalam menghindari virus corona, dan ketika sudah terkena baru perawatlah yang akan menangani, terlepas dari dua narasi ini, tentunya peran perawat dalam penanganan wabah ini sangatlah besar.

Tingginya popularitas perawat di masa pandemi Covid-19, tentunya akan berimbas juga kepada mahasiswa keperawatan untuk bisa memberikan dampak atau pergerakan yang baik terkait permasalahan ini. sudah banyak sekali pergerakan yang telah dilakukan oleh mahasiswa keperawatan, yang pastinya pergerakan ini sesuai dengan kompetensi dan keilmuan mereka, yaitu di bidang kesehatan. 

Mahasiswa keperawatan mencoba untuk berkontribusi dan menjalankan fungsi sebagai agen perubahan dengan berupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. 

Tentunya ketika kasus Covid-19 sedang meningkatnya, mahasiswa keperawatan melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan seperti memberikan pendidikan kesehatan bagaimana cara melakukan upaya agar terhindar dari virus corona, hingga turun langsung menjadi relawan untuk menangani pasien Covid-19.

Hegemoni pergerakan mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan derajat kesehatan tentunya akan terus di galakan. Mahasiswa keperawatan mempunyai andil dan peran yang besar dalam upaya penaganan di wabah Covid-19, dan jika tidak ada pergerakan ataupun inisiatif, hal itu akan menjadi paradoks yang aktual, mengapa
demikian, karena jika melihat mahasiswa banyak menggebar geborkan sebagai agen perubahan tetapi ketika ada permasalahan hanya diam saja, hal itu menjadi sebuah anomali. 

Pergerakan yang menyongsong terciptanya perubahan harus konsisten digerakan, karena retorika tanpa aksi nyata hanyalah bual semata.

Revitalisasi pergerakan memang akan terus berubah-ubah secara dinamis, ia harus di sesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi. Mahasiswa keperawatan yang pada dasarnya mempunyai pemahaman di bidang kesehatan, seharusnya bisa secara total mengisi pos-pos kebermanfaatan di manapun berada. 

Mahasiswa keperawatan sebisa mungkin menjadi pelopor pergerakan, dan harus membagi tugas terkait pergerakannya, mahasiswa keperawatan juga harus peka terhadap regulasi ataupun kebijakan yang berdampak langsung terhadap profesi atau pun masyarakat di bidang kesehatan.

Contohnya saja dalam pergerakannya, mahasiswa keperawatan bisa belajar menjadi advokat bagi masyarakat, semisal dalam sebuah regulasi terdapat substansi yang tidak mendukung rakyat, di situ mahasiswa keperawatan bisa bergerak dengan membuat kajian strategis untuk menyeimbangkan narasi yang di lemparkan. 

Sehingga dengan adanya pergerakan tersebut, fungsi mahasiswa sebagai agen perubahan tidak omong kosong belaka, mahasiswa harus bisa mengisi ruang-ruang kritis demi terciptanya intelektual yang progresif. 

Mahasiswa keperawatan harus bisa bergerak secara dinamis dengan satu tujuan, yaitu menebarkan kebermanfaatan. Setelah pandemi yang cukup lama bergulir ini, mahasiswa keperawatan harus bisa menjadi representasi yang selalu bergerak secara konsisten di sektor kesehatan. Mahasiswa keperawatan harus bisa ambil andil utama jika ada permasalahan yang terjadi, jangan sampai mahasiswa keperawatan menjadi pengekor dan terus mengikuti arahan dari mahasiswa lintas prodi lain.

Pergerakan sekarang tidak bisa di inisiasi oleh individual. Dalam melakukan pergerakan, mahasiswa harus bisa mengumpulkan masa yang cukup banyak dan kalau bisa yang banyak agar suara ataupun narasi yang di lemparkan dapat terdengar kepada masyarakat ataupun sasaran terkait. 

Pergerakan tidak bisa dilakukan atas nama individu karena kalau hanya sendirian, mahasiswa akan terlihat seperti orang yang buang-buang waktu saja dan pasti tidak akan terdengar, maka dari itu perlu adanya wadah bagi mahasiswa untuk melontarkan ide maupun gagasannya agar narasi yang dibangun akan semakin kuat dan berdampak.

Kesehatan adalah sasaran utama mahasiswa keperawatan dalam bergerak, dengan segala kompetensi, pengalaman dan juga pengetahuan yang dimiliki, sebisa mungkin mahasiswa keperawatan dapat mengimplementasikannya, jangan sampai semua ilmu yang telah didapatkan itu di makan dan dinikmati sendiri, karena hal itu tidak menunjukan representasi wujud mahasiswa sebenarnya. 

Jika melihat di zaman sekarang, semua hal dapat menjadi viral dalam waktu yang sebentar, semua sudah tersusun sedemikian rupa di era disrupsi seperti sekarang ini. 

Dengan segala kemudahan ini, harapannya mahasiswa keperawatan bisa mengakumulasikan kemampuan yang dimiliki lalu disebarkan ke media sosial agar dapat diilihat oleh masyarakat.

Bersidkusi dengan stakeholder adalah salah satu cara terbaik agar segala aspirasi mahasiswa keperawatan bisa di dengar. Mahasiswa keperawatan harus bisa menjadi tonggak penyeimbang terkait kebijakan dari stakeholder seperti PPNI, KEMENKES, atau organisasi lain yang menjadi perhimpunan kesehatan, agar kebijkana tersebut dapat menyejahtererakan profesi ataupun masyarakat. 

Jika terlihat kebijakan yang tidak sesuai dengan cita-cita bangsa yaitu sejahtera rakyatnya, mahasiswa tidak boleh diam saja, mahasiswa harus bisa bergerak dan berdiiri paling depan untuk menentang itu.

Mahasiswa keperawatan sebisa mungkin mengupayakan kolaborasi, karena sekarang bukan zamannya lagi berkompetisi. Mahasiswa keperawatan harus bersatu, tidak ada yang lebih unggul jika tujuannya kebermanfaatan, tidak ada lagi saling menjatuhkan untuk terlihat lebih baik jika harapannya perubahan. 

Mahasiswa keperawatan harus dalam satu napas perjuangan, profesi ini harus selalu di isi ruang-ruang kritis mahasiswa, dan masyarakat membutuhkan hasil dari upaya pergerakan mahasiswa.

Melihat pandemi Covid-19 yang semakin menurun ini harapannya akan menambah semangat juang mahasiswa keperawatan, jangan sampai karena menurunnya prevalensi Covid-19, hal tersebut justru membuat semangat juga semakin menurun. Mahasiswa keperawatan harus tetap bisa unggul dan terus konsisten menebar kebermanfaatan, mahasiswa keperawatan harus selalu bisa membantu masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan.

Dominasi keilmuan yang di miliki mahasiswa seputar masalah kesehatan, hal ini menjadi hal mendasar dan juga kekuatan dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan terkhusus di Indonesia. Tentunya setelah pandemi Covid-19 ini berakhir, mahasiswa keperawatan harus bisa menyelesaikan permasalahan kesehatan lainnya. 

Permasalahan kesehatan tidak akan pernah habis, dan semangat mahasiswa keperawatan juga jangan sampai habis, buatlah gebrakan-gebrakan baru untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lainnya.
Harapan kedepannya, mahasiswa keperawatan semoga bisa konsisten dalam satu perjuangan jangan sampai ketika ada momentum permasalahan besar mahasiswa keperawatan baru bergerak. Permasalahan besar yang lainnya sedang menunggu di depan dan mahasiswa keperawatan harus ambil andil dalam penyelesaiannya. 

Dengan segala kompetensi yang di miliki, serta pengalaman di lapangan yang mumpuni, hal ini harus di upayakan dengan baik, mahasiswa keperawatan harus bisa menjadi representasi ataupun contoh bagi yang lain. Segala permasalahan di sektor kesehatan harus sama-sama kita perjuangkan dan benahi karena dengan itulah fungsi yang telah di tetapkan mahasiswa yaitu sebagai agen perubahan dapat terlihat nyata dan bukan hanya omongan belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun