Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja Buta

23 Agustus 2019   14:18 Diperbarui: 23 Agustus 2019   14:27 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Semanis kamu, batinku malu-malu. Marina bercerita banyak tentang isi novel. Meski baru baca setengah, dia bisa meraba akhir cerita akan bahagia. Seperti kita, Sayang, batinku kembali malu-malu.

Dia bercerita telah diterima menjadi foto model. Pasti dia amat menarik, cantik, tinggi semampai, dan memiliki kaki jenjang seperti milik bangau, anggun. Ingin sekali aku memeluk, memilikinya. Tapi, biarlah aku hanya bisa memiliki suaranya yang renyah, tawanya yang empuk, dan aroma shampo di rambutnya.

Kami berbincang ngalor-ngidul hingga gelap menjerit. Kata Marina, lampu taman mulai menyala. Kami harus berpisah. Tapi, bayangnya tetap memenuhi ruang kepala ini. Bahkan dia amat mengganggu saat aku sedang Shalat Maghrib. Aku merasa amat bersalah. Tapi, tak sanggup pula aku menghalau bayangnya yang selalu melintas.

Aku menjadi tak enak makan, tak ingin tidur. Mungkin sah-sah saja aku mengatakan cinta kepada Marina. Pasti dia akan menerima cintaku. Eh, bukan pasti, tapi mungkin menerima. Dua puluh persen aku pikir tak berlebihan.

"Belum tidur, Sanif? Dari tadi kau cuma bolak-bolik terus di atas kasur."

"Belum, Nal!"

"Belum makan malam juga?"

"Tak nafsu."

"Masih memikirkan Marina? Sadar, Sanif. Siapa sebenarnya dirimu dan siapa Marina? Dia memiliki mata dan maaf, kau buta. Jangan egois. Biarkanlah dia berpasangan dengan lelaki yang memiliki mata. Kau carilah pasangan perempuan yang serupa dirimu.."

"Aku  juga memiliki mata!"

"Mata yang bisa melihat, maksudku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun