Peristiwa ini bermula ketika Afif dan temannya, A, dihentikan oleh anggota Sabhara yang sedang melakukan patroli. Polisi menendang motor mereka, menyebabkan keduanya terjatuh. A melihat Afif dikelilingi oleh aparat yang memegang rotan sebelum dibawa ke Polsek Kuranji. Setelah itu, A tidak pernah lagi melihat Afif.
Hasil autopsi menunjukkan bahwa Afif meninggal secara tidak wajar dengan luka-luka yang mencurigakan, termasuk rusuk patah dan paru-paru robek. Kasus ini memicu sorotan publik dan desakan untuk mengusut tuntas tindakan kekerasan oleh aparat kepolisian, mempertanyakan integritas dan profesionalisme oknum tersebut.
3. Kasus Polisi Tembak Polisi
Pada 22 November 2024, terjadi insiden tragis di Polres Solok Selatan, Sumatera Barat, di mana AKP Dadang Iskandar, Kepala Bagian Operasional Polres Solok Selatan, menembak Kasat Reskrim AKP Ryanto Ulil Anshar hingga tewas. Kejadian ini terjadi setelah AKP Ryanto berhasil menangkap pelaku tambang ilegal galian C di wilayah tersebut.
Penembakan terjadi di area parkir Mapolres Solok Selatan saat AKP Ryanto kembali ke mobilnya untuk mengambil ponsel. Rekan-rekannya mendengar suara tembakan dan menemukan AKP Ryanto sudah terkena tembakan di kepala. Pelaku penembakan, AKP Dadang, menggunakan senjata api pistol dan melarikan diri dari lokasi kejadian.
Kasus ini menarik perhatian publik dan memicu desakan untuk mengusut tuntas tindakan kekerasan oleh aparat kepolisian. Komisi III DPR RI juga ikut turun tangan untuk mendalami kasus ini dan memastikan pelaku penembakan dijatuhi hukuman yang setimpal.
4. Gamma seorang siswa tewas ditembak oleh polisi di Semarang.
Gamma Rizkynata Oktavandy, seorang siswa SMK Negeri 4 Semarang, tewas ditembak oleh seorang polisi bernama Aipda Robig Zaenudin pada 24 November 2024. Kejadian ini terjadi saat Gamma bersama teman-temannya diduga terlibat dalam aksi tawuran. Namun, rekaman CCTV menunjukkan bahwa Gamma tidak sedang menyerang polisi dan tidak terlibat dalam tawuran pada saat itu.
Rekonstruksi kasus ini menunjukkan bahwa Aipda Robig menembak Gamma dari jarak dekat, sekitar 1,4 meter, tanpa adanya ancaman langsung terhadap dirinya. Keluarga Gamma merasa kecewa dengan jalannya rekonstruksi yang dianggap tidak adil dan tidak menunjukkan detail peristiwa secara lengkap.
Kasus ini menimbulkan sorotan publik dan desakan untuk mengusut tuntas tindakan kekerasan oleh aparat kepolisian. Keluarga Gamma juga meminta agar Kapolrestabes Semarang dicopot dari jabatannya karena dianggap tidak bertanggung jawab dalam menangani kasus ini.
Itu hanyalah beberapa dari banyaknya kasus yang telah merusak citra kepolisian. Masih banyak lagi kasus yang telah ditorehkan oleh para aparat kepolisian sepanjang tahun 2024 ini.